Christie Damayanti


Chirstie Damayanti (lahir 13 Juni 1969) adalah seorang arsitek dan tokoh perempuan Indonesia, lulusan Universitas Tarumanagara yang memiliki kontribusi dalam berdirinya Mal Senayan City dan Mal Central Park Jakarta. Kisah perjuangan hidupnya dalam melawan stroke menjadi inspirasi bagi banyak orang dan tidak sedikit media yang membahas hal ini.

Christie Damayanti
Christie Damayanti
Nama asalChristie Damayanti
Lahir(1969-06-13)13 Juni 1969
Kebangsaan Indonesia
Warga negaraIndonesia
AlmamaterUniversitas Tarumanagara
PekerjaanArsitek dan Penulis
Kota asalJakarta
AnakChristoforus Dennis (20 Mei 1996) Clarensia Michelle (26 Agust 1999)

Christie Damayanti terlahir sebagai anak sulung dari 3 bersaudara, dari ayah bernama Ir. Suharto Prodjowijono (alm.) dan ibu bernama Wara Utami (alm.).[1]

Minatnya terhadap dunia arsitektur mulai tumbuh sejak kecil, saat ayahnya yang merupakan insinyur Teknik Sipil dari Universitas Gadjah Mada, memberikannya buku gambar ketika Christie masih belajar di Taman Kanak-kanak. Ayahnyalah yang mulai mengajarinya menggambar bentuk-bentuk seperti rumah dan bangunan.

Pendidikan arsitektur Christie Damayanti ia peroleh dari Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta, dari tahun 1988 hingga 1992.

Usai menyelesaikan studi S1-nya di Untar, Christie mulai magang dan bekerja di beberapa perusahaan sebagai konsultan arsitek. Dari mulai magang di PT Arkonin, lalu bergabung dengan Ciputra Development (1994-1998), PT Jasamitra Patriakarya (1998-2000), PT Pelita Propertindo (2003-2006), dan terakhir di PT Agung Podomoro Land (2006).

Salah satu karya desain arsitekturnya yang terbilang sukses adalah Mal Central Park.[2] Christie yang sangat peduli dengan lingkungan hidup, mengutamakan keseimbangan dan keserasian antara arsitektur bangunan dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini yang membuat Central Park adalah mal yang paling berbeda dengan mal-mal lain di Jakarta. Central Park memberikan ruang terbuka hijau dan keindahan taman yang luas bagi para pengunjungnya. Menjadikan mal bukan hanya sekadar pusat perbelanjaan melainkan juga sarana relaksasi warga kota dari kesumpekan metropolitan.

Pada tahun 1993 Christie Damayanti sempat mengenyam pendidikan di Bisnis English, Perth, Australia. Lalu ia melanjutkan studi ke St. Mark International College di negeri kangguru tersebut. Tahun 1994 hingga 1997, Christie kemudian meneruskan studi S2-nya.

Ketika di puncak karirnya, usai Centrak Park selesai dibangun, bersama keluarganya Christie berlibur ke California, Amerika Serikat (AS). Di kala itulah Christie yang telah memiliki dua orang anak, Dennis dan Michelle, terkena stroke.<ref>

Christie mengalami pendarahan di otak kirinya. Stroke yang menyerangnya di negeri Paman Sam itu membuatnya lumpuh tak berdaya. Ia tak mampu menggerakan seluruh tubuhnya, hingga tak bisa menggerakan mulutnya untuk makan, bahkan tak bisa berbicara. Seluruh kata-kata hilang.

Christie harus mulai belajar lagi menggerakan satu per satu anggota tubuhnya. Belajar makan, belajar berbicara kata demi kata, dan belajar menggerakan anggota tubuh lainnya.

Stroke yang dialami Christie mengharuskan ia menjalani therapy bertahun-tahun. Secara perlahan dan bertahap Christie mulai bisa berbicara lagi, dan menggerakan sebagian anggota tubuhnya. Meski hingga kini bagian kanan tubuhnya, tangan kanan dan kaki kanannya tak bisa lagi ia gerakkan.

Tekad kuatnya untuk pulih dan bisa beraktivitas lagi melebihi vonis dari dokter di AS yang mengobatinya saat ia terserang stroke. Dokter yang merawatnya di AS pernah memvonis bahwa kelumpuhan tubuh Christie tak akan bisa lagi seperti sedia kala. Namun tekad Christie untuk bisa bekerja kembali sangat kuat. Tekad yang didorong oleh keinginan harus bekerja agar bisa menghidupi buah hatinya yang saat itu masih duduk di bangku sekolah.

Dari seorang sahabatnya di sebuah media nasional, ia mendapat saran untuk mulai menulis sebagai terapi otak. Saran itu ia ikuti. Christie kemudian mulai menulis apa saja di platform blog Kompasiana. Dari mulai menulis tentang kisah stroke-nya, hewan peliharaannya, tentang arsitektur dan planologi kota, apapun ia tuliskan. Hingga akhirnya tulisan-tulisan Christie bisa melahirkan buku-buku dengan beragam topik.

Hingga kini sudah 36 buku yang Christie hasilkan. Menyusul 2 lagi akan ia selesaikan. Buku-bukunya berisi tentang pengalaman hidupnya sebagai penderita stroke, untuk memberikan motivasi bagi mereka yang terpuruk karena stroke dan disablitas, juga tentang pengalaman-pengalaman lainnya.

Tak ketinggalan Christie juga menulis buku mengenai arsitektur dan planologi Kota Jakarta, yang berjudul "Meneropong Jakarta dari Hati Nurani."

Kini selain aktif menulis, Christie Damayanti juga seorang filatelis. Ia mengkoleksi perangko-perangko langka dan berharga yang ia peroleh sewaktu remaja gemar mengirim surat kepada tokoh-tokoh dunia dari mulai bintang terkenal hingga para pemimpin dunia. Puluhan pameran perangko juga telah ia gelar di berbagai tempat.

Pranala sunting