Beras di Bengkulu selama masa Perang Pasifik mengalami ekploitasi oleh pemerintah pendudukan Jepang di Bengkulu. Sebagian besar diperoleh dari pasokan beras asal Provinsi Lampung dan Kerinci setelah alih fungsi lahan pada masa pemerintahan Indonesia.

Pemanfaatan sunting

Bahan makanan sunting

Sebelum masa pendudukan Jepang di Bengkulu pada masa Perang Pasifik, penduduk Bengkulu menjadi beras sebagai bahan makanan pokok. Para petani menanam padi di sawah untuk memperoleh beras sebagai makanan harian. Namun selama masa pendudukan Jepang di Bengkulu, beras yang dihasilkan petani diserahkan kepada pasukan Jepang untuk keperluan perang. Kondisi ini menimbulkan bencana kelaparan di kalangan petani karena konsumsi beras yang sangat sedikit.[1]

Perdagangan sunting

Harga jual beras di wilayah Provinsi Bengkulu menjadi sangat rendah pada masa pendudukan Jepang di Bengkulu selama Perang Asia Timur Raya. Setelah harga jual beras diturunkan, sekitar 85% hasil panen beras dari desa-desa di Bengkulu dirampas oleh pasukan militer Jepang untuk keperluan perang.[2]

Ketika terjadi alih fungsi lahan dari sawah menjadi perkebunan kelapa sawit, hasil panen padi di Provinsi Bengkulu mengalami penurunan. Sehingga sekitar 70% dari beras yang dikonsumsi penduduk dibeli dari Provinsi Lampung dan Kerinci.[3]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Seno 2012, hlm. 38-39.
  2. ^ Seno 2012, hlm. 37.
  3. ^ Rachman, Anwar Jimpe (2012). Abdullah, Saleh, ed. Hidup di Atas Patahan: Pengalaman Kelola Bencana di Tiga Kabupaten (Bengkulu Utara, Sinjai, Maluku Tenggara). Sleman: INSIST Press. hlm. 21. ISBN 978-602-8384-55-1. 

Daftar pustaka sunting