Benteng Frederik Hendrik

bangunan kuil di Indonesia

6°10′14″S 106°49′52″E / 6.170422°S 106.831162°E / -6.170422; 106.831162

Benteng "Prins Hendrik" di Weltevreden

Benteng Prins Frederik, adalah sebuah fortifikasi yang dibangun pada tahun 1837 oleh pemerintah Belanda di Batavia (kini Jakarta), Hindia Belanda (kini Indonesia). Benteng ini terletak di Taman Wilhelmina, yang kemudian dihancurkan sekitar tahun 1961 dan digantikan oleh Masjid Istiqlal.

Masyarakat setempat biasa menyebut benteng ini sebagai Gedung Tanah.

Sejarah

sunting

Awal mula

sunting

Lokasi benteng ini awalnya adalah lokasi sebuah kedai minum yang dibangun sebelum tahun 1669. Pada tahun 1723, Sersan Mayor Herman van Baijen merenovasi kedai minum tersebut menjadi sebuah rumah peristirahatan besar. Kemudian, mulai tahun 1743 hingga 1820, rumah tersebut digunakan sebagai sebuah rumah sakit, yang disebut Rumah Sakit Luar, karena terletak di luar tembok kota.

Rumah tersebut dianggap sehat, karena terletak di perbukitan rendah di pedalaman Batavia, sehingga risiko malaria lebih rendah.[1] Lokasi rumah tersebut kemudian menjadi lokasi Taman Wilhelmina yang terletak di Weltevreden, di antara dua cabang Sungai Ciliwung.[2] Rumah tersebut dikelilingi tanah yang sangat subur, dengan lapisan atas yang dalam dan kaya nutrisi.[3]

Konstruksi

sunting
 
Benteng Prins Frederik sebelum tahun 1918

Benteng ini dibangun pada tahun 1837 sesuai perintah dari Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, sebagai bagian dari rencana garis pertahanan di wilayah yang kini menjadi Kebon Sirih, Menteng. Insinyur Kolonel Carel van der Wyck pun merancang benteng ini, dan Kapten Lucius Gerhard Johan George Schonermarck bertanggung jawab membangun benteng ini. Pangeran Willem Frederik Hendrik (1820–1879) meletakkan batu pertama benteng ini, dan kemudian juga meresmikan benteng ini.[2] Benteng ini diberi nama sesuai nama pangeran tersebut, yang merupakan salah satu anak dari Raja William II dari Belanda dan merupakan salah satu dari hanya beberapa keluarga kerajaan Belanda yang pernah mengunjungi Hindia Belanda.[4]

Taman Wilhelmina

sunting

Benteng Prins Frederik dikelilingi oleh Taman Wilhelmina, yang dibangun untuk mengenang Ratu Wilhelmina yang naik tahta pada tanggal 31 Agustus 1898. Taman tersebut dibangun atas inisiatif van den Bosch pada tahun 1834. Taman seluas 9,32 hektar tersebut pun dikenal sebagai taman terbesar di Batavia, dan bahkan sebagai taman modern terbesar di Asia pada saat itu.[5] Selain berfungsi sebagai kebun sayur untuk para perwira Belanda, Taman Wilhelmina juga merupakan salah satu tempat wisata favorit bagi para pimpinan VOC dan tuan tanah yang tinggal di sekitar Weltevreden. Taman tersebut berlokasi di depan Gereja Katedral Jakarta.

Terdapat juga Monumen Waterloo (atau Monumen Atjeh), yang dibangun untuk mengenang tentara Belanda yang gugur di Perang Aceh.[6]

Struktur

sunting

Benteng ini dibangun dengan batu bata, dan dilindungi dengan benteng alami.[7] Benteng ini berbentuk persegi, dengan selekoh di tiap sudutnya. Jendela benteng ini juga dapat digunakan sebagai lubang untuk meriam. Sebuah menara persegi di tengah benteng ini dilengkapi jam, jendela, dan pintu di tiap sisinya, untuk digunakan sebagai menara pantau.[2] Benteng ini tidak pernah digunakan, karena tidak ada yang menyerang Batavia hingga tahun 1942, saat benteng ini sudah cukup tua.[7]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting

Rujukan

  1. ^ Teeuwen 2011, hlm. 6.
  2. ^ a b c Citadel Prins Frederik: Dinas Komunikasi.
  3. ^ van Carnbée & Siebold 1847, hlm. 103.
  4. ^ Teeuwen 2011, hlm. 2.
  5. ^ Mardani. Fadillah, Ramadhian, ed. "Kisah taman modern terbesar Asia di jantung Jakarta". Merdeka.com. Diakses tanggal 24 July 2019. 
  6. ^ "Berwisata di Wilhelmina Park". Republika. Diakses tanggal 24 July 2019. 
  7. ^ a b Teeuwen 2011, hlm. 7.

Sumber