Belut sawah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. albus
Nama binomial
Monopterus albus
Zuiew, 1793
Sinonim

Fluta alba (Bloch and Schneider, 1801)

Belut sawah, mua, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota suku Synbranchidae, bangsa Synbranchiformes. Ikan ini merupakan jenis asli yang biasa dikonsumsi di Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Amerika Serikat, ikan ini dilaporkan telah diintroduksi di dekat Taman Nasional Everglades di Florida dan Atlanta di Georgia sebagai ikan invasif.

Deskripsi

sunting

Belut sawah memiliki tubuh yang tidak memiliki sisik dan berbentuk memanjang, dengan ujung kepala menumpul dan ujung ekor meruncing. Sirip perut, anal, dan dada berukuran sangat kecil sampai-sampai tidak terlihat. Membran insang pada belut sawah melebur menjadi satu, dengan hanya satu celah insang berbentuk v yang terletak di kepala. Panjang tubuhnya dapat mencapai sekitar 25 hingga 40 cm.

Klasifikasi

sunting

Belut sawah merupakan anggota dari suku Synbrachidae. Sebuah penelitian dari Jepang menemukan bahwa M. albus merupakan kompleks spesies yang terdiri dari tiga spesies berbeda, yaitu kelompok dari Tiongkok, Honshu, dan Kyushu, kelompok dari Kepulauan Ryukyu, dan kelompok dari Asia Tenggara.[1] Di Indonesia, terdapat dua kelompok belut sawah dengan gen yang berbeda: kelompok yang meliputi populasi Indonesia bagian timur kecuali Sulawesi dan kelompok yang meliputi populasi Indonesia bagian barat. Kedua kelompok tersebut lebih berkerabat dekat dengan satu sama lain daripada dengan spesies dari Taiwan, Vietnam, maupun Jepang[2]

Meskipun tampak sama, belut sawah tidak berkerabat dekat dengan sidat yang termasuk dalam bangsa Anguiliformes.

Ekologi

sunting

Kebiasaan

sunting

Belut sawah adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Ia aktif di malam hari. Kebiasaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat.

Habitat

sunting

Belut sawah tinggal di perairan tawar yang dangkal dan berlumpur seperti sawah dan rawa-rawa dengan kedalaman kurang dari 3 meter. Belut sawah dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang rendah. Belut dapat menyerap oksigen hingga 25% dari udara dengan menggunakan kulitnya.[3]

Daur Hidup

sunting

Belut merupakan hewan hermaprodit, di masa muda merupakan belut betina dan bersarang di lubang untuk meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang dangkal. Jika telur menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam usia lebih tua perkembangan berikutnya, akan menjadi belut jantan.

Kegunaan

sunting

Di berbagai negara Asia, belut sawah umumnya dikembangbiakkan dalam sistem mina padi.

Di Bali, belut sawah dijual kering di berbagai pasar desa dan digunakan dalam upacara keagamaan dalam Agama Hindu.[4]

Sumber

sunting
  1. ^ Matsumoto, Seiji; Kon, Takeshi; Yamaguchi, Motoomi; Takeshima, Hirohiko; Yamazaki, Yuji; Mukai, Takahiko; Kuriiwa, Kaoru; Kohda, Masanori; Nishida, Mutsumi (2010-01-01). "Cryptic diversification of the swamp eel Monopterus albus in East and Southeast Asia, with special reference to the Ryukyuan populations". Ichthyological Research. 57: 71–77. doi:10.1007/s10228-009-0125-y. 
  2. ^ Arisuryanti, Tuty (2016). Molecular genetic and taxonomic studies of the swamp eel (Monopterus albus Zuiew 1793). OCLC 949948769. 
  3. ^ Fuller, P.L., L.G. Nico, and M. Cannister. ( 11 30 2010). "Asian swamp eel." Nonindigenous Aquatic Species. United States Geological Survey. Diakses pada 20 Juni 2021.
  4. ^ "Lindung". BASAbaliWiki (dalam bahasa Inggris). 2020-03-29. Diakses tanggal 2021-06-20. 

Pranala luar

sunting