Bapandung adalah seni teater berupa tutur yang berkembang di masyarakat suku Banjar Hulu di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pandung artinya menirukan tingkah laku manusia atau hewan [1] dan berbeda dengan bercerita biasa dalam bahasa banjar. Kalau bercerita, pemain sebagai objek penikmat kisah sedangkan Bapandung lebih condong ke arah seni keterampilan bercerita seperti misalnya menirukan tingkah laku seseorang. Seorang tukang pandung bebas ingin menyampaikan apapun.

Sejarah

sunting

Bapandung pada awalnya dipertunjukkan oleh seorang petani di Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala pada awal 1960-an.

Penampilan

sunting

Bahasa yang digunakan dalam keseniaan ini bukanlah dari bahasa Banjar pada umumnya, namun diperkirakan berasal dari daerah Hulu Sungai Tengah atau Hulu Sungai Selatan. Cerita yang dituturkan dalam Bapandung adalah cerita mitos, legenda, cerita rakyat, syair, hikayat dan atau cerita rekaan tukang pandung sendiri. Kesenian ini berfungsi sebagai hiburan masyarakat. Tidak banyak peralatan yang dipergunakan dalam berkesenian ini. Busana atau pakaiannya juga sangat sederhana, yaitu pakaian harian biasa.

Sekarang, tokoh seniman Bapandung atau pamandungan yang tersisa di Kalimantan Selatan hanya ada satu orang yaitu Abdussyukur Mh.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Anwar, Syaiful (2021_04_03). "Bapandung, Seni Tutur Kalsel yang Hampir Punah, Syukur Mencari Penerus Pamandungan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2023-01-14. 
  2. ^ Helman (2019-04-07). "Kenalan Yuuk Dengan Tradisi Kalimantan Selatan Yang Satu Ini "Bapandung"". Duta TV | Berita Terkini Kalimantan Selatan. Diakses tanggal 2023-01-14.