Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (April 2021) |
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.[butuh rujukan]
Audit BPK terhadap penggunaan dana BLBI oleh ke-48 bank tersebut menyimpulkan telah terjadi indikasi penyimpangan sebesar Rp 138 triliun.[butuh rujukan]
Penerima dana BLBI antara lain[butuh rujukan]
No | Nama Penerima | Nama Bank | Keterangan |
---|---|---|---|
1 | Agus Anwar | Bank Pelita | |
2 | Hashim Djojohadikusumo | Bank Papan Sejahtera Bank Pelita Istimarat |
|
3 | Samadikun Hartono | Bank Modern | |
4 | Kaharuddin Ongko | Bank Umum Nasional | |
5 | Ulung Bursa | Bank Lautan Berlian | |
6 | Atang Latief | Bank Indonesia Raya | |
7 | Lidia Muchtar | Bank Tamara | |
8 | Omar Putihrai | Bank Tamara | |
9 | Adisaputra Januardy | Bank Namura Yasonta | |
10 | James Januardy | Bank Namura Yasonta | |
11 | Marimutu Sinivasan | Bank Putera Multikarsa | |
12 | Santosa Sumali | Bank Metropolitan Bank Bahari |
|
13 | Fadel Muhammad | Bank Intan | |
14 | Baringin MH Panggabean | Bank Namura Internusa | |
15 | Joseph Januardy | Bank Namura Internusa | |
16 | Trijono Gondokusumo | Bank Putera Surya Perkasa | |
17 | Hengky Wijaya | Bank Tata | |
18 | Tony Tanjung | Bank Tata | |
19 | I Gde Dermawan | Bank Aken | |
20 | Made Sudiarta | Bank Aken | |
21 | Tarunojo Nusa Wijaya | Bank Umum Servitia | |
22 | David Nusa Wijaya | Bank Umum Servitia |
Kasus Korupsi BLBI dan penanganannyaSunting
Dana BLBI banyak yang diselewengkan oleh penerimanya. Proses penyalurannya pun banyak yang melalui penyimpangan-penyimpangan. Beberapa mantan direktur BI telah menjadi terpidana kasus penyelewengan dana BLBI, antara lain Paul Sutopo Tjokronegoro, Hendro Budiyanto, dan Heru Supratomo.[1]
- Bank Ficorinvest: mantan presdir Ficorinvest, Supari Dhirdjoprawiro dan S. Soemeri divonis hukuman 1,5 tahun penjara oleh PN Jakarta Selatan pada tanggal 13 Agustus 2003. Saat ini masih bebas karena mengajukan kasasi.[butuh rujukan]
- Bank Umum Servitia: dirut Servitia, David Nusa Wijaya divonis 8 tahun penjara oleh MA pada tanggal 23 Juli 2003, sempat melarikan diri ke AS namun tertangkap di sana.[butuh rujukan]
- Bank Harapan Sentosa: Hendra Rahardja dihukum seumur hidup, tetapi melarikan diri ke Australia dan meninggal di sana, Eko Adi Putranto dan Sherly Konjogian, divonis 20 tahun, tetapi juga melarikan diri ke Australia.[butuh rujukan]
- Bank Surya: Bambang Sutrisno dan Adrian Kiki Ariawan, dihukum seumur hidup, tetapi melarikan diri ke Singapura. Pada Januari 2014, Adrian Kiki akhirnya diekstradisi dari Australia.[2]
- Bank Modern: Samadikun Hartono, divonis 4 tahun, melarikan diri. Pada April 2016, Samadikun tertangkap oleh intelijen Tiongkok dan kemudian diekstradisi ke Indonesia[3]
- Bank Pelita: Agus Anwar, Alexander PP dalam proses pengadilan, tetapi sudah melarikan diri.[butuh rujukan]
- Bank Umum Nasional: Sjamsul Nursalim, penyidikan dihentikan.[butuh rujukan]
- Bank Asia Pacific (Aspac): Hendrawan Haryono, mantan wakil dirut Aspac divonis 1 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.[butuh rujukan]
- Bank Indonesia Raya (Bank Bira): Atang Latif, melarikan diri ke Singapura sebelum kasusnya disidangkan[butuh rujukan]
ReferensiSunting
- ^ Librianty, Andina (3 April 2021). Deny, Septian, ed. "Perjalanan Kelam Mega Korupsi BLBI, Rugikan Negara Rp 138 T hingga Dihentikan KPK". Liputan6.com. Diakses tanggal 6 Mei 2021.
- ^ http://lilianyoscar.com/1418/kriminalisasi-kpk-untuk-bungkam-kasus-blbi.html[pranala nonaktif permanen]
- ^ http://fokus.news.viva.co.id/news/read/763794-deal-tiongkok-dan-akhir-pelarian-samadikun