Asmara Djaja atau yang lebih dikenal dengan sebutan Asmara Jaya merupakan sebuah novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928.[1] Novel ini ditulis oleh Djamaluddin Adinegoro, yang merupakan adik dari Muhammad Yamin.[2] Novel ini merupakan salah satu dari sedikit novel yang ada pada tahun tersebut yang tokoh protagonisnya berhasil dalam cinta.[3] Asmara Jaya memperlihatkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan bijaksana.[4]

Sinopsis sunting

Menceritakan tentang perkawinan antar-etnis yang berawal di Minangkabau.[3] Rustam dan Nuraini yang keduanya merupakan keturunan Minangkabau melangsungkan pernikahan mereka di Padang, Sumatera Barat.[3] Rustam hanya menghadiri pernikahannya itu, kemudian bergegas berangkat ke Bandung untuk menandatangani suatu dokumen.[3] Setelah pernikahan, Nuraini datang mengunjungi Rustam, tetapi ia mendapati Rustam telah menikah dengan Dirsina, seorang perempuan Sunda.[3] Putra Rustam dengan Dirsina baru saja meninggal.[3] Nuraini pun merasa sakit hati dan kemudian memutuskan kembali. Sepanjang perjalanannya, ia bertemu dengan Ibrahim Siregar, seorang pria yang mengganggu pikirannya.[3]

Sebenarnya, orang tua Rustam menolak keberadaan Dirsina karena keluarga itu tidak memperbolehkan pernikahan antar-etnis dan hal itu dilarang dalam tradisi.[3] Meski kini menikah dengan dua perempuan, Rustam menegaskan bahwa ia hanya mencintai Dirsina.[3] Ini yang menyebabkan ibu Nuraini setuju apabila Dirsina tetap bersama Rustam dan menceraikan anaknya.[3] Akhir cerita, keluarga Rustam menerima keberadaan Dirsina dan orangtuanya menerima Dirsina sebagai menantunya.[3]

Sejarah publikasi sunting

Diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1928, kemudian Asmara Djaja dicetak ulang tiga tahun kemudian.[1] Namun, Adinegoro tidak menulis novel lagi setelahnya.[1] Asmara Djaja diperkenalkan sebagai novel lanjutan dari Adinegoro dengan tema yang serupa, setelah sebelumnya ia menulis Darah Muda, novel yang memperkenalkan pernikahan antar-etnis.[1]

Pengaruh terhadap kesusastraan Indonesia sunting

Keberadaan Asmara Djaja pada tahun tersebut telah memberikan pengaruh terhadap kesusastraan Indonesia dalam model penceritaan pernikahan antar-etnis yang dapat berakhir bahagia.[5] Meskipun Balai Pustaka telah menerbitkan banyak novel dengan konflik pernikahan antar-etnis, Asmara Jaya dinilai dapat memberikan nilai lebih dalam membangun konflik yang modern untuk kesusastraan Indonesia.[6] Optimistis yang dibangun dalam Asmara Jaya di mana sang tokoh protagonis berhasil menikah dengan orang yang dikasihinya.[1] Setelah terbitnya novel ini, bermunculan novel lain dengan tema serupa yang dapat mengangkat akhir cerita bahagia.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f "Biografi Sastrawan Adinegoro". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  2. ^ "Persatuan Wartawan Indonesia - Adinegoro". Diakses tanggal 1 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b c d e f g h i j k Mahayana, Maman S., Oyon Sofyan, Achmad Dian (2007). Ringkasan dan ulasan novel Indonesia modern. Jakarta: Grasindo. 
  4. ^ Siregar, Bakri (1964). Sedjarah Sastera Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Akademi Sastera dan Bahasa "Multatuli". 
  5. ^ Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Ende: Nusa Indah. 
  6. ^ Retnaningsih, Aning (1983). Roman dalam Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Erlangga.