Arsitektur kuil Shinto

Arsitektur kuil Shinto (神社建築, Jinja kenchiku) adalah arsitektur yang berkaitan dengan bangunan kuil Shinto, mencakup kompleks kuil yang antara lain terdiri dari altar utama (honden), aula persembahan (heiden), aula pemujaan (haiden), tempat air untuk bersuci (chōzuya), pagar (tamagaki), dan torii. Gaya arsitektur kuil yang umum di antaranya taisha-zukuri, kasuga-zukuri, shinmei-zukuri, dan sumiyoshi-zukuri.

Bangunan altar utama (honden) Kuil Ujigami di Uji, Prefektur Kyoto, Situs Warisan Dunia UNESCO. Bangunan tertua kuil Shinto yang masih ada, didirikan sekitar tahun 1060.

Bangunan di dalam kompleks kuil

sunting
 
Bangunan altar utama (honden) Kuil Izumo, Izumo, Prefektur Shimane
  • Honden (本殿) atau shinden (神殿) adalah bangunan tempat tinggal objek pemujaan (shintai). Bangunan ini dianggap sebagai tempat paling suci di dalam sebuah kuil. Ukuran bangunan sering lebih kecil dari haiden dan memiliki pintu suci yang biasanya ditutup dan dikunci; membuka dan menutup pintu haiden merupakan bagian penting dari ritual kuil.[1] Satu bangunan honden dulunya hanya didiami satu Kami, namun sekarang dapat didiami lebih dari satu Kami. Di ruangan dalam diletakkan shintai misalnya dalam bentuk kaca. Bila bangunan ini dibagi menjadi ruangan dalam dan ruangan luar, maka persembahan (kensen atau hōhei) diletakkan di ruangan luar.
  • Haiden (拝殿) adalah bangunan untuk melakukan pemujaan dan tempat kannushi melaksanakan upacara. Dibangun di bagian depan honden, sisi-sisi bangunan ini biasanya tidak disekat agar angin bebas keluar masuk. Bangunan inilah yang biasa dilihat orang ketika berkunjung ke kuil Shinto. Pengunjung biasanya berdoa sambil berdiri di halaman depan bangunan ini. Adakalanya orang dibolehkan naik untuk masuk ke dalam haiden untuk berdoa. Bangunan ini umumnya lebih besar daripada honden dan umumnya berlantai kayu. Walaupun demikian, haiden ada yang dibuat dengan bagian tengah berupa doma (土間) (tanah yang dikeraskan); haiden yang memiliki doma untuk tempat keluar masuk disebut warihaiden (割拝殿). Kadang-kadang, haiden berfungsi pula sebagai aula menari (舞殿, maidono), aula pertunjukan kagura (神楽殿, kagura-den), atau kantor pengelola kuil.
    Sebagian kecil kuil Shinto tidak memiliki haiden (misalnya Kasuga Taisha dan Ise Jingū) atau memiliki dua haiden (misalnya Fushimi Inari Taisha, Meiji Jingū). Di bagian depan haiden digantung lonceng atau waniguchi yang dibunyikan sebelum berdoa dengan menarik-nariknya dengan tali.
  • Heiden (拝殿) adalah bangunan tempat meletakkan barang persembahan (heihaku). Bangunan ini dapat dibangun terpisah, namun umumnya menyatu dengan haiden. Kadang-kadang, ada pula kuil yang tidak memiliki bangunan ini.

Gaya arsitektur

sunting

Secara garis besar, model bangunan dibagi menjadi dua jenis, tsumairi dan hiraiiri, dan masing-masing dibagi menurut bentuk atap. Bangunan bergaya tsumairi (妻入) memiliki pintu masuk di sisi bangunan yang memiliki dinding berbentuk segitiga yang bertemu dengan atap. Bangunan bergaya hirairi (平入) memiliki pintu masuk yang sejajar dengan rabung.

Model bangunan yang paling kuno adalah gaya shinmei-zukuri, taisha-zukuri, dan sumiyoshi-zukuri. Bangunan honden zaman sekarang umumnya menggunakan gaya nagare-zukuri dan kasuga-zukuri.

Hirairi

sunting
Gaya arsitektur ini populer untuk bangunan kuil sejak zaman Meiji. Bila tidak memiliki munamochibashira maka disebut kirizuma-zukuri. Model honden di Ise Jingū dilarang untuk digunakan untuk kuil lain sehingga disebut yuitsu shinmei-zukuri (唯一神明造).
Gaya arsitektur paling populer untuk bangunan honden, digolongkan menjadi dua jenis:

Tsumairi

sunting
Gaya arsitektur ini umumnya digunakan oleh kuil-kuil di Prefektur Nara, dibagi menjadi:
Gaya arsitektur ini umumnya digunakan di kuil-kuil Shinto yang berada di Prefektur Shimane.

Gaya arsitektur lainnya berikut kuil yang mewakili:

Referensi

sunting
  1. ^ "Honden". Encyclopedia of Shinto. Universitas Kokugakuin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 2009-07-07. 

Pranala luar

sunting