Apen Bayeren adalah salah satu tarian khas Biak Numfor yang lekat dengan unsur budaya juga unsur magis. Apen memiliki artian batu yang dibakar, sedangkan Beyeren berarti kesepakatan. Atraksi ini menyatukan perbedaan frekuensi energi antara manusia dan bara batu (barapen). Setelah semuanya sama, maka bara batu yang diinjak ini tidak akan melukai atau terasa panas.

Dalam pertunjukkan tersebut juga ada lafal mantra dinyanyikan berulang dinamakan Neno-neno, yang berarti pujian. Filosofinya adalah persembahan Tuhan yang dibawakan melalui Wor atau tarian. Apen Beyeren dimulai dengan prosesi pembakaran batu karang, batu pun disusun berseling dengan kayu. Setelah itu, ritual pembongkaran batu pun dilakukan untuk mengambil kayu atau bara sisa pembakaran. Kemudian bara batu karang ini diratakan.

Biasanya aksi ini dilakukan oleh masyarakat adat lengkap menggunakan kostum. Satu persatu melewati bara batu tersebut, sambil menari Tarian Woro Beyusser diiringi nyanyian mantra neno-neno[1]

Apen Bayeren yaitu merupakan atraksi berjalan di atas batu yang dibakar pada acara barapen (bakar batu). Meski sudah jarang ditampilkan, namun Apen Bayeren masih masuk nominasi kategori sepuluh atraksi budaya terpopuler versi Anugerah Pesona Indonesia 2017[2]

Atraksi ini sudah jarang di mainkan di Biak, kampung yang masih memiliki kemampuan Apen bayeren ini salah satunya berada di Kampung Kampung Bosnabraidi, Distrik Yawosi, Kabupaten Biak Numfor.

Referensi

sunting