Antagonis H2, juga disebut penyekat H2 (H2 blocker) adalah kelas obat yang menghalangi aksi histamin pada reseptor histamin H2 dari sel-sel parietal dalam lambung. Obat beraksi mengurangi produksi asam lambung. Antagonis H2 dapat digunakan dalam pengobatan dispepsia, tetapi telah dikalahkan oleh penghambat pompa proton yang lebih efektif.[1] Obat juga digunakan untuk mengobati penyakit ulkus peptikum dan penyakit refluks gastroesofagus (GERD).

[2]Tujuan utama pengobatan untuk mengurangi rasa sakit penyembuhan ulkus dan mencegah terjadinya residif dan komplikasi.2,4 ARH-2 menurunkan volume cairan lambung dan konsentrasi H+. Penurunan sekresi oleh sel kelenjar lambung berlangsung simultan dengan penurunan volume cairan lambung.12 ARH-2 dapat menurunkan sekresi asam lambung basal (puasa), nokturnal, dan post-prandial atau yang distimulasi oleh insulin. Penghambatan sekresi asam lambung nokturnal merupakan faktor penting pada penyembuhan, sehingga penggunaan satu dosis pada malam hari menjelang tidur sangat bermanfaat.

[2]


Ada 4 jenis ARH-2 yang dikenal, yaitu: simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin.8,15,16 Simetidin merupakan senyawa antagonis reseptor pertama yang ditemukan, yang mengandung cincin imidazol dari histamin. Pada penemuan selanjutnya cincin imidazol digantikan dengan senyawa furan (ranitidin) dan senyawa tiazol (famotidin dan nizatidin)


Agen tersedia sunting

Referensi sunting

  1. ^ Eriksson S, Långström G, Rikner L, Carlsson R, Naesdal J. Omeprazole and H2-receptor antagonists in the acute treatment of duodenal ulcer, gastric ulcer and reflux oesophagitis: a meta-analysis [published correction appears in European Journal of Gastroenterology & Hepatology 1996;8:192]. European Journal of Gastroenterology & Hepatology 1995;7:467–475
  2. ^ a b Aziz, Noval (4 Maret 2002). "Peran Antagonis Reseptor H-2 Dalam Pengobatan Ulkus Peran Antagonis Reseptor H-2 Dalam Pengobatan Ulkus Peptikum". Sari Pediatri. 3 (4): 222–226.  line feed character di |title= pada posisi 104 (bantuan)