Annyorong lopi (terdiri dari dua kata dari bahasa Bugis, yaitu ᨕᨎᨚᨑᨚ annyorong yang berarti "mendorong" dan ᨒᨚᨄᨗ lopi yang bermakna "perahu") adalah suatu aktivitas ritual mendorong perahu ke laut yang dilakukan oleh masyarakat Bonto Bahari sebagai pembuat kapal pinisi di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tujuan dari dilaksanakannya acara ini adalah sebagai rasa syukur pada Tuhan yang Maha Kuasa karena telah menyelesaikan karya pembuatan perahu pinisi.

Annyorong lopi oleh masyarakat Bonto bahari di kabupaten Bulukumba dilakukan secara gotong royong
Proses pembuatan hingga selesai perahu ke laut semua dilakukan gotong royong oleh masyarakat Bonto bahari dalam acara Annyorong lopi

Prosesi upacara Annyorong lopi melibatkan para pembuat perahu (panrita lopi), dukun (sanro) dan para tamu khusus, tokoh masyarakat dan tentunya masyarakat Bugis di kabupaten Bulukumba dan sekitarnya. Upacara yang memiliki unsur budaya dan nilai religi[1] sudah dipercaya dan dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat suku Bugis[2] di Bonto bahari.

Rangkaian upacara

sunting

Rangkaian upacara Annyorong lopi terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama yaitu melakukan penyembelihan hewan kurban biasanya kerbau dan biasanya dilakukan saat sore hari, satu hari sebelum perahu diluncurkan. Tahap kedua adalah upacara appasili[3] yang dilaksanakan di pagi hari. Ritual Appasili yaitu aktivitas mencegah dan menolak mara bahaya dan gangguan dengan cara melaksanakan rangkaian songka bala (tolak bala) yang dipercaya masyarakat Bonto bahari sebagai ritual yang sangat penting agar perahu pinisi tidak mengalami gangguan selama berlayar. Tahap ketiga adalah dengan membuat ammossi (pusat perahu) aktivitas ini dilakukan pada malam hari. Ammarosi adalah membuat pusar (possi) pada pertengahan lunas perahu dengan menggunakan bor. Tahap terakhir yaitu keempat adalah peluncuran perahu dengan menarik perahu ke laut bersama-sama.[3].

Annyorong lopi menjadi wujud kearifan lokal masyarakat Bulukumba, memberi bukti nyata semangat kebersamaan, gotong royong dan etos kerja masyarakat Bulukumba Annyorong lopi saat ini bukan saja sekadar upacara ritual milik masyarakat Bugis, namun sudah menjadi sebuah ajang Festival besar dan bergengsi untuk pengembangan dan kemajuan pariwisata di Indonesia, agar lebih dikenal ke penjuru dunia. Sejak tahun 2010, acara Annyorong lopi sudah dilaksanakan sebagai sebuah even budaya yang bertajuk Festival pinisi yang biasanya dilaksanakan pada bulan September di lingkungan Tokambang, kelurahan Tanah Lemo, kecamatan Bontobahari.[4][5]

Penghargaan

sunting

Pada tanggal 27 Maret 2018 Pembuatan pinisi mendapatkan sertifikat Pinisi The Art Of Boatbuilding sebagai Warisan Budaya Tak benda dari UNESCO yang langsung diserahkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Tanah Beru Kecamatan Bontobahari.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Unhas, wsbm F. K. M. "NILAI-NILAI RELIGI DALAM PEMBUATAN KAPAL PINISI" (dalam bahasa Inggris). 
  2. ^ "(PDF) Mengenal Budaya Suku Bugis Pendekatan Misi Terhadap Suku Bugis". ResearchGate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-04-02. 
  3. ^ a b https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/
  4. ^ redaksi (2018-09-13). "Festival Pinisi 2018: Ritual Peluncuran Perahu "Annyorong Lopi"". Beritabulukumba.com. Diakses tanggal 2019-04-02. 
  5. ^ "Annyorong Lopi » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2019-04-02. 
  6. ^ Alodia, Diva (2018-03-27). "Bulukumba terima sertifikat Phinisi sebagai warisan UNESCO dari Kemendikbud". Makassar Terkini. Diakses tanggal 2019-04-02.