Angin ion, atau angin koronal merupakan aliran fluida terionisasi dihasilkan oleh kuat medan listrik menabrak muatan netral sehingga menimbulkan pergerakan udara.[1] Francis Hauksbee, kurator instrumen untuk Royal Society of London, membuat laporan awal “angin listrik” pada tahun 1709.

Keadaan diam dan berotasi pada kincir elektrostatik yang dipasang ke mesin Wimshurst (generator elektrostatik)

Myron Robinson menyelesaikan bibliografi yang luas dan kajian literatur selama tahun 1950-an kebangkitan dari ketertarikannya atas fenomena ini.

Energi listrik pada konduktor berada sepenuhnya disisi luar permukaan / penampang dan cenderung lebih berkonsentrasi di sekitar daerah bertitik yang tajam (sudut) dan sisi-sisi pinggir daripada permukaan datar.

Ini berarti bahwa medan listrik yang dihasilkan oleh permukaan yang semakin kecil, mengerucut dan tajam (titik konduktif) akan jauh lebih kuat daripada bidang yang dihasilkan oleh muatan yang sama yang berada pada bidang bulat besar datar dan mulus (conduction shell).

Ketika kekuatan medan listrik ini melebihi apa yang dikenal sebagai lucutan korona tegangan awal (corona discharge inception voltage atau CIV) itu mengionisasi udara pada ujungnya dan api jet samar berwarna ungu kecil pada plasma dapat dilihat di dalam gelap pada ujung konduktif.

Hasil ionisasi molekul udara terdekat tersebut akan “menggerakkan molekul udara yang terionisasi” dan memiliki polaritas yang sama dengan ujungnya yang terkena aliran listrik.

Selanjutnya, pada ujungnya menangkis atau menolak angin ion yang bermuatan. Dan angin ion seketika itu juga meluas karena adanya tolakan di antara ion-ion itu sendiri.

Tolakan ion ini menciptakan sebuah “angin listrik” yang berasal dari ujungnya, yang biasanya disertai dengan bunyi mendesis akibat perubahan tekanan udara di ujung penampang tersebut.

Referensi

sunting
  1. ^ Plouraboué, Franck (2018-11). "Flying with ionic wind". Nature (dalam bahasa Inggris). 563 (7732): 476–477. doi:10.1038/d41586-018-07411-z.