Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi tren suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume[1] Pada awalnya analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar misalnya, untuk pergerakan harga digunakan metode seperti misalnya Indeks Kekuatan Relatif, Indeks pergerakan rata-rata[2], regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik.

Analisis teknikal dikenal secara luas di antara para pedagang saham (atau dikenal dengan sebutan "trader") dan para profesional dibidang keuangan, namun dalam dunia akademis dianggap sebagai pseudosains[3] or "voodoo finance;" it receives little or no direct support from academic sources and is considered akin to "astrology."[4]

Akademisi seperti Eugene Fama mengatakan bahwa pembuktian analisis teknikal ini sangat tipis dan inkonsisten yang merupakan " bentuk kekurangan " dari tehnik yang diterima secara umum yaitu Hipotesis pasar efisien[5].[6][7] Ekonom bernama Burton Malkiel berargumen bahwa "Analisis teknikal merupakan sesuatu yang diharamkan (anathema) dalam dunia akademis" dan selanjutnya ia mengatakan pula bahwa " dalam bentuknya yang merupakan hipotesis efisien pasar yang lemah maka engka tidak akan dapat memprediksi harga saham kedepannya berdasarkan harga yang lampau"."[8]

Dalam pasar valuta asing, analisis teknis ini lebih banyak digunakan para praktisi dibandingkan penggunaan analisis fundamental .[9][10] Beberapa studi internal mengindikasikan bahwa aturan perdagangan tehnikal ini dapat menghasilkan imbal hasil yang konsisten pada periode hingga tahun 1987,[11][12][13][14] kebanyakan penelitian akademis menitik beratkan pada sifat alamiah dari posisi anomali dari pasar mata uang[15] Terdapat spekulasi bahwa anomali ini terjadi sebagai akibat dari adanya intervensi bank sentral.[16]

Penjelasan Umum

sunting

Analis teknikal (atau analis) berupaya untuk mengidentifikasi patron harga dan tren dalam pasar keuangan dan berupaya untuk mengeksploitasi patron tersebut.[17] Dalam penggunaan berbagai metode atau teknik maka mereka mengutamakan studi atas grafik harga. Para analis berupaya menemukan prototipe patron seperti misalnya patron pembalikan yang sudah amat dikenal dengan istilah Inggris head and shoulders (patron berbentuk seperti kepala dan bahu ), serta mempelajari pula berbagai patron seperti harga, volume, dan pergerakan rata-rata dari harga. Beberapa analis tehnikal juga menggunakan indikator psikologis dari investor sentimen pasar.

Analis tehnikal juga sering menggunakan berbagai indikator yang secara tipikal merupakan transformasi matematik dari harga atau volume. Indikator ini digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan apakah suatu asset berada dalam suatu tren serta arah dari harga aset dalam tern tersebut. Para analis juga mempelajari korelasi antara harga, volume, dan marjin dalam perdagangan berjangka. Indikator tersebut misalnya indeks kekuatan relatif dan MACD. Studi lain juga menggunakan korelasi antara perubahan dalam opsi dan opsi jual / beli beserta harganya.

Secara esensial, analisis teknikal mempelajari dua bidang investasi yautu analisis dari psikologi pasar dan analisis terhadap suplai dan permintaan. Para analis berupaya untuk meramalkan pergerakan harga guna memperoleh keberhasilan dalam perdagangan serta memperkecil risiko kerugiannya serta menghasilkan imbal hasil positif dalam masa depan melalui cara pengelolaan risiko dan manajemen keuangan

Banyak cara pembelajaran analisis tehnikal. Para penganut cara pembelajaran dari tehnik yang berbeda-beda (misalnya grafik lilin atau lebih dikenal luas dengan istilah candlestick chart, Teori Dow, dan Teori Elliot wave sering kali mengabaikan teknik pendekatan lainnya, namun banyak pula yang mengkombinasikan beberapa elemen pembelajaran. Para analis biasanya memutuskan untuk menggunakan metode pembelajaran yang mana yang tepat berdasarkan pengalaman atas apa yang tercermin dari suatu instrumen pada suatu masa tertentu serta apa makna dari patron yang terbentuk dalam masa tersebut.

Analisis teknikal sering kali kontras dengan analisis fundamental yaitu studi atas faktor ekonomi yang diyakini beberapa analis mampu memengaruhi harga dalam pasar keuangan. Para analis teknikal meyakini bahwa harga tersebut sudah mencerminkan semua pengaruh ekonomi tersebut sebelum investor menyadarinya. Beberapa pedagang menggunakan salah satu dari teknikal atau fundamental secara eksklusif namun beberapa lainnya menggabungkan keduanya dalam melakukan analisis.[18]

Sejarah

sunting

Contoh tertua dari analisis teknikal adalah yang dikembangkan oleh Homma Munehisa pada awal abad ke 18 yang menggunakan teknik grafik lilin (candlestick chart) yang merupakan perangkat analisis yang utama pada saat ini[19][20]

Teori Dow adalah berdasarkan pada kumpulan tulisan dari yang ditulis oleh Charles Dow yang merupakan pendiri dan editor dari Dow Jones, yang menjadi sumber inspirasi dari pengembangan bentuk teknikal analisis modern pada awal abad ke 19. Selain itu terdapat pula Ralph Nelson Elliott dan William Delbert Gann yang mengembangkan pula teknik mereka pada awal abad ke 20. Masih banyak lagi perangkat analisis teknikal dan teori-teori yang telah dikembangkan pada dekade ini seiring dengan bertumbuhnya penggunaan komputer sebagai alat bantu.

Kritik

sunting

Kritik atas analisis teknikal benyak dilontarkan oleh para analis fundamental yang terkenal seperti misalnya Peter Lynch yang berkomentar bahwa "Grafik adalah sangat bagus untuk memprediksi yang lampau". Warren Buffett mengatakan bahwa " Saya menyadari bahwa analisis teknikal itu tidak berguna sewaktu saya membalikkan grafik tersebut sehingga yang atas berada di bawah dan saya tidak menemukan sesuatu jawaban yang berbeda dan apabila sejarah masa lampau semuanya tercermin disitu maka yang akan menjadi orang terkaya adalah para pustakawan"[1]

Kebanyakan studi akademis menyatakan bahwa analisis teknikal hanya memiliki kekuatan prediksi yang kecil, namun beberapa studi menyatakan bahwa analisis teknikal dapat saja menghasilkan keuntungan. Cheol-Ho Park dan Scott H. Irwin mempelajari 95 studi modern atas profitabilitas dan menyatakan bahwa 56 di antaranya ditemukan positif, 20 menghasilkan hasil yang negatif dan 19 terindikasi menghasilkan hasil campuran."[21]

Sebuah studi yang berpengaruh dilakukan oleh Brock et al. pada tahun 1992 yang menunjukkan dukungan atas teknik perdagangan dengan cara teknikal yang telah diuji untuk pengintai data dan masalah lainnya pada tahun 1999;[22]

Sesudah itu, suatu studi perbandingan yang dilakukan oleh seorang ekonom Amsterdam bernama Gerwin Griffioen menyimpulkan bahwa: untuk pasar Amerika, Jepang dan beberapa pasar Eropa Barat mengindikasikan bahwa ramalan tersebut tidak menunjukkan hasil yang menguntungkan setelah mengimplementasikan sedikit biaya transaksi. "[7]

Hipotesis pasar tepatguna

sunting

Hipotesis pasar tepatguna atau dalam istilah asing dikenal dengan istilah efficient market hypothesis (EMH) merupakan suatu kontradiksi terhadap ajaran "analisis teknikal" yaitu dengan prinsipnya bahwa harga dimasa lampau tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga dimasa depan. atau dengan kata lain dikatakan bahwa analisis teknikal itu tidak efektif. Eugene Fama seorang ekonom, menerbitkan suatu tulisan yang dimuat pada Journal of Finance pada tahun 1970, mengatakan bahwa " Dalam masa singkat, bukti-bukti pendukung dari model pasar yang tepatguna akan meluas dan menjadi sesuatu yang unik dalam dunia ekonomi dan sebaliknya bukti-bukti yang menentang akan semakin berkurang. "[23] Para pendukung EMH menyatakan bahwa "apabila suatu harga dapat dengan cepat menggambarkan seluruh informasi yang berkaitan, maka tidak ada suatu metode ( termasuk analisis teknikal) dapat "melawan pasar"."

Para ahli mengatakan bahwa EMH mengabaikan cara pasar bekerja di mana banyak investor menyandarkan pengharapannya pada keuntungan atau kinerja dimasa lampau. Sebab harga dimasa depan dari suatu saham dapat dipengaruhi dengan kuat oleh pengharapan / ekspektasi investor, para ahli menyatakan bahwa mengikuti pengharapan atas harga dimasa lampau dapat memengaruhi harga dimasa depan.[24]

Hipotesis langkah tak beraturan

sunting

.Hipotesis langkah tak beraturan atau dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah Random walk hypothesis[25] yang merupakan bentuk lain dari hipotesis pasar tepatguna, yang didasarkan pada asumsi bahwa pelaku pasar sepenuhnya menggunakan semua informasi pada pergerakan harga dimasa lampau (namun tidak perlu menggunakan informasi umum lainnya).

Para ahli teknikal menyatakan bahwa teori EMH dan teori langkah tak beraturan, keduanya mengesampingkan kenyataan-kenyataan yang terjadi pada pasar di mana para pelaku pasar bertindak tidak rasional di mana mereka bisa saja menjadi tamak, ketakutan berlebihan terhadap risiko, dan lain-lain. dan pergerakan harga yang terjadi saat kini adalah bergantung pada pergerakan harga sebelumnya[26]

Indikator analisis teknikal

sunting

.Beberapa perangkat analisis teknikal yang dikenal secara luas penggunaannya antara lain:

  • Average true range - rentang harga perdagangan harian
  • Coppock - Edwin Coppock mengembangkan Indikator Coppock untuk satu kegunaan yaitu guna mengenali awal dari trend kenaikan pada pasar (bull market)
  • Dead cat bounce - Ini menggambarkan pemulihan harga sementara dari pasar atau suatu saham di tengah penurunan yang berkepanjangan atau bear market. Artinya, rebound yang dialami oleh pasar atau suatu saham setelah mengalami kejatuhan harga, sebenarnya hanya sementara karena pasar atau saham tersebut masih akan terus jatuh.
  • Prisip Gelombang Elliott dan rasio emas (golden ratio) untuk menghitung pergerakan harga
  • Patron Hikkake - patron untuk mengidentifikasi pembalikan dan kelanjutan gerak
  • Momentum - nilai perubahan harga
  • Grafik poin dan figur - grafik yang didasarkan pada harga dengan mengesampingkan waktu
  • Peringkat BPV - patron untuk mengidentifikasi pembalikan dengan menggunakan indikator volume dan harga sebagai indikatornya.

Indikator yang digunakan dengan cara menumpukkannya/menggabungkannya dengan grafik harga:

Indikator harga yang biasanya ditempatkan dibawah grafik harga

Indikator berbasis Volume:

  • Arus Uang - jumlah saham yang diperdagangkan saat harga bergerak naik
  • On-balance Volume - momentum untuk membeli atau menjual saham
  • Grafik PAC - metode dua dimensi untuk membuat grafik volume berdasarkan peringkat

celaknya juga gede

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ See e.g. Kirkpatrick and Dahlquist Technical Analysis: The Complete Resource for Financial Market Technicians (Financial Times Press, 2006), page 3.
  2. ^ Name, Your (2023-02-12). "Sideways No More: Navigating a Sideways Market with Ease". Chartpat.com. Diakses tanggal 2023-12-08. 
  3. ^ Paulos, J.A. (2003). A Mathematician Plays the Stock Market. Basic Books. 
  4. ^ Lo, A.W. (2000). "Foundations of Technical Analysis: Computational Algorithms, Statistical Inference, and Empirical Implementation". The Journal of Finance. 55 (4): 1705–1765. doi:10.1111/0022-1082.00265. 
  5. ^ Swaptionefficient market hypothesis
  6. ^ Fama, Eugene (May 1970). "Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work," The Journal of Finance, v. 25 (2), pp. 383-417.,
  7. ^ a b Griffioen, Technical Analysis in Financial Markets
  8. ^ Burton Malkiel, A Random Walk Down Wall Street pp. 118, 139, 165
  9. ^ Taylor, Mark P., and Helen Allen (1992). "The Use of Technical Analysis in the Foreign Exchange Market," Journal of International Money and Finance, 11(3), 304–314.
  10. ^ Cross, Sam Y. (1998). All About the Foreign Exchange Market in the United States, Federal Reserve Bank of New York chapter 11, pp. 113-115.
  11. ^ Brock, William, Josef Lakonishok and Blake Lebaron (1992). "Simple Technical Trading Rules and the Stochastic Properties of Stock Returns," The Journal of Finance, 47(5), pp. 1731–1764.
  12. ^ Osler, Karen (July 2000). "Support for Resistance: Technical Analysis and Intraday Exchange Rates," FRBNY Economic Policy Review (abstract and paper here).
  13. ^ Neely, Christopher J., and Paul A. Weller (2001). "Technical analysis and Central Bank Intervention," Journal of International Money and Finance, 20 (7), 949–70 (abstract and paper here)
  14. ^ Taylor, M.P. (1992). "The use of technical analysis in the foreign exchange market". Journal of International Money and Finance. 11 (3): 304–314. doi:10.1016/0261-5606(92)90048-3. Diakses tanggal 2008-03-29. 
  15. ^ Frankel, J.A. (1990). "Chartists, Fundamentalists, and Trading in the Foreign Exchange Market". The American Economic Review. 80 (2): 181–185. Diakses tanggal 2008-03-29. 
  16. ^ Neely, C.J. (1998). "Technical Analysis and the Profitability of US Foreign Exchange Intervention". Federal Reserve Bank of St. Louis Review. 80 (4): 3–17. Diakses tanggal 2008-03-29. 
  17. ^ John J. Murphy, Technical Analysis of the Financial Markets (New York Institute of Finance, 1999), pages 1-5,24-31.
  18. ^ Qiang, Lusanto. "Dasar-Dasar Analisis Teknis". carabelisaham.id. Diakses tanggal 11 Februari 2021. 
  19. ^ Nison, Steve (1991). Japanese Candlestick Charting Techniques. hlm. 15 -18. 
  20. ^ Nison, Steve (1994). Beyond Candlesticks: New Japanese Charting Techniques Revealed, John Wiley and Sons, p. 14. ISBN 0-471-00720-X
  21. ^ Cheol-Ho Park and Scott H. Irwin, What Do We Know about the Profitability of Technical Analysis? Diarsipkan 2007-11-28 di Wayback Machine. (March 2006).
  22. ^ Sullivan, R. (1999). "Data-Snooping, Technical Trading Rule Performance, and the Bootstrap". The Journal of Finance. 54 (5): 1647–1691. doi:10.1111/0022-1082.00163. 
  23. ^ Eugene Fama, "Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work," The Journal of Finance, volume 25, issue 2 (May 1970), pp. 383-417.
  24. ^ Aronson, David R. (2006). Evidence-Based Technical Analysis, Hoboken, New Jersey: John Wiley and Sons, pages 357, 355-356, 342. ISBN 978-0-470-00874-4.
  25. ^ Random walk hypothesis
  26. ^ Poser, Steven W. (2003). Applying Elliott Wave Theory Profitably, John Wiley and Sons, p. 71. ISBN 0-471-42007-7.

[1]

  1. ^ https://investamaaja.blogspot.com