Amanita ocreata
Amanita ocreata Malaikat penghancur Barat Laut Amerika | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Seksi: | Phalloideae
|
Spesies: | A. ocreata
|
Nama binomial | |
Amanita ocreata | |
Daerah penyebaran berwarna hijau |
Amanita ocreata | |
---|---|
Karakteristik mikologi | |
Himenium berbentuk insang | |
Tudung cembung atau tudung datar | |
Himenium bebas | |
Tangkai memiliki cincin dan volva | |
Jejak spora berwarna putih | |
Jenis ekologi mikoriza | |
Edibilitas: mematikan |
Amanita ocreata, jamak dikenal sebagai malaikat maut / malaikat penghancur atau lebih lengkapnya sebagai malaikat penghancur dari barat laut Amerika, adalah jamur beracun dan mematikan yang termasuk dari genus Amanita. Jamur ini tumbuh di sepanjang daerah pantai barat laut Pasifik dan California, provinsi floristik Amerika Utara. A. ocreata berhubungan dengan pohon ek. Tubuh jamur umumnya muncul di musim semi; bagian topi umumnya berwarna putih dengan corak-corak berwarna coklat khususnya di bagian tengah, sedangkan stripe, ring, gill, dan volva semuanya berwarna putih.
Amanita ocreata menyerupai spesies jamur yang dikonsumsi manusia, sehingga sangat berisiko mengakibatkan keracunan bagi mereka yang tak jeli melihat perbedaannya. Beberapa jenis jamur layak makan yang mirip dengan A. ocreata ketika antara lain A. velosa, A. lanei atau Volvopluteus gloiocephalus, dan ketika belum matang jamur tersebut mungkin sulit dibedakan dari jamur Agaricus atau puffballs yang juga dapat dimakan. A. ocreata adalah jamur mematikan paling bertanggung jawab atas keracunan jamur di California,[1] racun yang dimilikinya mirip dengan jamur mematikan lainnya seperti dalam jamur "topi mematikan" (A. phalloides), "malaikat maut dari Eropa" (A. virosa), maupun A. bisporigera yang tumbuh di timur Amerika Utara. Kandungan racun utama dalam A. ocreata diantaranya α-amanitin, zat tersebut merusak liver dan ginjal yang sering kali berakibat fatal dan tak memiliki obat penawar meski silybin dan N-acetylcysteine menunjukkan pengaruh.[2]
Gejala dan tand yang disebabkan oleh jamur tersebut awalnya bersifat gastrointestinal yang meliputi sakit perut, diare dan muntah yang encer yang menyebabkan dehidrasi, dalam kasus yang parah akan menyebabkan hipotensi, takikardia, hipoglikemi, dan gangguan asam-basa.[3][4] Gejala awal tersebut akan sembuh dua sampai tiga hari setelah konsumsi jamur, keadaan akan semakin memburuk dengan penurunan kondisi hati yang menyebabkan penyakit kuning, diare, delirium, kejang, hingga koma. Gagal ginjal juga dapat terjadi baik karena hepatitis berat[5]/disebabkan oleh kerusakan ginjal toksik langsung,[6] koagulopati juga dapat muncul selama tahap ini. Zat racun juga dapat meningkatkan tekanan intrakranial, pendarahan intrakranial, sepsis, pankreatitis, cedera ginjal akut, hingga henti jantung. Kematian umumnya terjadi enam hingga enam belas hari setelah keracunan.[7]
Habitat
suntingA. ocreata biasa muncul tiap Januari hingga April, periode yang lebih panjang dalam satu tahun daripada genus amanita lain kecuali A. calyptroderma. Jamur ini dapat ditemukan di hutan kayu pantai Pasifik, Amerika Utara, menyebar dari negara bagian Washington ke selatan melewati California, hingga Baja California Meksiko.[1][8] Jamur ini memiliki hubungan ectomycorrhizal dan sering kali ditemukan bersama pohon ek (Quercus agrifolia), maupun pohon hazel (Corylus spp.)[9]. Di beberapa tempat seperti Oregon dan Washington, jamur ini juga ditemukan bersama ek Garry (Quercus garryana).
Referensi
sunting- ^ a b Ammirati, Joseph F.; Thiers, Harry D.; Horgen, Paul A. (1977). "Amatoxin-Containing Mushrooms: Amanita ocreata and A. phalloides in California". Mycologia. 69 (6): 1095–1108. doi:10.2307/3758932. ISSN 0027-5514.
- ^ Enjalbert, Françoise; Rapior, Sylvie; Nouguier-Soulé, Janine; Guillon, Sophie; Amouroux, Noël; Cabot, Claudine (2002-01). "Treatment of Amatoxin Poisoning: 20-Year Retrospective Analysis". Journal of Toxicology: Clinical Toxicology (dalam bahasa Inggris). 40 (6): 715–757. doi:10.1081/CLT-120014646. ISSN 0731-3810.
- ^ Pinson, C. Wright; Daya, Mohamud R.; Benner, Kent G.; Norton, Robert L.; Deveney, Karen E.; Kurkchubasche, Arlet G.; Ragsdale, John W.; Alexander, J. Preston; Keeffe, Emmet B. (1990-05). "Liver transplantation for severe Amanita phalloides mushroom poisoning". The American Journal of Surgery (dalam bahasa Inggris). 159 (5): 493–499. doi:10.1016/S0002-9610(05)81254-1.
- ^ Klein, Andrew S.; Hart, John; Brems, John J.; Goldstein, Leonard; Lewin, Klaus; Busuttil, Ronald W. (1989-01). "Amanita poisoning: Treatment and the role of liver transplantation". The American Journal of Medicine (dalam bahasa Inggris). 86 (2): 187–193. doi:10.1016/0002-9343(89)90267-2.
- ^ Vetter, János (1998-01). "Toxins of Amanita phalloides". Toxicon (dalam bahasa Inggris). 36 (1): 13–24. doi:10.1016/S0041-0101(97)00074-3.
- ^ Karlson-Stiber, Christine; Persson, Hans (2003-09). "Cytotoxic fungi—an overview". Toxicon (dalam bahasa Inggris). 42 (4): 339–349. doi:10.1016/S0041-0101(03)00238-1.
- ^ Fineschi, Vittorio; Di Paolo, Marco; Centini, Fabio (1996-05-01). "Histological Criteria for Diagnosis of Amanita Phalloides Poisoning". Journal of Forensic Sciences (dalam bahasa Inggris). 41 (3): 13929J. doi:10.1520/JFS13929J. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-24. Diakses tanggal 2020-02-24.
- ^ Thiers, Harry D.; Tulloss, Rodham E.; Ovrebo, Clark L.; Halling, Roy E. (1993-07). "Studies on Amanita (Amanitaceae) from Andean Columbia, Memoirs of the New York Botanical Garden, Volume 66". Mycologia. 85 (4): 715. doi:10.2307/3760519. ISSN 0027-5514.
- ^ Benjamin, Denis R. (1995). Mushrooms : poisons and panaceas : a handbook for naturalists, mycologists, and physicians. New York: W.H. Freeman. ISBN 0-7167-2600-9. OCLC 31708814.