Alice Stokes Paul (11 Januari 1885 – 9 Juli 1977) adalah seorang feminis dan aktivis hak asasi wanita Amerika.

Alice Paul
Alice Paul pada tahun 1901
Lahir(1885-01-11)11 Januari 1885
Moorestown, New Jersey
Meninggal9 Juli 1977(1977-07-09) (umur 92)
Moorestown Township, New Jersey
AlmamaterUniversitas Birmingham, Universitas Pennsylvania, Kampus Swarthmore, Universitas Amerika
PekerjaanSuffragis
Orang tuaWilliam Mickle Paul I (1850-1902)
Tacie Parry
KerabatWillam, Helen, dan Parry
Find a Grave: 6283941 Modifica els identificadors a Wikidata

Sosok Alice Paul sendiri merupakan putri dari pasangan William dan Tacie yang menikah pada tahun 1881. Ayah Alice adalah seorang pengusaha sukses dan, menjabat sebagai presiden Perusahaan di Burlington Trust di Moorestown, NJ.

Lahir di New Jersey pada 11 Januari 1885 Alice memiliki dua saudara, William Jr dan Parry, dan saudara perempuan, Helen. Sebagai Quaker Hixsite, keluarganya sangat percaya pada kesetaraan gender, pendidikan untuk wanita, dan bekerja untuk kemajuan masyarakat. Tacie sang ibunda sering membawa Alice ke pertemuan hak pilih perempuan.

Awal mula ketertarikan Alice memperjuangan persamaan hak, ketika dirinya mendapat beasiswa ke Inggris, dan di sana dia mendengar pidato yang di sampaikan oleh Christabel Pankhurst di Universitas Birmingham.

Suatu ketika, saat rekan-rekannya berorasi dan berkampanye, banyak warga yang mencemooh aksi mereka, sebagai sikap tidak mendukung pemerintahan, bahkan beberapa dari mereka mengatakan, bahwa aksi tersebut merupakan upaya meloloskan diri dari wamil.

Pada tahun 1913 Alice bergabung dengan Lucy Burns dalam membentuk Uni Kongres untuk Hak Pilih Wanita (CUWS) dan mulai memperkenalkan metode militan yang digunakan oleh Uni Perempuan Sosial dan Politik di Inggris.

Sikap berani tersebut, mendapat respon keras dari partai politik yang kala itu mayoritas kaum pria. Ahkirnya pada tahun 1917, tepatnya bulan oktober, Alice ditangkap, dan dijatuhi hukuman selama 7 bulan.

Selama di penjara, Alice mendapat perlakuan yang tidak berperikemanusiaan. Tidak hanya Alice, para rekan seperjuangannya pun mendapat perlakuan yang sama kejinya. Salah satunya adalah pemberian makanan. Membayangkan dalam makanan yang disajikan, tiba-tiba muncul ulat-ulat. Sungguh tidak manusiawi. Namun ada satu hal yang membuat rasa kagum saya makin tinggi, adalah ketika, saat Alice melihat, seorang napi yang terlihat sesak napas karena berada diruangan yang cukup panas, tanpa adanya ventilasi udara. Alice meminta izin untuk membuka jendela, tetapi oleh penjaga (yang berkelamin perempuan) tidak di perkenankan. Maka dengan sikap berani, dia nekat memecahkan salah satu jendela di ruangan tersebut,dengan melemparkan salah satu sepatunya. Karena kejadian tersebut, maka Alice di bawa pada suatu ruangan yang di beri nama ruang isolasi. Selama dalam penjara Alice melakukan aksi mogok makan, karena dia merasa, haknya telah di rampas. Dia di pisahkan dari narapidana lainnya. Kemudian tidak boleh di damping oleh pengacaranya. Aksi mogok makan tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekan sesama penghuni penjara. Hal itu semakin membuat risau Penjaga Penjara Distrik Washington. Karena hal itu bisa berpengaruh pada resolusinya. Karena aksinya Alice kemudian ditempatkan di bangsal psikopat, yaitu bangsal bagi pidana orang gila, yang tentunya akan di rujuk pada perawatan di rumah sakit jiwa. Di sini, Alice sungguh mendapat siksaan mental yang luar biasa.

Salah satu siksaan mental adalah ketika dirinya mendapat paksaan untuk makan. Mulutnya terpaksa dibuka dengan sebuah alat yang mirip leher bebek, kemudian sebuah selang dimasukan dengan paksa menuju lambungnya, dan kemudian dengan kasar, perawat memasukan makanan yang berupa susu dan telur mentah. Namun Alice tetap menolak makan, hingga ketika selang tersebut dicabut, Alice memuntahkan kembali makanan tersebut.

Ternyata, apa yang sudah Alice alami, membuat salah satu sipir penjara yang notabene juga seorang wanita merasa iba, dan ahkirnya dengan diam-diam, dia membantu Alice agar bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Bentuk bantuan yang di berikan adalah selalu menyelipkan secarik kertas dan sebuah pena di tampan makannya. Dengan kedua alat tersebut, Alice menceritakan apa yang sudah terjadi selama di penjara.

Kekejian yang sudah dilakukan, tersebar di khalayak umum, dan menimbulkan protes serta amarah. Merebaknya berita itu karena, salah satu rekan perjuangan Alice di penjara merupakan istri dari salah satu senator.

Berita ini membuat banyak orang berbalik mendukung gerakan Alice. Carrie Cat yang mulanya memusuhi Alice dan NWP, berbalik mendesak Presiden untuk mengesahkan UU mengenai hak pilih wanita. Presiden “terpaksa” menyetujui dengan syarat disukung 36 suara dari seluruh negara-negara bagian.

Dan pada bulan Januari, 1918, Alice di bebaskan dengan di dukung pernyataan Presiden Woodrow Wilson yang mengatakan bahwa hak pilih perempuan itu sangat dibutuhkan sebagai “Ukuran perang“.

Pada tanggal 18 Agustus 1920, Negara bagian Tennessee meratifikasi Amendemen ke-19. Enam hari kemudian, Sekretaris Negara Colby mensyahkannya. Dan perempuan Amerika mendapatkan hak pilih setelah pertempuran tujuh puluh dua tahun. Dan 26 Agustus di tetapkan sebagai Hari Kesetaraan Perempuan di Amerika Serikat.

Hingga ahkir hayatnya Alice tidak menikah. Alice Paul meninggal pada tanggal 9 Juli, 1977 di Moorestown, New Jersey, hanya beberapa mil dari tempat kelahiran dan rumah keluarga Paulsdale. Hidupnya menunjukkan bahwa perjuangan satu orang dapat membuat perbedaan. Warisannya terus hidup, menjadi saksi untuk pentingnya hidup dan menginspirasi orang lain yang berjuang untuk keadilan sosial. Untuk menghargai perjuangannya pada tahun 1985 didirikan Institut Alice Paul yang didedikasikan untuk menciptakan warisan dan pusat pengembangan kepemimpinan di Paulsdale. Lembaga ini khusus bekerja untuk mendidik dan mendorong perempuan dan anak perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan dalam komunitas mereka dan untuk melanjutkan perjuangan panjang untuk kesetaraan perempuan.

Referensi

sunting
  • Adams, Katherine H. and Michael L. Keene. Alice Paul and the American Suffrage Campaign. University of Illinois Press, 2007. ISBN 978-0-252-07471-4
  • Walton, Mary. A Woman's Crusade: Alice Paul and the Battle for the Ballot. Palgrave Macmillan, 2010. ISBN 978-0-230-61175-7

Pranala luar

sunting