Alger Hiss (11 November 190415 November 1996) adalah seorang pejabat U.S. State Department yang terlibat dalam pembentukan PBB. Ia dituduh menjadi spion Soviet pada 1948 dan dijatuhi hukuman pada 1950. Bukti yang diajukan masih diperdebatkan sampai sekarang.

Ia dilahirkan di Baltimore, Maryland, dari keluarga Mary Lavinia Hughes dan Charles Alger Hiss, sekolah di Baltimore City College dan Johns Hopkins University. Pada 1929 ia memperoleh gelar hukum dari Harvard Law School. Sebelum bergabung dengan sebuah firma hukum di Boston, ia menjadi clerk to Supreme Court Justice Oliver Wendell Holmes Jr.

Pada 1933, ia menjadi salah satu pengacara presiden Franklin Delano Roosevelt, mulai dari Agricultural Adjustment Administration (AAA). Hiss juga bekerja untuk Nye Committee, yang menyelidiki wartime profiteering oleh kontraktor militer selama perang dunia I.

Pada 1945, Hiss adalah anggota utusan AS ke Yalta conference, di mana Franklin D. Roosevelt, Joseph Stalin, dan Winston Churchill bertemu untuk membahas cara mengalahkan Hitler dan membentuk PBB. Peran Hiss di sini terbatas pada PBB. Stalin meminta 16 suara dalam U.N. General Assembly dan Hiss memimpin AS dalam menentang permintaan ini. Dalam hasil akhir, Stalin memperoleh 2 suara tambahan untuk Byelorussia. Tentangan Hiss terhadap Stalin dianggap oleh para pendukungnya sebagai bukti bahwa ia bukan agen Soviet. Hiss menjabat sebagai secretary-general of the United Nations Conference on International Organization (the United Nations Charter Conference) di San Francisco pada 1945, dan kemudian menjadi Director of the Office of Special Political Affairs.

Pada 1946 Hiss menjadi presiden Carnegie Endowment for International Peace sampai 5 Mei 1949.

Ketika bersaksi di hadapan House Committee on Un-American Activities (HUAC) pada 1948, Whittaker Chambers, seorang senior editor majalah Time dan mantan spion komunis, menuduh Alger Hiss seorang anggota Communist Party.

Alger Hiss tampil secara sukarela di hadapan HUAC untuk bersaksi bahwa ia bukan komunis. Congressman Richard Nixon, setelah mendapat informasi rahasia dari Federal Bureau of Investigation (FBI) dan pastor John Francis Cronin, mendesak komite untuk meneruskan penyelidikan.