Aladin Banuali gelar Rajo Linduang (lahir di Koto Laweh, Lembang Jaya, Solok, Sumatera Barat) adalah seorang mantan pelaku kriminal (perampok) yang cukup ternama pada era 1960-an.[1] Ia seangkatan dengan Kusni Kasdut.[2]

Aladin Banuali gelar Rajo Linduang
LahirAladin Banuali
Koto Laweh, Lembang Jaya, Solok, Sumatera Barat
Meninggal2004
Kabupaten Solok
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPelaku kriminal
Kontraktor
Ketua KAN
Pengurus masjid
Dikenal atasPerampok cukup ternama pada era 1960-an
Anak13 orang

Berbeda dengan Kusni Kasdut, Aladin tak pernah membunuh korbannya. Sepanjang kariernya sebagai pelaku kriminal, Aladin telah dipenjara di berbagai kota, yaitu Jakarta, Medan, Padang, dan Bukittinggi.[2] Dalam aksinya, Aladin diberitakan selalu merampok orang-orang kaya, dan juga membagikan hasil rampokannya ke orang-orang yg tidak mampu.

Ia kemudian diinsyafkan oleh Ismail Saleh, yang pernah menjabat menteri kehakiman Indonesia dan Azwar Anas, mantan Gubernur Sumatera Barat serta mantan Menteri koordinator Indonesia.[2] Aladin konon cukup dekat dengan Ali Sadikin, sehingga ia diberi modal pada awal hijrahnya ke kampung halaman.

Setelah insyaf dan sadar, akhir tahun 70-an Aladin kemudian pulang ke kampung halamannya dan menjadi kontraktor yang sukses serta menghabiskan masa tuanya hingga meninggal dunia sebagai pengurus masjid dan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) di nagarinya. Aladin juga banyak membantu orang menyelesaikan masalah. Bagaikan konsultan, orang datang kepadanya untuk meminta solusi penyelesaian masalahnya.

Aladin juga pernah menulis sebuah novel yang berjudul Pasrah ketika ia dipenjara. Novel itu kemudian dimuat secara bersambung pada Mingguan Singgalang pada masa itu.[3]

Referensi sunting

  1. ^ Majalah Tempo Edisi 07/14, tanggal 14 April 1984.
  2. ^ a b c "Kandang Situmbin" Haluan, 14-07-2013, hal. 1 dan 7. Diakses 09-12-2014.
  3. ^ "Sejarah Perpustakaan Penjara di Indonesia Periode 1917 - 1964" Dini, Universitas Indonesia, 2011, bab I - hal. 3. Diakses 09-12-2014.