Aegyptiaca (Bahasa Yunani: Ἀιγυπτιακά, Aiguptiaka, berarti: "sejarah Mesir"), merupakan salah satu tulisan yang dihasilkan oleh Manetho, seorang pemuka agama dari jaman Mesir Kuno[1]. Penulisan buku ini masih diperdebatkan masanya, namun ditulis pada jaman Dinasti Ptolemaik. Naskah asli dari buku ini tidak ditemukan, sehingga studi dilakukan dari salinan-salinan setelahnya. Buku ini memuat sejarah Kerajaan Mesir Kuno berdasarkan dewa-dewi yang berperan serta generasi yang memerintah dilihat dari kemunculan dinasti-dinastinya.

Isi sunting

Bagian pertama dan bagian kedua sunting

Buku ini terbagi atas tiga bagian yang membahas mengenai dewa-dewi yang membangun Mesir serta raja-raja manusia yang memerintah hingga masa Raja Darius dari Kerajaan Persia. Bagian pertama tersusun atas pemerintahan dewa dan setengah dewa. Bagian kedua tersusun atas Dinasti XII hingga Dinasti XIX, dan bagian ketiga menceritakan pendudukan Hyksos hingga berakhirnya Dinasti XXXI [2]. Setiap bagian tersusun atas fragmen-fragmen tertentu. Buku dibuka dengan fragmen dari Chronica I versi Armenia yang menjelaskan mengenai kekuasaan dewa dan setengah dewa[1]. Fragmen sendiri dibuka dengan penyebutan manusia (atau dewa) pertama di Mesir, yakni Hefaistos yang dikenal menemukan api. Selanjutnya ia digantikan oleh Sôsis dan terus berganti hingga Isis. Selanjutnya selama 13.900 tahun kalender candra mereka digantikan oleh raja manusia. Setelah masa tersebut kemudian pemerintahan dipegang oleh setengah dewa selama 1.255 tahun dan dilanjutkan oleh raja manusia. Setelah masa tersebut kemudian kekuasaan diambil oleh Dewa Kematian dan setengah dewa. Tahun-tahun yang disebutkan pada fragmen ini ditulis berdasarkan kalender candra.

Fragmen-fragmen selanjutnya menjelaskan secara umum mengenai siapa nenek moyang orang Mesir dan siapa yang berkuasa di Dinasti I secara detail. Dewa yang tercantum pada tulisan ini mengambil dari Mitologi Yunani[3]. Pada bagian nenek moyang orang Mesir, dijelaskan hubungan antara keturunan Abraham dengan keturunan Mesir. Setelah kekuasaan dewa dan setengah dewa, nama-nama raja tidak lagi disebutkan, namun digabungkan berdasarkan bagiannya di dalam dinasti[4]. Panjang masa kekuasaan dihitung perdinasti dalam tahun kalender candra. Bagian pertama ditulis hingga Dinasti XI dengan total kekuasaan 2.100 tahun lamanya. Bagian kedua dimulai dengan Dinasti XII selama 60 tahun. Bagian kedua membagi dinasti dengan lebih detail, di mana terdapat penambahan asal dinasti tersebut. Pencatatan berakhir pada Dinasti XIX.

Awal bagian ketiga sunting

Bagian tiga merupakan bagian terpanjang dari buku ini. Bagian ini menjelaskan secara detail bagaimana kehidupan setelah Air Bah di Mesir dan dimulainya Dinasti I[5]. Setelah masa pemerintahan dewa dan setengah dewa, pemerintahan dipegang oleh Menes selama 62 tahun. Selanjutnya, anaknya Athôtis menggantikannya selama 57 tahun. Kekuasaan Dinasti I berlangsung selama 523 tahun. Fragmen selanjutnya menjelaskan lebih lengkap mengenai hal bernilai yang terjadi selama pemerintahan raja tersebut, seperti: Menes dan ekspedisinya, Athôthis dan studinya di bidang pengobatan dan anatomi, serta Uenephês dan piramida yang ia bangun dekat Kôchôme[6]. Beberapa fragmen selanjutnya juga kembali menulis mengenai hal yang sama dengan bahasa yang berbeda, sehingga dihasilkan versi catatan yang berbeda pula [7]. Selanjutnya penjelasan mengenai satu dinasti akan diulang sebanyak tiga kali berdasarkan tiga tulisan: versi Africanus dari Syncellus, versi Eusebius dari Syncellus, dan versi Eusebius dalam Bahasa Armenia. Pengulangan ini terus berlanjut hingga Dinasti XVII.

Penjelasan secara detail hingga ke pencapaian hanya direkam hingga Dinasti VI, di mana pemimpin yang paling mencolok adalah Ratu Nitôcris. Ratu disebut memiliki pencapaian lewat pembangunan piramidanya. Deskripsi mengenai kenampakan fisik juga sejauh ini hanya dilakukan pada Ratu Nitôcris[8]. Dinasti VII hingga Dinasti XI dideskripsikan dengan asal dinasti, jumlah raja, dan lama memimpin. Penjelasan mengenai detail raja kembali dilakukan pada Dinasti XII, seperti: Sesôtris yang menaklukkan Asia dan Eropa, serta Lacharês yang membangun labirin sebagai kuburnya[9].

Penyerangan Hyksos dan akhir bagian ketiga sunting

Fragmen 42 dari Yosefus menulis mengenai penyerangan Hyksos [10] yang terjadi di Dinasti XIII. Yosefus menjelaskan bagaimana Hyksos yang datang dari timur menyerang dengan peperangan, pembakaran kota, penghancuran kuil, dan pembunuhan massal. Selanjutnya, Hyksos memilih seseorang di antara mereka untuk menjadi raja, yakni Salitis[11]. Salitis dan keturunannya memerintah selama 540 tahun lamanya yang tersusun atas tiga dinasti, yakni: Dinasti XV, Dinasti XVI, dan Dinasti XVII. Kekuasaan Hyksos kemudian berakhir kala terjadi penyerangan dari bangsa Mesir yang dipimpin oleh Ahmosis I[12]. Bersama dengan keberhasilan Ahmosis I, dinasti-dinasti selanjutnya kembali dibangun oleh Bangsa Mesir. Dinasti XVIII dimulai dengan Raja Amôs yang mengangkat Musa sebagai anaknya[13]. Selanjutnya, kekuasaan dinasti ini dilanjutkan oleh 16 raja lainnya. Dalam tulisan ini juga dicatat mengenai interaksi Bangsa Hyksos yang tinggal di Yudea dan Musa (yang disebut sebagai Osarsêph) dengan Bangsa Mesir[14] Dinasti XIX hingga Dinasti XXXI ditulis seperti penulisan dinasi VII. Dinasti XXXI diakhiri dengan Raja Darius yang dibunuh oleh Aleksander dari Makedonia[15].

Pengaruh Penyalin dalam Penyusunan Ulang sunting

Aegyptiaca merupakan rekaman sejarah Mesir yang ditulis oleh Manetho, seorang pendeta Mesir dengan pengetahuan literatur Yunani. Hilangnya tulisan asli membuat penyusunan ulang membuat peneliti harus membaca dari salinan-salinan ulang dari penulis-penulis lain. Setidaknya terdapat dua penulis yang melakukan perekaman ulang, yakni oleh Yosefus dan oleh ahli-ahli kronografi kristen. Penggunaan tulisan Yosefus oleh orang-orang Yahudi untuk mengetahui sejarah mereka dapat dilihat dari beberapa koreksi dan komentar yang dibubuhkan dalam rekaman Yosefus [16][17]. Rekaman yang dimiliki oleh ahli-ahli kronografi kristen diaggap lebih relevan karena digunakan sebagai pembanding dalam mempelajari Alkitab, terutama Africanus dan Eusebius[18], namun bukan berarti dalam penulisannya tidak meninggalkan jejak pengubahan sesuai dengan kepentingan[19]. Melihat rekaman milik Africanus dan Eusebius, terlihat lebih sedikit "koreksi" pada tulisan Africanus, di mana salinannya lebih utuh dan lebih dulu dibuat dari Eusebius[20].

Sumber-Sumber yang Diperkirakan sunting

Sebagai seorang pendeta Mesir yang hidup di jaman Dinasti Plotemaik, maka penyusunan tulisan didasarkan pada gulungan-gulungan papirus, ukiran di dinding, dan hieroglif. Wadell (1940)[21] memperkirakan sumber-sumber yang digunakan oleh Manetho dalam penyusunan buku ini terdiri atas:

  1. The Royal List of Abydos: Dinding kuil Sethôs I yang berisi uraian raja sejak Menes hingga Sethôs I.
  2. The Royal List of Karnak: Berisi 61 nama raja sejak Menes hingga Tuthmosis III, beberapa nama dari Dinasti XIII hingga Dinasti XVII, dan Dinasti XVIII
  3. The Royal List of Sakkâra: Ditemukan pada sebuah makam di Sakkâra yang berisi 47 nama raja sejak Miebis (Dinasti I) hingga
  4. Turin Papyrus: Lembar papirus yang berisi lebih dari 300 nama raja yang diawali dengan penyebutan dewa dan setengah dewa.
  5. The Palermo Stone: Sebuah diorit hitam yang mencatat pembangunan piramid oleh Dinasti I, IV, dan VI.

Catatan Kaki sunting

  1. ^ a b Wadell 1940, hlm. 3.
  2. ^ Verbrugghe 2001, hlm. 99-100.
  3. ^ Wadell 1940, hlm. 11.
  4. ^ Wadell 1940, hlm. 21.
  5. ^ Wadell 1940, hlm. 27.
  6. ^ Wadell 1940, hlm. 32.
  7. ^ Wadell 1940, hlm. 33.
  8. ^ Wadell 1940, hlm. 54.
  9. ^ Wadell 1940, hlm. 67.
  10. ^ Wadell 1940, hlm. 77.
  11. ^ Wadell 1940, hlm. 81.
  12. ^ Wadell 1940, hlm. 87.
  13. ^ Wadell 1940, hlm. 111.
  14. ^ Wadell 1940, hlm. 127.
  15. ^ Wadell 1940, hlm. 187.
  16. ^ Gray & O'Day 2008, hlm. 52.
  17. ^ Adler 1983, hlm. 149-442.
  18. ^ Brittanica.
  19. ^ Wadell 1940, hlm. xv-xvi.
  20. ^ Lundström.
  21. ^ Wadell 1940, hlm. xxii-xxiii.

Referensi sunting