Abraham Hallatu adalah Upu Latu atau Raja Negeri Amahai (Lounusa Ma'atita) di Pulau Seram Maluku, yang memerintah pada tahun 1907.[1][2]

Hallatu
Upu Manihua Lauro
Tanda Penghormatan : Tongkat Rotan Emas dan Bintang
Example alt text
Upu Latu Negeri Amahai
Berkuasa1907 - 1950s
PendahuluWellem Hallatu
Informasi Pribadi
Kelahiranc.1870s
Amahai
Kematianc.1950s
Amahai
AyahWellem Hallatu
IbuSoselissa
PasanganWattimena
Benjamina Tentua
AnakDari Wattimena :
Wempy Hallatu
Lintje Hallatu
Dari Benjamina Tentua :
Frederick Hallatu
Johan Dominggus Hallatu
Corneles Hallatu
Christina Hallatu
AgamaKristen

Keluarga sunting

Abraham Hallatu adalah anak kedua dari pasangan Upu Latu Wellem Hallatu dengan Soselissa. Abraham Hallatu memiliki dua saudara perempuan.

Ia adalah satu-satunya anak laki-laki yang mewarisi pemerintahan Upu Latu dari Ayahnya yang adalah Upu Latu atau Raja[3]. Ia disebut Raja Muda yang dalam bahasa Amahai disebut Aja Ho'oro.

Ia menikah sebanyak dua kali. Dari dua pernikahannya itu, dia dikaruniai enam orang anak.

Sebagai Upu Latu Negeri Amahai sunting

Setelah Upu Latu Wellem Hallatu meninggal pada 1899, Keluarga Mata Rumah Parentah dan Saniri Negeri Amahai memutuskan Abraham Hallatu yang sebagai pewaris pemerintahan Ayahnya untuk menjadi Upu Latu atau Raja Negeri Amahai.[2]

Namun, dikarenakan Ia masih muda walaupun Ia adalah Aja Ho'oro namun Ia belum siap mengemban tanggung jawab itu, maka pemerintahan dijabat sementara oleh seorang Gezaghebber. Lalu pada tahun 1907, secara resmi Abraham Hallatu diangkat menjadi Upu Latu atau Raja untuk memerintah Negeri Amahai.

Pada pemerintahannya Ia bersama Pemerintah Negeri Ihamahu yakni Johanis Lilipaly kembali meneguhkan Hubungan Pela Amahai - Ihamahu yang sempat renggang setelah peristiwa bencana tsunami pada tahun 1899[4]. Tepat pada 25 Oktober 1924, Ia bersama Johanis Lilipaly menandatangani Norma dan Nilai Dasar Perteguhan Pela Amahai - Ihamahu.[5]

 
Replika Perteguhan Pela Amahai-Ihamahu, Monumen Bahaya Seram (Amahai)

Dikarenakan memiliki hubungan darah dengan marga Waelaruno, maka Abraham Hallatu memimpin sementara pemerintahan Negeri Haruru setelah selesainya masa kepemimpinan Johanes Lokollo. Barulah pada tahun 1947, pemerintahan Negeri Haruru dipimpin oleh Demianus Maatoke.

 
Abraham Hallatu (kanan) bersama orang tua-tua adat serta Christian Tamaela,Patih Soahuku.

Pada pemerintahan Abraham Hallatu, ia memerintahkan para tua-tua adat untuk mengucapkan kapata-kapata dan beberapa simbol untuk disalin dan dijadikan koleksi oleh Pejabat Administrasi atau Controuller saat itu yakni Gerard Louwrens Tichelman.[6]

 
Antara Desember 1943 hingga Desember 1944, kependudukan Jepang diserang pesawat Sekutu.

Saat Perang Dunia II, menjadi masa yang sulit untuk Negeri Amahai dan Negeri-Negeri sekitar dikarenakan kependudukan Jepang saat itu. Imbas dari Perang Dunia II, Negeri Amahai terkena berkali-kali bombardir oleh pasukan Amerika Serikat yang menjatuhkan bom di titik wilayah kependudukan Jepang yakni pada akhir 1943 sampai dengan 1944[7]. Akibatnya beberapa bangunan mengalami rusak parah termasuk gedung gereja. Barulah pada tahun 1950, dilakukan kembali pembangunan gedung gereja yang diawali dengan peletakan batu pertama yang disaksikan oleh Abraham Hallatu selaku Upu Latu atau Raja Amahai saat itu.

Setelah kematiannya, tongkat pemerintahan dipegang oleh anaknya yaitu Johan Dominggus Hallatu.

Referensi sunting

  1. ^ Panitia Seminar Sejarah Lounusa Maatita di Amahai, Amahai Dalam Lintasan Sejarah, manuskrip tidak diterbitkan
  2. ^ a b Taniputera, Ivan (2017). ENSIKLOPEDI KERAJAAN-KERAJAAN NUSANTARA Hikayat dan Sejarah. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. hlm. 895–896. ISBN 978-602-313-178-5. 
  3. ^ Negeri Amahai, Saniri (Maret 2009). "Lembaran Silsilah Mata Rumah Hallatu Garis Lurus Yang Memegang Pemerintahan". Saniri Negeri Amahai, Maluku Tengah. 1: 1. 
  4. ^ Lapian, A.B (1983). Sejarah sosial di daerah Maluku. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 41–42. 
  5. ^ Aneka ragam khasanah budaya Nusantara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. 
  6. ^ Tichelman, G. L. (1932-01-01). "EENIGE KAPATA'S VAN AMAHEI (ZUID-CERAM)". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia (dalam bahasa Inggris). 89 (1): 35–39. doi:10.1163/22134379-90001428. ISSN 0006-2294. 
  7. ^ Combat Chronology 1941 - 1945 (dalam bahasa English). TheMikeBest.