Aborsi di Tiongkok

Aborsi di Tiongkok merupakan tindakan yang legal dan tersedia layanan oleh pemerintan berdasarkan permintaan wanita.[1] Secara teori ini tidak berlaku untuk aborsi selektif jenis kelamin, meskipun ini tetap menjadi dasar untuk beberapa permintaan wanita. Sebagai tambahan terhadap akses universal terhadap kontrasepsi, aborsi merupakan cara yang umum bagi Tiongkok untuk menahan populasinya sesuai dengan kebijakan satu anak yang sudah tidak berlaku lagi, yang dihapus pada 2015.[2]

Sejarah sunting

Pada awal 1950-an, pemerintah Cina mebuat aturan bahwa aborsi ilegal denagn beberapa pengecualian seperti[3]

  1. ibu hamil yang memiliki beberapa penyakit yang berbahaya, seperti TBC atau anemia pernisiosa, yang akan menyebabkan kehamilan menjadi ancaman bagi kehidupan ibu.
  2. ketika pengobatan tradisional Tiongkok tidak dapat menangani janin yang terlalu aktif dan aborsi spontan diharapkan;
  3. ketika ibu sudah menjalani dua atau lebih operasi caesar.

Terdapat hukuman bagi mereka yang menerima atau melakukan aborsi ilegal.[3]

Pada tahun 1954 dan 1956, undang-undang tersebut diperluas untuk mencakup penyakit dan kecacatan lain yang sudah ada sebelumnya, seperti hipertensi dan epilepsi, serta memungkinkan perempuan yang bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu untuk memenuhi syarat agar dapat melakukan aborsi.[3] Wanita yang sudah memiliki empat anak dan hamil empat bulan setelah melahirkan anak terakhir mereka juga memenuhi syarat untuk dilakukan aborsi.[3]

Pembatasan ini dipandang sebagai cara pemerintah untuk menekankan pertumbuhan populasi yang terjadi di Tiongkok.[3] Cendekiawan Nie Jing-Bao menjelaskan bahwa undang-undang ini dilonggarkan pada akhir 1950-an dan awal 1960-an dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kematian dan cedera seumur hidup yang diderita perempuan akibat aborsi ilegal serta sebagai bentuk kontrol populasi ketika digunakan dalam bersama dengan alat kontrasepsi.[3]

Statistik sunting

Statistik yang tepat mengenai jumlah aborsi yang dilakukan setiap tahunya sulit didapat karena tidak semua aborsi terdaftar dan statistik Keluarga Berencana biasanya dianggap sebagai rahasia negara.[4] Namun, pada 2008, diperkirakan 13 juta aborsi dilakukan, dan sekitar 10 juta pil aborsi terjual.[4] Aborsi yang terjadi karena dipaksa lebih sering terjadi di daerah perkotaan, terjadi pada pasangan yang hanya memiliki satu anak.[5] Di daerah pedesaan, diperbolehkan untuk memiliki anak kedua jika anak pertama lahir adalah anak perempuan dan "izin lahir kedua" diberikan, dengan biaya sekitar 4.000 yuan (US $ 600).[6] Pada tahun 70-an, aborsi secara resmi disebut sebagai "langkah perbaikan" untuk mewujudkan tujuan Tiongkok untuk mengendalikan populasi.[7]

Aborsi selektif jenis kelamin sunting

Pengecualian terhadap diizinkannya aborsi secara umum di Tiongkok adalah bahwa praktik penentuan jenis kelamin pranatal dan Aborsi selektif jenis kelamin untuk alasan non-medis adalah ilegal.[8][9] Dikatakan bahwa aborsi berdasarkan jenis kelamin terus menjadi salah satu faktor utama dalam rasio jenis kelamin yang tidak seimbang di Tiongkok, karena ketidakseimbangan tersebut tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh laporan kelahiran perempuan yang tidak dilaporkan atau dengan kematian bayi perempuan yang berlebihan.[10] Pada tahun 2001, 117 anak laki-laki dilahirkan untuk setiap 100 anak perempuan.[10] Tren ini dijelaskan oleh kegigihan anak laki-laki dalam keluarga Tionghoa.[11] Pada tahun 2005, pemerintah memulai Rencana Aksi yang terdiri dari sepuluh kebijakan dengan tujuan menormalkan rasio jenis kelamin bayi yang baru lahir pada tahun 2010.[12] Di bawah rencana ini, aborsi berdasarkan jenis kelamin dilarang, seperti halnya diagnosis seks pranatal, dan hukuman yang lebih keras diterapkan karena melanggar keduanya. Kebijakan lain termasuk mengendalikan pemasaran mesin ultrasonik B dan meningkatkan sistem yang digunakan oleh organisasi medis dan Keluarga Berencana untuk melaporkan kelahiran, aborsi, dan kehamilan.[12]

Keluarga Berencana sunting

Pentingnya aborsi sebagai alat keluarga berencana terbukti melalui implementasinya yang luas dari aborsi medis (aborsi yang disebabkan oleh pil, yang dapat dilakukan pada awal kehamilan) di Tiongkok. Bahkan, aborsi semacam itu telah disahkan di Tiongkok pada tahun 1988, lebih awal dari tempat lain dan bahkan sudah diproduksi dalam skala besar selama bertahun-tahun. Tidak jelas apakah efisiensi prosedur mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi seperti di banyak negara barat lain, namun aborsi ini sangat direkomendasikan oleh dokter-dokter di Tiongkok dan jauh lebih baik daripada aborsi bedah.[13]

Referensi sunting

  1. ^ "Abortion confusion". ActNow. 2008-11-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 January 2009. Diakses tanggal 6 June 2018. 
  2. ^ Hesketh, Therese . Lu, Li. Xing, Zhu Wei, Sept 2005, "The Effect of China’s One-Child Family Policy After 25 Years", The New England Journal of Medicine, Vol. 353, Iss. 11. Retrieved 5 Dec 2011.
  3. ^ a b c d e f Jing-Bao, Nie. Behind the Silence: Chinese Voices on Abortion Lanham, ML: Rowman & Litterfield Publishers, 2005.
  4. ^ a b Report: China aborts 13 million babies a year". Burlington, Vermont: Burlington Free Press. 31 July 2009. pp. 2A.
  5. ^ Garner, Paul. Qian, Xu. Tang, Shenglan, Jan 2004, “Unintended Pregnancy and Induced Abortion Among Unmarried Women in China: A Systematic Review,” BMC Health Services Research, Bio Med Central, p. 3.
  6. ^ Junhong, Chu, June 2001, “Prenatal Sex Determination and Sex-Selective Abortion in Rural Central China,” Population and Development Review, Vol. 27, Iss. 2, p. 264. Retrieved 3 Sept 2010.
  7. ^ Nie, Jing-Bao. Feb 2010, “Limits of State Intervention in Sex-Selective Abortion: The Case of China,” Culture, Health and Sexuality, Vol. 12, Iss. 2, p. 206. Retrieved 3 Sept 2010.
  8. ^ Nie, Jing-Bao. Feb 2010, “Limits of State Intervention in Sex-Selective Abortion: The Case of China,” Culture, Health and Sexuality, Vol. 12, Iss. 2, p. 205.
  9. ^ Junhong, Chu, June 2001, “Prenatal Sex Determination and Sex-Selective Abortion in Rural Central China,” Population and Development Review, Vol. 27, Iss. 2, p. 262.
  10. ^ a b Hesketh, Therese . Lu, Li. Xing, Zhu Wei, Sept 2005, “The Effect of China’s One-Child Family Policy After 25 Years, The New England Journal of Medicine, Vol. 353, Iss. 11.
  11. ^ Junhong, Chu, June 2001, “Prenatal Sex Determination and Sex-Selective Abortion in Rural Central China,” Population and Development Review, Vol. 27, Iss. 2, p. 267.
  12. ^ a b Nie, Jing-Bao. Feb 2010, “Limits of State Intervention in Sex-Selective Abortion: The Case of China,” Culture, Health and Sexuality, Vol. 12, Iss. 2, p. 207.
  13. ^ Medical Abortions in China - A Long Lasting Love Affair Diarsipkan 2012-03-23 di Wayback Machine., Thinking Chinese, March 2011