Abdullah Muhammad Shah I dari Perak

Paduka Sri Sultan Abdullah Muhammad Shah I Ibni Almarhum Raja Bendahara Abdul Rahman merupakan Sultan Perak ke-22 yang menjabat dari tahun 1851 hingga wafat pada 1857.

Kehidupan Awal

sunting

Sultan Abdullah Muhammad Shah I merupakan cucu dari Sultan Perak ke-18, Sultan Ahmaddin Shah (1786-1806). Baginda menaiki takhta setelah sepupunya, Sultan Shahabuddin Riayat Shah, wafat pada 1851.

Masa Pemerintahan

sunting

Pada masa pemerintahannya, beliau telah terlibat konflik dengan Raja Muda Ngah Ja'afar yang mengakibatkan perang saudara antara keduanya. Akibatnya, ia telah melarikan diri ke istananya di daerah Durian Sebatang dan mencari perlindungan dalam pengasingan tersebut dari Datuk Laksamana Tok Janggut.

Sewaktu Abdullah Muhammad Shah I dalam pelariannya, Raja Muda Ngah Ja'afar telah dilantik menjadi Sultan Perak secara de facto oleh pembesar melayu yang yang memiliki pengaruh. E.A. Blundell, Gubernur Inggris, telah diberitahu mengenai hal ini oleh Raja Muda Ja'afar sendiri dan kemudian untuk diberitahu oleh perwakilan Inggris di India. Raja Lop Yusuf, anak sulung Sultan Abdullah Muhammad Shah I, telah memohon kepada para pemimpin melayu namun usaha ini pada akhirnya gagal. Setelah kejadian tersebut, Sultan Abdullah Muhammad Shah I yang dalam pelariannya telah berkenan menulis surat kepada Blundell pada 23 November 1855 mengenai permasalahan yang terjadi di Negeri Perak dan juga bermaksud untuk meminta bantuan kepada pihak Inggris. Namun, hal ini langsung ditolak dengan alasan bahwa pihak Inggris telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan dalam Negeri Perak.

Kehidupan Pribadi

sunting

Beliau telah menikah dengan Raja Sharifah Ngah Aminah Binti Almarhum Raja Alang Rawin dengan dianugerahi 4 orang putera dan 1 orang puteri yaitu Raja Lop Yusuf, Raja Muda Sulaiman Muzaffar Shah, Raja Alang Abdul Rahman Muzaffar Shah, Raja Pandak Abdul Samad Muzaffar Shah, serta Raja Budak Rasul.

Setahun setelah konflik internal terjadi, Baginda mangkat pada tahun 1857 dan dimakamkan di daerah Durian Sebatang di wilayah Hilir Perak. Untuk menghormatinya, ia kemudian dianugerahi gelar anumerta Marhum I'tikadullah. Namun, masyarakat luas lebih mengenali dirinya dengan Marhum Durian Sebatang.