Air susu ibu

air susu yang dihasilkan ibu mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi
(Dialihkan dari ASI)

Air susu ibu atau air susu atau asi[2] adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.

Dua sampel air susu ibu. Sampel sebelah kiri adalah foremilk, air susu yang dihasilkan pertama kali dan sampel sebelah kanan merupakan susu yang dihasilkan kemudian.[1]

Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.

Bayi yang menyusu dari ibunya sendiri adalah cara yang paling umum untuk memperoleh ASI, tetapi ASI dapat dipompa dan kemudian disusui dengan botol bayi, cangkir dan/atau sendok, sistem tetes suplementasi, atau selang nasogastrik.

Bila ibu tidak dapat menyusui anaknya, harus digantikan oleh air susu dari orang lain atau susu formula khusus. Susu sapi tidak cocok untuk bayi sebelum berusia 1 tahun.

Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

sunting
  • Makanan
  • Ketenangan jiwa dan pikiran
  • Penggunaan alat kontrasepsi
  • Perawatan payudara
  • Anatomis payudara
  • Faktor fisiologi
  • Pola istirahat
  • Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan[3]
  • Faktor obat-obatan
  • Berat lahir bayi
  • Umur kehamilan saat melahirkan
  • Konsumsi rokok dan minuman keras

Kesehatan

sunting

Air Susu Ibu (ASI) segar sangat penting bagi bayi prematur, karena tubuh mereka seringkali tidak dapat menyediakan antioksidan yang cukup untuk menangkal radikal bebas. Peningkatan radikal bebas dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi intravena dan transfusi darah pada bayi prematur, yang membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.[4][5] Menyusui rata-rata dapat memakan waktu hingga 30–45 menit setiap kali jumlah ASI meningkat dan bayi mempelajari pola 'hisap-menelan-bernafas'.[6] Pada usia sekitar satu bulan, bayi membutuhkan dari 90 hingga 120 ml sekali makan.[7] Namun, karena jumlah ASI meningkat dan bayi menjadi lebih efisien dalam menyusu, durasi menyusu dapat dikurangi. Kalsium yang terdapat dalam ASI penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Belum diketahui apa penyebab ketertarikan bayi pada ASIh dalam hal ini, hanya terbukti bahwa beberapa rasa yang dikonsumsi ibu dengan makanan diekskresikan dengan ASI.[8]

Alternatif ASI

sunting

Di berbagai waktu, telah diperdebatkan bahwa ASI umumnya kurang disukai untuk perkembangan bayi dibandingkan susu hewani, sereal, atau susu formula untuk bayi. Menyusui dianggap tidak nyaman, terlalu berat, melelahkan, atau tidak pantas.

Dengan berkembangnya susu formula untuk bayi yang terbuat dari susu bubuk, produsen mulai mengiklankan susu formula untuk bayi dengan mengklaim bahwa mereka menjadikan produk tersebut lebih modern dan lebih sehat untuk anak kecil. Khususnya di negara berkembang, di mana air minum yang dibutuhkan untuk mencampur susu formula bubuk seringkali berkualitas buruk, pemberian susu formula dapat menyebabkan penyakit serius pada bayi.[9]

Referensi

sunting

Lihat juga

sunting

Pranala luar

sunting