Öri adalah gabungan dari beberapa banua di Nias. Sebuah öri dipimpin oleh seorang tuhenöri.[1]

Etimologi

sunting

Menurut kepercayaan orang Nias, pada moncong babi hutan terdapat gelang yang terbuat dari kuningan. Babi hutan itu kebal terhadap senjata selama gelang itu masih ada di badannya. Babi hutan itu baru dapat dibunuh bila gelang itu dilepasnya saat ia berkubang. Gelang itu dinamakan öri. Perkumpulan banua disebut öri, diharapkan agar menjadi kuat, kebal, dan disegani orang.Tuhe berarti tunggul kayu. Tunggul kayu, lebih-lebih yang besar, akan lama busuk, susah dibongkar, dan tak dapat ditumbangkan angin sehingga tuhenöri berarti 'yang kuat dan kebal'.

Pembentukan

sunting

Sebelum banua didirikan, masyarakat Nias mendirikan rumahnya tak beraturan. Lalu, bila seorang pria ingin mendirikan banua, ia harus menunjukkan dirinya dan kemampuannya melalui owasa (pesta besar) guna menaikkan status sosialnya. Anak laki-laki sulungnya di kemudian hari cukup membayar ömö böwö (utang adat) yang disebut famohouni mbanua (pembaruan kampung) untuk mewarisi jabatan ke-salawa-annya. Salawa sendiri artinya 'yang tinggi'.

Selanjutnya, beberapa kampung yang memiliki pertalian saudara dapat membentuk öri. Pemimpin öri disebut tuhenöri, dipilih di antara para salawa atau si'ulu dalam acara pembaruan öri.[2][3]

Pemerintahan

sunting

Dalam sistem kemasyarakatan Nias, yang menjadi pemimpin banua adalah salawa atau si'ulu dan perangkatnya, sedangkan pada tingkat öri yaitu tuhenöri dan perangkatnya.

Pola suksesi tuhenöri bervariasi di berbagai kawasan. Suksesi kepemimpinan itu berdasarkan atas pemilihan secara demokratis dengan syarat kemampuan memimpin yang ideal dan diterima oleh orang banyak. Suksesi ini pada kenyataannya rumit dan melalui banyak proses, termasuk di dalamnya aspirasi untuk mempertahankan kekuasaan melalui anak sulung atau anggota inti keluarga.[4]

Bagian utara dan tengah memiliki sistem organisasi sosial dan teritorial yang berbeda, ditandai oleh keutamaan klan sebagai referensi identitas. Di utara, referensi ini berkorelasi dengan wilayah fisik dan politik, atau öri. Secara harfiah "lingkaran (desa)", öri terdiri dari desa-desa milik klan yang sama. Seorang tuhenöri, kepala keluarga klan, secara tradisional memerintah lingkaran desa-desa ini, meskipun seorang kepala desa sendiri yang mengatur setiap desa tanpa bimbingan atau persaingan dari dewan mana pun. Sejak 1930, öri tidak lagi ada dalam bentuk aslinya.[5]

Siklus pesta di utara berhubungan langsung dengan proses pendirian öri, dan tampaknya tidak memerlukan kepala yang terputus. Sebagai hasil dari aktivitas misionaris dan kolonisasi yang lebih awal dan lebih intens di utara, pengayauan di wilayah ini adalah yang pertama menghilang di Nias.[5]

Status

sunting

Setelah kemerdekaan Indonesia, öri ditetapkan sebagai pemerintahan Daerah Tingkat II yang berada di atas desa tetapi di bawah kecamatan. Namum fungsi öri terbatas pada peyelenggaraan acara adat sementara pemerintahan dilaksanakan oleh kepala desa. Pada tahun 1965, öri dihapus melalui Keputusan Gubernur.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Hämmerle, Johannes Maria. (2001). Asal usul masyarakat Nias : suatu interpretasi. Yayasan Pusaka Nias. (edisi ke-[Cet. 1.]). Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias. ISBN 979-95749-0-0. OCLC 62896008. 
  2. ^ Modigliani 1890, hlm. 476"
  3. ^ Modigliani 1980, hlm. 477"
  4. ^ Duha, Restu Jaya; Telaumbanua, Noniawati (2002). PROSPEKTIF DAN WACANA PEMEKARAN KABUPATEN NIAS MENUJU PEMBENTUKAN PROPINSI TANÖ NIHA. PT. BUMINDO MITRAJAYA. ISBN 979-3652-00-4. 
  5. ^ a b Viaro, Mario Alain (2001). "Ceremonial Sabres of Nias Headhunters in Indonesia". Arts et cultures (dalam bahasa Inggris). 3: 150-171. ISSN 1264-5265. 
  6. ^ "Sejarah – Pemkab Nias Utara". Pemerintah Kabupaten Nias Utara. Diakses tanggal 2020-04-29. 

Daftar Pustaka

sunting