Jalan Casablanca (Jakarta)

jalan raya di Indonesia

Jalan Casablanca atau Kasablanka adalah jalan utama di Jakarta yang menghubungkan Kampung Melayu dan Karet Belakang (masuk kelurahan Karet Kuningan). Nama jalan ini adalah singkatan dari Kampung Melayu sampai belakang Karet dan nama sebuah kota di negara Maroko. Jalan sepanjang 1,6 kilometer membentang dari perempatan jalan Dr. Saharjo—Letjen Soepomo (Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan) sampai Terowongan Casablanca (Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan) dan bersambung di Jalan Satrio. Jalan ini melintasi 3 kelurahan:

Pemandangan Jalan Casablanca dan Jalan Dr. Satrio dari jembatan penyebrangan Kota Kasablanka.

Jalan ini mulai diresmikan penggunaannya pada tahun pertengahan 1996/1997.[1] Hal yang menarik adalah nama jalan ini mengambil nama salah satu kota besar di Maroko, Kota Casablanca.[2] Di jalan ini terdapat pusat perbelanjaan Kota Kasablanka dan Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo.

Sejarah sunting

Latar Belakang sunting

Pada tahun 1960-an, Presiden RI yang pertama, Soekarno melakukan kunjungan kerja ke Maroko dan bertemu dengan Raja Hassan II untuk membentuk kerjasama antara Indonesia dan Maroko. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah "Sister City", di mana sejumlah ruas jalan di kota terbesar di Maroko, yakni Casablanca dengan nama "Rue Jakarta", "Rue Bandoeng", dan Avenue Soekarno". Sementara di Indonesia, nama Casablanca digunakan pada salah satu ruas jalan Jakarta yang kini dikenal dengan nama Jalan Casablanca.[1][2]

Pembangunan dan Peresmian sunting

Pembangunan Jalan Casablanca yang mulai diresmikan penggunaannya pada pertengahan tahun 1996/1997 ini sempat mengalami kendala, diantaranya harus membongkar sebagian tanah makam yang luas yang merupakan peninggalan Hindia Belanda. Namun pembongkaran makam-makam tersebut tetap dilakukan setelah pemerintah memberikan uang ganti untung kepada pihak-pihak terkait, dan sejumlah makam dipindahkan ke tempat lain.[1]

Misteri Terowongan Kasablanka sunting

Terowongan (Casablanca (yang menghubungkan Jalan Casablanca dengan Jalan Profesor Dr. Satrio dan Jalan HR Rasuna Said)) itu memang dahulunya adalah pinggiran dari kuburan. Jadi, kuburan Menteng Pulo itu kan dipotong oleh Jalan Casablanca, maka di situlah kemudian, barangkali karena kurangnya konsentrasi pengendara mobil atau sepeda motor (yang melewati Terowongan Casablanca) karena melamun, maka (akan) terserempet. Maka pengendara tersebut menabrak pinggir terowongan atau marka jalan dan meninggal dunia di tempat tersebut. Jadi cerita seperti itu di dengung-dengungkan untuk menambah cita rasa kehidupan kota Jakarta, terutama di Terowongan Casablanca tersebut.

Yahya Andi Saputra, seorang budayawan Betawi ketika diwawancarai oleh CNN Indonesia[1]

Karena Jalan Casablanca dibangun membelah sebuah pemakaman, ada sejumlah misteri yang tumbuh dari masyarakat sekitar dan menjadi cerita legenda Jakarta.

 
Pemandangan Jalan Kasablanka dan Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu - Tanah Abang dengan latar belakang gedung-gedung perkantoran di Jalan Satrio

Persimpangan sunting

Jalan ini memiliki dua persimpangan utama, yaitu:

Transportasi sunting

Trayek bus yang melayani Jl. Casablanca:

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d Kasablanka, Sebuah Nama dengan Ragam Nuansa, diakses tanggal 2022-08-26 
  2. ^ a b Kusumo, Rizky. "Jalan Casablanca-Rue Soukarno, Kisah Kasih Indonesia dengan Maroko yang Abadi". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-08-05. 
Jalan sebelumnya:
Jalan Dr. Satrio
Jalur Jalan Raya Petojo Utara—Duren Sawit Jalan berikutnya:
Jalan Kyai Haji Abdullah Syafei