Ze Hai Zhen Ren (Hokkien: Tek Hai Cin Jin; Hanzi: 澤海真人), menurut Klenteng Keluarga Tek di Semarang, ia bernama Guo Liu Guan (Hokkien: Kwee Lak Kwa) dan juga dipanggil Liu Guan Ye (Hokkien: Lak Kwa Ya) atau Kakek Liu Guan. Dewa Pelindung Perdagangan di Laut.

Guo Liu Guan diperkirakan merupakan salah satu pejuang dalam peristiwa Geger Pecinan, seorang pedagang, dan memiliki kekuasaan atas alam. Ze Hai Zhen Ren dipuja di berbagai Klenteng di Jakarta, Tegal, Pekalongan, dan Semarang.

Sejarah dan Legenda sunting

Perkiraan sejarah sunting

Beberapa sejarawan menganggapnya sebagai salah satu tokoh pejuang China melawan VOC di Batavia (1741-1742) bersama dengan Kwee An Say, Oei Ing Kiat, Tan Pan Jiang, dan sebagainya. Awalnya pasukan Guo bergerilya di Batavia tetapi mengalami kekalahan dan terdesak hingga ke Tegal. Dalam kondisi pasukan tercerai-berai, Guo Liu Guan menghilang. Kwee An Say tertangkap, sementara Tan Pan Jiang dan Oei Ing Kiat gugur di Welahan. Setelah menghilang di Tegal, Guo Liu Guan sering menampakkan diri secara bersamaan di beberapa tempat yang berjauhan secara bersamaan. Ia juga sering menampakkan diri pada nelayan-nelayan di Tegal untuk memberi petunjuk. Kaisar China memberinya gelar Ze Hai Zhen Ren. Ia dihormati sebagai pahlawan sekaligus Dewa Pelindung Perdagangan di Laut.[1]

Kisah Guo Liu Guan dengan bajak laut sunting

Guo Liu Guan merupakan duta perdagangan Negeri China yang sering melakukan perjalan dagang antar kota di pesisir utara Pulau Jawa. Ia lahir pada tahun 1695 pada saat pemerintahan Kaisar Khong Hie pada tahun yang ke-34.

Suatu hari, ia ingin mengunjungi sahabat karibnya, Bupati pertama Pekalongan yang bernama Tan Kwie Djan. Pada saat berada di pesisir Tegal, sekelompok bajak laut menyergap kapal yang milik Guo yang dia tumpangi bersama dengan kedua orang pegawainya. Guo dengan tenang meminta izin untuk mandi dan berganti pakaian, kemudian turun dari kapal bersama kedua pegawainya. Tiba-tiba berhembus angin keras dan ombak yang menggulung kapal bersama dengan Guo, kedua pegawainya, dan beberapa bajak laut yang tidak sempat menyingkir.[2] Dikisahkan bahwa para kenalan Guo di berbagai tempat mengaku bertemu dengannya pada waktu yang bersamaan. Kisah lain mengatakan bahwa Guo Liu Guan sendiri yang memanggil badai tersebut untuk menenggelamkan para perompak. Barang-barang dagangannya diangkat oleh angin ke angkasa. Hal tersebut yang membuat masyarakat mempercayai bahwa Guo Liu Guan sebenarnya telah mencapai tingkatan Tao berlevel tinggi.

Versi lain mengatakan bahwa Guo bersama pegawainya tidak ikut tersapu ombak karena telah turun ke daratan. Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa Guo menggelar tikar di laut kemudian melompat ke atasnya bersama dengan pegawainya, lalu menghilang disertai tiupan angin yang harum. Selanjutnya, ia bertapa di suatu tempat yang tidak diketahui keberadaannya bersama dengan pegawainya tersebut.

Kisah Guo Liu Guan di Tegal sunting

Dikisahkan bahwa Guo Liu Guan sempat tinggal di Tegal dan membantu masyarakat mengembangkan wilayah tersebut. Ia mengajari metode bercocok tanam dan mencari ikan yang baik. Pada suatu senja, Guo teringat masa lalunya dan ingin kembali berlayar. Akhirnya, di kemudian hari ia benar-benar berlayar dan tidak pernah kembali lagi. Atas jasa-jasa dia yang besar bagi penduduk Tegal, mereka membangun sebuah Klenteng untuk memperingati dia. Klenteng tersebut direnovasi pada tahun 1873 oleh Kapten Tan Kun Hway. Setiap tahunnya umat mengadakan festival mengarak efigi Ze Hai Zhen Ren ke pantai untuk memperingati kejadian tersebut.[3]

Kultus sunting

Zhe Hai Zhen Ren ditampilkan mengenakan pakaian pejabat tinggi Ming sambil diapit oleh dua orang pegawai. Pegawai pertama ditampilkan berkebangsaan Jawa dengan pakaian adat dan blangkon, pegawai kedua digambarkan berkebangsaan China.

Jumlah pegawai sunting

Terdapat dua versi mengenai jumlah pegawai yang mengikuti Guo pada saat kapalnya dibajak. Versi pertama menyebutkan bahwa jumlah pegawai Tuan Guo hanyalah satu orang berkebangsaan Jawa, sementara versi lain menyatakan bahwa terdapat pegawai kedua yang berkebangsaan China tetapi sangat jarang disebutkan dalam cerita. Versi lain menyebutkan bahwa pegawainya yang berkebangsaan China hanya digunakan sebagai pelengkap, sehingga Zhe Hai Zhen Ren diapit oleh dua pegawai di sisi kanan dan kiri.

Daftar Klenteng sunting

  • Klenteng Jin De Yuan (Kim Tek Ie/ Cin Tek Yen), Jakarta.
  • Klenteng Ze Hai Gong (Tek Hay Kong/ Cek Hay Kung), Jalan Gurami, Kota Tegal.
  • Klenteng Bao An Dian (Po An Tiam/ Phao An Thian), Pekalongan.
  • Klenteng Ze Hai Miao (Tek Hay Bio - Kuil Penenang Samudera), Sebandaran, Semarang.
  • Klenteng An Tjeng Bio Indramayu.
  • Klenteng Ze Hai Zhen Ren, Banjar.
  • Klenteng Ban Eng Bio, Banjaran - Adiwerna, Kab. Tegal.
  • Klenteng Hok Ie Kiong, Slawi, Kab. Tegal.

Lihat Pula sunting

Referensi sunting

  • Dewa-Dewi Kelenteng, Penerbit: Kelenteng Sam Po Kong, Semarang.

Catatan Kaki sunting

  1. ^ "Buddhist Temple Jin De Yuan. 2012". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2013-03-01. 
  2. ^ Po An Thian. Tek Hay Cin Jin (Ze Hai Zhen Ren) - Klenteng Po An[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ "Siutao. 2000". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-12. Diakses tanggal 2013-03-01. 

Pranala luar sunting