Yohanes Oecolampadius

Yohanes Oecolampadius (Œcolampadius, dalam bahasa Jerman juga Oekolampadius, Oekolampad; 1482 – 24 November 1531) adalah seorang tokoh Reformasi Protestan Jerman dalam tradisi Reformed yang berasal dari Elektorat Palatinat. Ia adalah pemimpin kalangan Protestan dalam Perselisihan Baden tahun 1526, salah seorang inisiator teologi Protestan, serta terlibat dalam perselisihan dengan Erasmus, Zwingli, Luther, dan Martin Bucer. Ia akhirnya mengadopsi pandangan Zwingli dalam perselisihan tentang Perjamuan Kudus (melawan Luther).

Yohanes Oecolampadius

Nama aslinya adalah Hussgen atau Heussgen, yang mula-mula diganti menjadi Hausschein lalu menjadi istilah bahasa Yunani yang setara, diturunkan dari kata οίκο- oiko-, "rumah" (bahasa Jerman: "haus") dan λαμπάδ- lampad-, "lampu" (bahasa Jerman: "schein").[1][2]

Teologi sunting

 
Patung Oecolampadius di Basel Minster.

Oecolampadius dipandang sebagai seorang teolog Protestan yang brilian, yang melibatkan diri dalam perbincangan dengan Johann Eck dan Philipp Melanchthon, dan adalah profesor teologi di Universitas Basel.[3] Sebagai seorang teolog, ia tidak memiliki daya tarik seperti yang dimiliki Luther, Zwingli, atau juga Calvin, tetapi ia menjadi salah seorang pemimpin keagamaan yang dipercaya. Dikatakan bahwa ia bahkan dihormati di kalangan akademisi Katolik pada masanya dan, lebih dari empat puluh tahun setelah wafatnya, disitir oleh seorang Yesuit yang dikenal sebagai Santo Petrus Kanisius dalam De Maria Virgine karyanya.[4] Bersama dengan Zwingli, ia mewakili Swiss dalam Musyawarah Marburg. Pandangan-pandangannya seputar Perjamuan Kudus mendukung penafsiran metaforis kata "tubuh", bukan penafsiran harfiah, tetapi ia menegaskan bahwa partisipasi umat beriman dalam sakramen tersebut lebih untuk kepentingan orang-orang lain daripada kepentingan mereka sendiri, kendati di kemudian hari ia menekankannya sebagai sarana rahmat bagi kehidupan Kristen. Terkait ajaran Luther tentang ubikuitas tubuh Kristus, ia menentang adanya aktivitas dan kehadiran Roh Kudus di dalam gereja. Pandangan-pandangannya terkait Perjamuan Kudus mendorong Luther untuk menerbitkan sejumlah khotbah tentang subjek ini dalam Sakramen Tubuh dan Darah Kristus—Melawan Kaum Fanatik karyanya tahun 1526. Ia tidak menganalisis secara seksama ajaran predestinasi sebagaimana yang dilakukan Luther, Calvin, dan Zwingli, merasa puas dengan ikhtisar "Keselamatan Kita adalah dari Allah, kebinasaan kita dari diri kita sendiri."

Secara teologis, ia dianggap dekat dengan Zwingli, yang sama-sama memiliki sikap bersahabat terhadap Maria dan venerasi Maria. Ia juga dianggap sebagai salah satu teladan bakti Maria Protestan pada masanya, terutama bila memperhatikan khotbah-khotbahnya. Ia menyebut Maria sebagai mediatrix atau perantara/mediator (Mittlerin) segala kasih karunia, yang kepadanya Tuhan telah memercayakan harta kekayaan rahmat (Thesaurus gratiarum).[4] Oecolampadius menggunakan penggambaran Radulfus Ardens (wafat tahun 1200) dan tokoh lainnya terkait citra Maria sebagai leher yang memediasi segala kasih karunia atau rahmat dari Kristus (Sang Kepala) kepada tubuh mistik-Nya, yakni Gereja. Pandangan tersebut dipertahankan pada abad ke-20 oleh Gabriel Roschini, dan lebih umum lagi, oleh Paus Pius XII dalam ensiklik Mystici corporis yang ia keluarkan sebagai ajaran resmi Gereja Katolik.[4]

Dalam De laudando in Maria Deo yang disampaikan di Augsburg pada tahun 1521, Oecolampadius menyatakan bahwa Allah tidak dapat dipuji lebih banyak dalam makhluk apapun selain melalui Maria. Semua anugerah dan rahmat-Nya diekspresikan dalam diri Maria. Allah menghormati Maria dengan cara menjadi manusia melalui dirinya. Dengan imannya, Maria melebihi Abraham; dengan kesabarannya, ia melebihi Ishak; dengan kemurniannya, ia melebihi Yusuf. Ia adalah ratu dari segala kuasa surgawi.[4] Namun, menurut Oecolampadius, venerasi Maria dalam tradisi Katolik terlampau berlebihan, karena banyaknya gelar yang diberikan kepada Maria. Menurutnya, gelar-gelar tersebut melampaui kadar dan banyaknya penyembahan kepada Kristus. Doa Rosario dikutipnya sebagai contoh dengan adanya 150 Salam Maria dan hanya sepuluh doa yang ditujukan langsung kepada Allah. Ia juga bersikap kritis terkait kebiasaan populer saat itu, yang merayakan hari Sabtu untuk menghormati Maria, dengan berpantang anggur dan hubungan seksual, sementara hari Tuhan yang mengikutinya dirayakan dengan minum-minum dan segala jenis hiburan. Sepanjang hidupnya, Oecolampadius mewartakan keperawanan abadi Maria. Bagi Oecolampadius, kehidupan dan karya-karya Maria menyajikan suatu teladan yang berkilauan dari kebajikan-kebajikan Kristen. Kehidupan Maria merupakan suatu kehidupan yang berisi pelayanan dan belas kasih sebagaimana terdokumentasikan dalam kunjungannya ke Elisabet.[4]

Referensi sunting

  1. ^ οἶκος, λαμπάς. Liddell, Henry George; Scott, Robert; A Greek–English Lexicon at the Perseus Project.
  2. ^ J. Brashler, "From Erasmus to Calvin: Exploring the Roots of Reformed Hermeneutics", Interpretation 63(2) April 2009, p. 163.
  3. ^ Bäumer, p. 672
  4. ^ a b c d e Bäumer, p. 673

Pustaka sunting

  • “Johannes Oekolampadius” in Remigius Bäumer, Leo Scheffczyk (editors) Marienlexikon Gesamtausgabe, Institutum Marianum Regensburg, 1994, ISBN 3-88096-891-8 (cit. Bäumer)
Attribution

Pustaka tambahan sunting

  • Mattox, Mickey. Ioannes Oecolampadius, An Exposition of Genesis. Marquette University Press, 2013.
  • Poythress, Diane. Reformer of Basel: The Life, Thought, and Influence of Johannes Oecolampadius. Reformation Heritage Books, 2011.

Pranala luar sunting

Jabatan keagamaan
Jabatan baru Antistes of Basel
1530–1531
Diteruskan oleh:
Oswald Myconius