Xiantiandao
Xiantiandao ( Hanzi: 先天道; Pinyin: Xiāntiān Dào; harfiah: 'Jalan ke Surga Asal'), juga dikenal Qinglianjiao / sekte Teratai Hijau (青蓮教) atau Tiandao (天道; Tiāndào; 'Jalan ke Surga') adalah salah satu aliran paling produktif dari kepercayaan tradisional Tionghoa yang lahir pada akhir abad ke-17 sebagai turunan dari salah satu kelompok agama penganut Luoisme yang mengikuti tradisi Sekte Teratai Putih, yang dicirikan dengan mewakili prinsip keilahian dan berfokus pada jalan keselamatan umat manusia.
Penggolongan | Agama keselamatan Tiongkok |
---|---|
Pendiri | Huang Dehui |
Didirikan | akhir abad ke-17 Shandong |
Nama lain | Sekte Teratai Hijau / Biru (青蓮教), Xiantianmen (先天門), Xiantianxuanguandacheng (先天玄關大道), Tiandao (天道), Jalan Ramuan Emas / Jindandao (金丹道), Sanhuang Shengzujiao (三皇聖祖教), Yuandun Dachengjiao (圓墩大乘教), Jiuliantang (九連堂), Baiyanghui (白陽會), Wupanjiao (五盤教) |

Bagian dari seri tentang |
Kepercayaan tradisional Tionghoa 华人民间信仰 |
---|
![]() |
Xiantiandao didirikan di Jiangxi pada abad ke-17 Dinasti Qing sebagai cabang dari Laoguan Zhaijiao (老官齋教), cabang dari Dacheng (大乘 "Kendaraan Besar") atau Yuandun (圆顿) penyebaran Luoisme bagian timur.[1][2] Sekte ini saat ditelusuri juga mengarah pada Wugongdao (五公道 "Jalan Lima Dewa"), salah satu cabang dari tradisi Teratai Putih dari Dinasti Yuan.[3][4]
Agama Xiantiandao dianggap heterodoks dan ditekan sepanjang sejarah Tiongkok; agama ini sebagian besar masih dilarang di Tiongkok Daratan, tetapi berkembang pesat di Taiwan di mana sedikitnya 7% penduduk menjadi pengikut dari Yiguandao yang berasal dari Xiantiandao.
Gerakan Xiantiandao tidak terbatas hanya di negara-negara yang berbahasa Mandarin, dengan setidaknya ada satu sekte bernama Tendō (天道 , Jalan ke Surga), yang aktif di Jepang.[5] Di Vietnam, doktrin "Tiên Thiên Đạo" di kemudian hari mempengaruhi terbentuknya sekte Minh Đạo sejak abad ke-17.
Sekte-sekte yang dianggap sebagai bagian dari aliran Xiantiandao adalah:[2]
- Guigendao (归根道)
- Guiyidao (皈依道), juga dikenal dengan nama Daoyuan (道院)
- Shengdao (圣道), juga dikenal dengan Tongshanshe (同善社)
- Jiugongdao (九宫道)
- Ajaran Tiandi (天帝教)
- Yaochidao (瑤池道)
- Yiguandao (一貫道)
- Haizidao (亥子道)
- Miledadao (弥勒大道)
- Jiulian Shengdao (九莲圣道)
- Yixin Tiandao Longhua Hui (一心天道龙华会)
- Yuanmingdao (圆明道)
Sejarah
suntingKelompok-kelompok agama rakyat dan agama keselamatan sangat populer di zaman dinasti Ming (1368-1644), dan Luo Qing / Luo Menghong (羅清 /羅夢鴻) yang menulis Wubu Liuce / "Five Books in Six Volumes" (五部六冊) di tahun 1509 adalah salah satu tokoh yang menonjol di kala itu.[6] Para pengikut Luo Qing mendirikan kelompok yang kemudian dikenal dengan nama Luoisme (罗教) / Jalan Luo (罗道).
Di tahun ke-6 pemerintahan kaisar Jiaqing, Luoisme yang telah tersebar di banyak daerah memiliki dua cabang utama: Wuweiisme (无为教) dan sekte Kendaraan Besar / Mahayana (大乘教Dacheng jiao).[1] Kelompok Dachengjiao dibagi menjadi dua grup, grup timur dan grup barat. Kelompok timur dipimpin oleh anak perempuan dari Luoqing, Luo Foguang (罗佛广) dan cucu menantunya Wang Sen (王森). Di tahun 1667, salah satu keturunan dari Luo Qing yang bernama Luo Weiqun (羅蔚群) / Luo Weixing (罗维行) dari sekte Mahayana Timur menyebarkan ajaran di daerah Jiangxi.[7][8] Kelompok dari Luo Weiqun ini juga dikenal dengan Yuandunjiao (圆顿教). Luo Weiqun ini memiliki seorang pengikut yang kemudian menjadi penerusnya bernama Huang Dehui (黃德輝, di kalangan Tao dikenal sebagai patriark ke-9).[8] Pada masa pemerintahan kaisar Yongzheng di Dinasti Qing, Huang Dehui mendirikan Xiantiandao (先天道).[9] Dokumen resmi dinasti Qing (清代官书) menyebut sekte ini dengan nama sekte Teratai Hijau/Biru (青蓮教) atau dengan nama lain Jalan Ramuan Emas / Jindandao (金丹道).[10] Sekte ini menyatukan tiga agama dengan mempraktikkan tata krama Konfusianisme, praktik-praktik Taoisme, dan sila-sila Buddhisme. Dinamakan Teratai Hijau untuk bersaing dengan sekte Teratai Putih yang populer saat itu.[11] Sekte ini sangat populer di Sichuan, Yunnan-Guizhou dan Hubei, dan melancarkan banyak pemberontakan demi menggulingkan dinasti Qing dan mengembalikan dinasti Ming, tapi berhasil ditekan oleh pemerintahan Dinasti Qing.[12] Kelompok ini bersama dengan sekte Longhua (龍華教), sekte Bendera Emas (金幢教) dinamakan Zhaijiao (齋教 Sekte Vegetarian).[13]
Di tahun 1690, Huang Dehui ditangkap dan dihukum mati oleh pemerintah Qing.[14] Kepemimpinan sekte dilanjutkan beberapa puluh tahun kemudian oleh Wu Zixiang (吳紫祥). Wu merubah nama kelompoknya menjadi Wupanjiao (五盤教).[15] Ia juga ditangkap dan dihukum mati.[14] Kepemimpinan berlanjut ke patriark kesebelas, He Ruo (何若) / He Liaoku (何了苦). Pada tahun 1790, sebagai pemimpin kelompok, He Liaoku dikirim ke Longli, Guizhou menjadi tentara sebagai hukuman dari pemerintah, sehingga sekte Teratai Hijau menyebar ke Guizhou. Murid He Liao Ku, yaitu Yuan Zhiqian (袁志謙, di kalangan Tao dikenal sebagai patriark ke-12) menyebarkan ajaran dari Guizhou ke Yunnan, Sichuan, dan Hubei, dan berkembang pesat.[16] Pada tahun 1823 ia mendirikan Xigang Tang (西港堂) di Chengdu. Dari sana ia bekerja secara aktif untuk menyebarkan ajaran di lembah Sungai Yangtze.[17] Pada tahun 1826, kepemimpinan dilanjutkan oleh dua orang yang menjadi patriak ke-13 yaitu Xu Ji'nan (徐吉南) dan Yang Shouyi (楊守一).[10] Hanya memimpin selama 2 tahun, patriark ke-13 Xu dan Yang ditangkap dan dihukum mati oleh pemerintah Qing di tahun 1828.[18] Sejarah menunjukkan bahwa beberapa sub-sekte baru lahir setelah era ini antara lain Yuanming Dao (圆明道), Guiyi Dao (皈依道), Tongshan She (同善社) dan yang paling penting bagi sejarah agama Taiwan adalah Yiguandao (一貫道).[17]
Pada tahun 1834, Xiantiandao memilih lima pemimpin pengkhotbah, yang dikenal sebagai 'Lima Sesepuh' (五老). Pada sebuah pertemuan Tujuh Orang Suci (七聖) yang diadakan pada tahun 1843 di Yuncheng (雲城), diputuskan bahwa aliran ini selanjutnya akan dibagi menjadi lima cabang yang dikepalai oleh para patriark yang diberi nama sesuai dengan Lima Elemen (air, api, kayu, logam, dan tanah). Teks Xiantiandao sering kali merujuk pada “Tujuh Orang Suci Yuncheng”; Menurut Mantra Berharga Yuncheng (雲城寶籙), Tujuh Orang Suci tersebut adalah “para patriark yang bertanggung jawab atas Penyelamatan Global di Tiga Zaman Dunia” (開辦三期普度之祖).[10] Dalam periode itu, sekte Teratai Hijau kemudian bersatu dengan partai dan kelompok bersenjata untuk melawan para perwira dan tentara, dan menjadi kelompok agama rahasia, menyebabkan banyak kerusuhan.[19][20] Pada tahun 1845, sekte Teratai Hijau melancarkan pemberontakan di Wuchang tapi gagal.[21] Kemudian, An Tianjue (安天爵) dari aliran Kayu, Chen Yijing (陈依精) dari aliran Api, Song Chaozhen (宋潮真) dari aliran Tanah ditangkap oleh pemerintah Qing dan dihukum mati.[18] Pang Chaofan (彭超凡) / Peng Yifa (彭依法) dari aliran Air, dan Lin Zhuguan (林祝官) / Lin Yimi (林依秘) dari aliran Logam melarikan diri dan lolos dari penangkapan. Peng Chaofan dan Lin Zhuguan ini kemudian dianggap sebagai patriark ke-14 dan patriark ke-15 oleh banyak kelompok Xiantiandao. Pada akhir periode Daoguang, Peng Chaofan terus berkhotbah di Sichuan di bawah bendera Xian Tian Dao.[18] Sementara Li Zhuguan mendirikan Aula Surga Barat (西乾堂) sebagai tempat penampungan para anggota sekte Teratai Hijau yang di kemudian hari diubah namanya menjadi Dongzhentang (東震堂) oleh Wang Jueyi (patriark ke-15 Yiguandao). Yao Hetian yang menjadi patriark ke-14 Yiguandao kemungkinan juga merupakan salah satu penerus dari Li Zhuguan.[22]
Pada masa-masa awal, pusat perkembangan Xiantiandao paling utama berada di provinsi Jiangxi dan Sichuan. Pada tahun 1860, sub-sekte yang dikepalai oleh Peng Yifa diperkenalkan ke Guangdong dari provinsi Hubei oleh pengikutnya, Chen Fushi 陳復始.[23] Chen melintasi cendekiawan Lin Fashan 林法善 di Qingyuan, sebelum masuk ke masa pensiun di Yichang 宜昌 di Hubei. Pada tahun 1863, Lin Fashan mendirikan kuil Cangxia Gudong (藏霞古洞) di Gunung Yuxia (嵎峽山) di daerah Qingyuan, yang merupakan titik awal dari sub-cabang Cangxia dan titik awal Xiantiandao di Guangdong.[23] Lin Fashan memiliki dua murid utama: Huang Benyuan 黃本源 (alias Daochu 道初) dan Li Zhigen 李植根 (alias Jingquan Xiansheng 淨泉先生). Sementara Huang mengambil alih kepemimpinan cabang Cangxia dari Lin Fashan, Li pada tahun 1871 mendirikan kuil Jinxiadong (錦霞洞) di Qingyuan. Untuk perkembangan regional masa depan Xiantiandao, Cangxiadong dan Jinxiadong keduanya sangat penting, di mana Huang menyebarkan ajaran ke utara dan Li menyebarkan ajaran ke selatan.[23]
Di tahun 1873, pemimpin dari Lima Elemen yang terakhir (patriark ke-15), Lin Zhuguang meninggal dunia karena sakit di Mukou. Lin Zhuguang merupakan patriark terakhir dari Xiantiandao yang masih disepakati oleh banyak sub-grup Xiantiandao. Setelah itu karena Xiantiandao terpecah menjadi banyak sekali kelompok kecil, tidak ada kesepakatan dari masing-masing kelompok mengenai siapa patriark berikutnya sehingga tiap sub-grup memiliki silsilah Tao-nya sendiri-sendiri. Setelah itu, Xiantiandao menyebar ke seluruh Tiongkok dan beberapa wilayah Asia Tenggara.[18]
Pada paruh pertama abad ke-20, terjadi perkembangan luar biasa pada salah satu kelompok yang berakar dari Xiantiandao yaitu Yiguandao. Walaupun begitu, sebagian besar kelompok-kelompok Xiantiandao yang lain tidak berkembang menjadi organisasi yang besar. Meskipun beberapa kelompok Xiantiandao bergabung untuk mendaftarkan Zhongguo Sanjiao Shengdao Zonghui (中國三教聖道總會) ke rezim Beiyang pada tahun 1923, pada kenyataannya Xiantiandao tampaknya tetap hanya sekedar menjadi kumpulan kuil dan jaringan independen yang berjalan sendiri-sendiri.[2]
Keyakinan
suntingWusheng Laomu
suntingSeperti kebanyakan agama-agama keselamatan yang lahir di zaman dinasti Ming dan Qing, Xiantiandao juga melakukan pemujaan terhadap Wusheng Laomu (無生老母) yang juga disebut Ibu Emas dari Danau Bercahaya (Yaochi Jinmu 瑤池金母) atau Bunda Mulia yang Tak Terbatas (無極老母), sebagai dewa tertinggi mereka.[10] Tujuan dari pembinaan diri mereka adalah untuk kembali ke asal-usul mereka, yaitu ke Surga Asal tempat bertempatnya Lao Mu.[10] Menurut kosmologi Xiantian, Laomu menciptakan sebanyak 9,6 miliar mahluk hidup, di mana setelah turun ke dunia semua tersesat dan lupa dengan kampung halamannya di Surga. Oleh karena itu, Laomu memerintahkan Tiga Buddha di tiga zaman untuk menolong umat manusia kembali ke kampung halaman mereka di Surga.[24]
Tiga Masa Pancaran
suntingTeori mengenai tiga masa ini tercantum dalam buku "Gulungan Berharga tentang Ramuan Emas dan Teratai Berdaun Sembilan untuk memperbaiki Keyakinan, Memulihkan Kesempurnaan Kembali ke Kampung Halaman" (皇極金丹九蓮正信歸真還鄉寶卷) atau disingkat Jiulian Baojuan (九蓮寶卷) yang menjadi dasar dari doktrin sekte Xiantiandao.[25][26] Ketiga periode ini dikenal sebagai Periode Pancaran Hijau (清陽 qingyang), Pancaran Merah (紅陽 hongyang), dan Pancaran Putih (白陽 baiyang). Dalam skema yang diyakini Xiantiandao, utusan pertama adalah Buddha Dipankara di masa pancaran hijau, yang khotbahnya membawa pulang 200 juta anak-anak yang tersesat kembali ke kampung halaman, yang kedua adalah Buddha Sakyamuni di masa pancaran putih, yang menyelamatkan 200 juta anak-anak lainnya.[24] Ini menyisakan 9,2 miliar jiwa lain yang masih terperangkap dan butuh diselamatkan. Sosok penyelamat selanjutnya adalah Maitreya yang dianggap sebagai Buddha terakhir di masa pancaran putih.[24]
Pintu Suci Misterius sebagai Jalan Keselamatan
suntingDalam kitab Jiulian Baojuan (九蓮寶卷) digambarkan adanya mustika rahasia bernama pintu suci rahasia (玄關) pada saat inisiasi sebagai cara untuk kembali ke surga.[27] Tradisi ini juga merupakan tradisi keselamatan yang dibawa dari kelompok Luoisme yang dipimpin patriark Yin Ji'nan. Proses transmisi ini diyakini akan membuat para pengikutnya yang telah diinisiasi akan terbebas dari gerbang neraka dan setan yang mengawal orang yang baru saja meninggal ke alam baka (無常).[28] Transmisi mantra rahasia dan menitik pintu suci adalah bagian dari inisiasi. Inisiasi yang benar dilakukan oleh seorang guru ada kunci penting untuk jalan menuju ke keselamatan.[29] Keselamatan di sini yang dimaksud adalah kembali ke tempat asal yaitu bergabung bersama Lao Mu di Surga Abadi.[30] Salah satu kutipan dari kitab Jiulian Baojuan adalah sebagai berikut:
Mereka yang ditakdirkan oleh karma mereka akan menaiki perahu emas dan bersama-sama meninggalkan lautan penderitaan. Mereka akan bertemu dengan Patriark wuwei (無為生祖) yang mentransmisikan mantra dan titik suci [Jalan Misterius]. Sehingga mereka akan kembali ke asal mereka dan kembali ke sumbernya. Pengajaran Ramuan Emas (金丹法) berlanjut melalui tiga periode kosmik, membuka [gerbang] surga dan menutup [pintu] bumi. Jika mereka telah menembus Gerbang Misterius (玄關), tubuh suci menjadi nyata dan bersama-sama mereka akan mencapai Tempat Asal. Seseorang harus bertemu dengan seorang guru yang menitik dan membuka lubang dari Pintu Misterius untuk memanifestasikan tubuh keemasan ungu di masa depan.[29]
Vegetarianisme
suntingCiri khas dari semua sekte di bawah rubrik Teratai Hijau adalah vegetarianisme mereka, sebuah praktik yang mendapatkan dukungan dari masyarakat China saat itu, khususnya di beberapa daerah tertentu. Menurut catatan, Xiantiandao adalah yang paling ketat dalam menjalankan pola makan vegetarian, dan tidak mengizinkan anggotanya untuk menikah.[31] Para peneliti di lapangan asal Jepang mencatat bahwa persyaratan untuk masuk ke dalam sekte ini adalah yang paling sulit untuk dipenuhi.[31] Bagi Teratai Hijau, vegetarianisme hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan rejimen pemurnian jasmani dan rohani yang akan memungkinkan para pengikutnya untuk bertahan dalam gejolak milenium yang akan datang (dalam prosesnya membuat mereka kebal terhadap senjata pemerintah), dan mempersiapkan mereka untuk “kehidupan yang akan datang” (來生).[32]
Lihat Juga
suntingReferensi
sunting- ^ a b Ma 2011, hlm. 172.
- ^ a b c Palmer, David (2011). "Redemptive Societies in Cultural and Historical Context". Journal of Chinese Theatre, Ritual and Folklore / Minsu Quyi. 173: 1–12.
- ^ Topley, Marjorie (2011). Cantonese Society in Hong Kong and Singapore: Gender, Religion, Medicine and Money. Hong Kong University Press. ISBN 9888028146.
- ^ ter Haar, Barend (1999). The White Lotus Teachings in Chinese Religious History. University of Hawaii Press. ISBN 9789004488069.
- ^ "Tendo". tendo.net. Diakses tanggal 2022-01-17.
- ^ Lu 2008, hlm. 3.
- ^ Zhuo 2019, hlm. 108.
- ^ a b Ma 2011, hlm. 300.
- ^ 賀市子, 志 (2011). "先天道嶺南道脈的思想和實踐:以廣東清遠飛霞洞為例". 國家圖書館. 民俗曲藝. 173: 23–58. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06.
- ^ a b c d e Clart 2014, hlm. 196.
- ^ 《中國善書研究》. 南京: 江蘇人民出版社. 2010. ISBN 7214063190.
- ^ Palmer, David (2011). "Redemptive Societies in Cultural and Historical Context". Journal of Chinese Theatre, Ritual and Folklore / Minsu Quyi. 173.
- ^ Ma 2011, hlm. 174.
- ^ a b Mozina, David J. (2019). "Living Redactions: The Salvationist Roots of Daoist Practice in Central Hunan" (PDF). Daoism: Religion, History and Society (No. 11): 1–61.
- ^ Anthony, Robert (2016). Ethnic and Religious Violence in South China: The Hakka-Tiandihui Uprising of 1802. hlm. 547.
- ^ 子安, 遊; 丁明, 危 (2011). "先天道的尊孔崇道". 國家圖書館. 民俗曲藝. 173: 59–99. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20201203.
- ^ a b Jones, Charles B. (1999). Buddhism in Taiwan: Religion and the State, 1660-1990. Univ of Hawaii Pr. ISBN 0824820614.
- ^ a b c d 苏, 庆华 (2016). "麦长天、麦泰开伯侄与新、马"飞霞"道脉初探" (PDF). Journal of Malaysian Chinese Studies. 18-19 (45-62): 47.
- ^ 賀市子, 志 (2011). "先天道嶺南道脈的思想和實踐:以廣東清遠飛霞洞為例". 國家圖書館. 民俗曲藝. 173: 23–58. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06.
- ^ Ma 2011, hlm. 173.
- ^ William 1992, hlm. 258.
- ^ Ma 2011, hlm. 306.
- ^ a b c Clart 2014, hlm. 197.
- ^ a b c Jones 1999, hlm. 17.
- ^ 馬 1996, hlm. 45.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 283.
- ^ "第二节 末后一着的一贯真传". 中国评论学术出版社.
- ^ ter Haar 2015, hlm. 33.
- ^ a b Seiwert 2003, hlm. 286.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 289.
- ^ a b Jones 1999, hlm. 26.
- ^ William 1992, hlm. 260.
Daftar pustaka
sunting- Ma, Xisha; Huiying Meng (2011), Popular Religion and Shamanism, Brill, ISBN 978-9004174559
- Clart, Philip, Gregory Adam Scott (2014), Religious Publishing and Print Culture in Modern China: 1800-2012, Brill, ISBN 9781614514992
- William, T. Rowe (1992), Hankow: Conflict and Community in a Chinese City, 1796-1895, Stanford University Press, ISBN 0804721602
- 馬, 國棟 (1996), 天道五教(一贯道)的真相讲义, 香港基督徒短期宣教訓練中心
- Zhuo, Xinping, Dong Zhao (2019), Religious Faith of the Chinese, Springer, ISBN 9789811348679
- Jones, Charles B (1999), Buddhism In Taiwan Religion And The State 1660-1990, Univ of Hawaii Pr, ISBN 0824820614
- ter Haar, Bernard J. (2015), A Lay Buddhist Movement in Late Imperial China, University of Hawai Press, ISBN 9780824853389