Ular-cokelat timur

jenis ular
(Dialihkan dari Ular bisa cokelat)

Ular-cokelat timur[1][2] (Pseudonaja textilis) atau juga disebut ular bisa cokelat,[3] atau dalam bahasa Inggris disebut eastern brownsnake[1][2] atau common brownsnake, adalah spesies ular cokelat berbisa yang tersebar di Australia bagian timur dan tengah, dan di Pulau Papua bagian selatan. Ular ini adalah ular darat yang paling mematikan kedua di dunia setelah Taipan pedalaman (Oxyuranus microlepidotus) berdasarkan analisis LD50 terhadap tikus, dan disebut-sebut sebagai penyebab 60% kematian akibat gigitan ular di Australia.

Ular-cokelat timur
Pseudonaja textilis

Rekaman
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN42493315
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoSquamata
FamiliElapidae
GenusPseudonaja
SpesiesPseudonaja textilis
Günther, 1858
Tata nama
Sinonim takson
  • Furina textilis DUMÉRIL, BIBRON & DUMÉRIL 1854: 1242
  • Pseudoelaps superciliosus FISCHER 1856: 107
  • Demansia annulata GÜNTHER 1858: 213
  • Pseudoelaps kubingii JAN 1859: 127
  • Pseudoelaps sordellii JAN 1859: 127
  • Pseudonaia textilis KREFFT 1862: 394
  • Pseudoelaps kubinyi JAN 1863: 116 (emend. or lapsus pro kubingii)
  • Pseudoelaps supercilliosus var. beckeri JAN 1863
  • Diemennia superciliosaGÜNTHER 1863: 239
  • Diemenia superciliaris MCCOY 1867: 182 (lapsus pro superciliosus)
  • Pseudoelaps beckeri JAN & SORDELLI 1873
  • Diemenia superciliosaMCCOY 1878
  • Furina bicucullata MCCOY 1879
  • Cacophis guntheri STEINDACHNER 1867: 91
  • Furina cucullata BOULENGER 1896: 325 (lapsus pro Furina bicucullata)
  • Pseudechis cupreus BOULENGER 1896: 329 (part.)
  • Demansia textilisFRY 1914: 193
  • Demansia textilis (inframaculata) WAITE 1929
  • Pseudonaja textilisMCDOWELL 1967
  • Pseudonaja textilisCOGGER 1983: 233
  • Pseudonaja ohnoi WELLS & WELLINGTON 1985
  • Pseudonaja textilisCOGGER 2000: 675
  • Euprepiosoma textilisWELLS 2002
  • Pseudonaja elliotti HOSER 2003
  • Pseudonaja textilis pughi HOSER 2003
  • Pseudonaja textilis cliveevattiiHOSER 2012 (preliminary)
  • Pseudonaja textilis leswilliamsiHOSER 2012 (preliminary)
  • Pseudonaja textilis rollinsoniHOSER 2012 (preliminary)
  • Pseudonaja textilis jackyhoseraeHOSER 2012 (preliminary)
  • Pseudonaja textilisWALLACH et al. 2014: 605[1]
Distribusi

Taksonomi sunting

Ahli zoologi Perancis André M. C. Duméril adalah ilmuwan yang pertama kali mendeskripsikan spesies ini pada tahun 1854. Ia memberinya nama ilmiah Furina textilis dari spesimen yang didapatkan bulan Oktober 1846 oleh Jules Verreaux, yang berkomentar bahwa pola berjaring halus (fine-meshed) pada tubuh ular mengingatkannya pada stocking halus, yang menjadi inspirasi penamaannya.[4] Karena perbedaan ciri, spesimen berbeda dari ular-cokelat timur dikategorikan sebagai spesies yang berbeda pada awal abad ke-19. Ahli herpetologi Jerman Johann Gustav Fischer mendeskripsikannya sebagai Pseudoelaps superciliosus pada tahun 1856, dari spesimen yang diperoleh dari Sydney.[5] Ahli zoologi Jerman-Inggris, Albert Günther mendeskripsikan spesies ini sebagai Demansia annulata pada tahun 1858.[6]

Gerard Krefft, kurator Museum Australia, mereklasifikasi spesies yang dideskrisikan Duméril ke dalam genus Pseudonaia [sic] pada tahun 1862 setelah mengumpulkan beberapa spesimen dan memastikan bahwa corak-corak pada tubuh ular muda memudar ketika tumbuh menjadi ular-cokelat dewasa. Dia menyimpulkan deskripsi asli didasarkan pada spesimen yang masih muda dan mengirim yang dewasa ke Günther,[7] yang membuat katalog dengan nama baru pada tahun yang sama ketika membuat katalog spesies ular baru dalam koleksi British Museum.[8] Setelah memeriksa semua spesimen, Günther menyimpulkan bahwa Furina textilis dan Diemansia annulata adalah nama ilmiah spesimen muda dan Pseudoelaps superciliosus, P. sordelli, dan P. kubingii adalah nama ilmiah spesimen dewasa, dan semuanya mewakili spesies ular yang sama, yang ia sebut sebagai Diemenia superciliosa.[9] Naturalis Belgia-Inggris George Albert Boulenger menyebutnya sebagai Diemenia textilis pada tahun 1896, mengakui penamaan Duméril sebagai prioritas.[10] Dalam literatur berikutnya, spesies ini dikenal sebagai Demansia textilis karena Diemenia dianggap sebagai ejaan alternatif dari Demansia.[11]

Klasifikasi ilmiah ular-coklat dipindahkan dari Diemenia/Demansia ke Pseudonaja oleh naturalis Australia Eric Worrell pada tahun 1961 berdasarkan morfologi tengkorak, dan dibenarkan oleh herpetolog Amerika Samuel Booker McDowell pada tahun 1967 berdasarkan otot-otot kelenjar racun. Klasifikasi ini kemudian diikuti oleh ilmuwan-ilmuwan selanjutnya.[11] Pada tahun 2002, herpetolog Australia Richard W. Wells membagi genus Pseudonaja, mengklasifikasikan ular-cokelat timur ke genus baru Euprepiosoma,[12] meskipun ini belum dikenali oleh pene lain,[13] dan Wells telah dikritik keras karena kurangnya kecermatan dalam penelitiannya.[14]

Deskripsi fisik sunting

Ular-cokelat timur berbentuk ramping dan sedang tanpa batas antara kepala dan lehernya.[15] Moncongnya tampak bulat jika dilihat dari atas.[16] Sebagian besar spesimen memiliki panjang total (termasuk ekor) hingga 1.5 meter,[17] dengan beberapa spesimen besar mencapai 2 meter.[18] Ukuran terpanjang yang tercatat untuk spesies ini adalah 2.4 meter.[17] Pembuktian menunjukkan bahwa spesimen-spesimen dari populasi di utara cenderung lebih besar daripada spesimen-spesimen dari populasi di selatan.[15] Ular-cokelat timur dewasa memiliki pewarnaan yang bervariasi.[18] Tubuh bagian atasnya berwarna antara pucat hingga cokelat tua,[16] atau kadang bernuansa oranye atau russet,[18] dengan pigmen yang lebih kaya warna di sisik punggung bagian belakang.[16] Ular-cokelat timur dari Merauke berwarna antara sawo matang hingga zaitun pada tubuh bagian atas, sedangkan yang terdapat di Papua Nugini bagian timur berwarna antara kelabu-kecokelatan sangat gelap hingga kehitaman.[19]

Taring ular-cokelat timur lebih kecil bila dibandingkan dengan ular berbisa Australia lainnya, rata-rata panjangnya 2.8 mm atau hingga 4 mm pada spesimen yang lebih besar. Jarak antar kedua taringnya sekitar 1.1 cm.[20] Lidahnya berwarna gelap,[21] dan iris mata berwarna kehitaman dengan warna kuning-cokelat pucat atau oranye pucat di sekitaran pupil. Dagu dan bagian bawah tubuhnya berwarna krem atau kuning pucat, terkadang memudar menjadi cokelat atau abu-abu hingga ekor. Seringkali terdapat bintik-bintik oranye, cokelat, atau abu-abu gelap pada bagian bawah tubuh, lebih menonjol di bagian anterior. Sisik ventral (bagian bawah tubuh) sering dihiasi dengan pinggiran cokelat gelap di tepian posteriornya.[16]

Ular yang masih muda dapat memiliki corak yang bervariasi, umumnya memiliki kepala berwarna hitam, dengan moncong berwarna cokelat lebih muda dan terdapat pita di bagian belakang, dan pita nuchal hitam. Pewarnaan pada tubuhnya bisa cokelat seluruhnya, atau dihiasi belang-belang hitam, atau pola berjaring, yang mana semua corak gelap tersebut memudar seiring bertambahnya usia.[18]

Susunan sisik pada tubuh ular-cokelat timur terdiri dari sisik dorsal sebanyak 17 baris di bagian tengah badan, sisik ventral sebanyak 192 sampai 231,[16] dan sisik subkaudal (divided subcaudals) sebanyak 45 sampai 75 (kadang-kadang beberapa sisik anterior tidak terbagi), dan satu sisik anal yang terbagi.[18] Mulutnya dilapisi dengan enam sisik supralabial di atas dan tujuh (jarang delapan) sisik sublabial di bawah. sisik nasal hampir selalu tidak terbagi, dan jarang terbagi sebagian. Matanya memiliki dua atau sejarangnya tiga sisik postokular.[16]

Penyebaran dan habitat sunting

Ular-cokelat timur tersebar luas di sepanjang pesisir timur Australia, meliputi sebagian kecil daerah Kimberley di Australia Barat,[22] Australia Utara (Barkly Tableland dan MacDonnell Ranges),[16] New South Wales, Queensland, Victoria, hingga sebagian Australia Selatan.[1]

Perilaku sunting

Ular-cokelat timur umumnya soliter, yang mana ular betina dan ular jantan muda menghindari ular jantan dewasa.[23] ular ini aktif pada siang hari, meskipun ia dapat beristirahat di bawah panasnya hari untuk berkelana lagi di sore hari. Ular ini paling aktif di musim semi, pejantan menjelajah lebih awal pada musim ini daripada betina, dan kadang-kadang aktif pada hari-hari musim dingin yang hangat. Individu ular ini diketahui berjemur pada hari dengan suhu serendah 14°C.[15] Pernah diketahui terkadang beraktivitas pada malam hari.[24] Pada malam hari, ular ini berlindung di celah tanah atau liang yang telah digunakan oleh tikus rumah, atau (tidak umum) skink, tikus, atau kelinci. Ular ini mungkin berlindung selama beberapa hari sebelum pergi, dan mungkin tetap berkelana di atas tanah selama malam musim panas. Selama musim dingin, ular ini berhibernasi, dan muncul pada hari-hari hangat untuk berjemur. Studi lapangan di Daerah Irigasi Murrumbidgee, New South Wales menunjukkan bahwa ular-cokelat timur menghabiskan rata-rata 140 hari di dalam liang selama musim dingin, dan diketahui bahwa sebagian besar pejantan memulai hibernasi pada awal Mei (musim gugur) sementara betina tidak memulainya hingga pertengahan Mei; ular jantan sebagian besar beraktivitas kembali pada minggu pertama bulan September (musim semi), sedangkan betina tidak aktif sampai akhir bulan.[23]

Ular-cokelat timur adalah ular yang mampu bergerak sangat cepat, naturalis Australia David Fleay mengungkapkan bahwa ular ini mampu melampaui seorang yang berlari dengan kecepatan penuh.[25] Banyak orang mengira tampilan pertahanan diri ular ini adalah untuk penyerangan.[26] Apabila dikonfrontasi, ular-cokelat timur bereaksi dengan salah satu dari dua pertahanan. Selama pertahanan parsial, ular ini mengangkat bagian depan tubuhnya secara horizontal dari tanah, memipihkan lehernya dan kadang-kadang membuka mulutnya. Dalam pertahanan penuh, ular itu "berdiri" secara vertikal dari tanah,[27] memosisikan lehernya membentuk seperti huruf "S", dan membuka mulutnya.[25] Ular ini mampu menyerang dengan lebih akurat pada pertahanan penuh dan lebih memungkinkan untuk memberikan gigitan mematikan.[28] Karena posisi tinggi ular dari tanah pada pertahanan penuh, gigitannya seringkali mengenai paha atas korban.[17]

Makanan sunting

Ular-cokelat timur diketahui berburu lebih sering daripada ular lainnya, dan seekor ular yang sedang mencari makan akan mengangkat kepalanya membentuk seperti periskop setiap waktu untuk mengamati wilayah dalam mencari mangsa.[25] Ular ini umumnya menemukan sumber makanan di tempat perlindungannya daripada mengejar mangsa yang kabur.[29] Ular dewasa umumnya berburu pada siang hari, sedangkan ular muda kadang-kadang berburu di malam hari.[30] Ular-cokelat timur diketahui mengelilingi dan membelit mangsanya untuk melumpuhkan dan menahannya, mengadopsi strategi meracuni dan bergulat dengan mangsanya.[29]

Mangsa ular-cokelat timur hampir seluruhnya terdiri dari vertebrata, dengan sebagian besarnya adalah mamalia—terutama tikus rumah. Mamalia sebesar kelinci juga dimangsanya. Ular ini juga memangsa burung kecil, telur, bahkan ular lain.[30] Ular yang tinggal di area vegetasi alami atau padang memangsa reptil dengan proporsi yang lebih tinggi, sedangkan ular yang hidup di ladang memangsa lebih banyak tikus.[30]

Reproduksi sunting

Ular-cokelat timur berkembang biak dengan bertelur (ovipar).[2] Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 10 hingga 35 butir,[18] masing-masing butir beratnya 8 gram.[31] Telur-telur tersebut ditempatkan di lokasi yang aman, seperti liang atau lubang di dalam tunggul pohon atau batang kayu yang membusuk.[25] Temperatur sekitar memengaruhi laju perkembangan telur; telur yang diinkubasi pada suhu 25°C akan menetas setelah 95 hari, sedangkan telur pada suhu 30°C akan menetas setelah 36 hari.[15] Ular-cokelat timur mampu mencapai kematangan seksual pada usia 31 bulan,[32] dan diketahui mampu hidup hingga 15 tahun di penangkaran.[33]

Galeri sunting

Bisa sunting

Ular-cokelat timur dianggap sebagai ular darat paling berbisa kedua di dunia, setelah Taipan pedalaman (Oxyuranus microlepidotus) yang terdapat di pedalaman Australia.[34] Bertanggung jawab atas lebih banyak kematian akibat gigitan ular di Australia daripada spesies lain,[35] ular ini adalah ular berbahaya yang paling sering ditemui di Adelaide, dan juga dijumpai di Melbourne, Canberra, Sydney, dan Brisbane.[36] Sebagai genus, ular-cokelat timur bertanggung jawab atas 41% korban gigitan ular yang teridentifikasi di Australia antara tahun 2005 dan 2015, dan 15 dari 19 kematian selama periode ini.[37] Dalam genus ini, ular-cokelat timur adalah spesies yang paling sering menjadi penyebab gigitan ular.[38] Ular ini diklasifikasikan sebagai ular yang gigitannya sangat memerlukan pertolongan medis (medical importance) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[39]

Referensi dan kutipan sunting

  1. ^ a b c d Pseudonaja textilis di Reptarium.cz Reptile Database
  2. ^ a b c "Eastern brown snake (Pseudonaja textilis) at the Australian Reptile Online Database | AROD.com.au". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-26. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  3. ^ http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/100298-%5B_Konten_&[pranala nonaktif permanen]#x5D;-Konten%20C6693.pdf Kementerian Kehutanan - Statistik Ekspor-Impor Hasil Hutan, Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar, Penerimaan Negara dari Perdagangan Triwulan IV Tahun 2009
  4. ^ Duméril, André Marie Constant; Bibron, Gabriel; Duméril, Auguste (1854). Erpétologie Générale ou Histoire Naturelle Complète des Reptiles (dalam bahasa French). 7. Paris: Roret. hlm. 1242. part 2. 
  5. ^ Fischer, Johann Gustav (1856). "Neue Schlangen des Hamburgischenhte Naturhistorischen Museums". Abhandlungen aus dem Gebiete der Naturwissenschaften. Hamburg (dalam bahasa German). 3: 79–116 [107]. 
  6. ^ Günther, Albert (1858). Catalogue of Colubrine Snakes in the Collection of the British Museum. London: British Museum. hlm. 213. 
  7. ^ Krefft, Gerard (1862). "Note on Furina textilis". Proceedings of the Zoological Society of London. 1862: 149–150. doi:10.1111/j.1469-7998.1862.tb06483.x. 
  8. ^ Günther, Albert (1862). "On new species of snake in the collection of the British Museum". The Annals and Magazine of Natural History: Including Zoology, Botany, and Geology. 3. 9: 49–54 [53]. 
  9. ^ Günther, Albert Carl Ludwig Gotthilf (1863). "Notes on Diemenia superciliosa". Proceedings of the Zoological Society of London. 1863: 17–18. 
  10. ^ Boulenger, George Albert (1896). Catalogue of the snakes in the British Museum (Natural History). v.3. London: Printed by order of the Trustees British Museum (Natural History). Department of Zoology. hlm. 325. 
  11. ^ a b Mengden, Gregory A. (1983). "The taxonomy of Australian elapid snakes: a review" (PDF). Records of the Australian Museum. 35 (5): 195–222 [202]. doi:10.3853/j.0067-1975.35.1983.318. 
  12. ^ Wells, Richard W. (2002). "Taxonomy of the Genus Pseudonaja (Reptilia: Elapidae) in Australia" (PDF). Australian Biodiversity Record. 7: 1–41. 
  13. ^ Australian Biological Resources Study (26 August 2013). "Species Pseudonaja textilis (Duméril, Bibron & Duméril, 1854)". Australian Faunal Directory. Canberra, Australian Capital Territory: Department of the Environment, Water, Heritage and the Arts, Australian Government. Diakses tanggal 24 October 2017. 
  14. ^ Kaiser, Hinrich; Crother, Brian I.; Kelly, C.M.R.; Luiselli, Luca; O'Shea, Mark; Ota, Hidetoshi; Passos, Paulo; Schleip, Wulf D.; Wüster, Wolfgang (2013). "Best Practices: In the 21st Century, Taxonomic Decisions in Herpetology are Acceptable Only When Supported by a Body of Evidence and Published via Peer-Review" (PDF). Herpetological Review. 44 (1): 8–23. 
  15. ^ a b c d Beatson, Cecilie (30 October 2015). "Eastern Brown Snake". Animal Species. Australian Museum. Diakses tanggal 12 October 2017. 
  16. ^ a b c d e f g Skinner, Adam (2009). "A multivariate morphometric analysis and systematic review of Pseudonaja (Serpentes, Elapidae, Hydrophiinae)". Zoological Journal of the Linnean Society. 155: 171–197. doi:10.1111/j.1096-3642.2008.00436.x. 
  17. ^ a b c Sutherland & Tibballs 2001, hlm. 103.
  18. ^ a b c d e f Cogger, Harold G. (2014) [1975]. Reptiles and Amphibians of Australia (edisi ke-7th). Melbourne, Victoria: CSIRO Publishing. hlm. 928. ISBN 978-0-643-10035-0. 
  19. ^ Williams, David J.; O'Shea, Mark; Daguerre, Roland L.; Pook, Catharine E.; Wüster, Wolfgang; Hayden, Christopher J.; McVay, John D.; Paiva, Owen; Matainaho, Teatulohi; Winkel, Kenneth D.; Austin, Christopher C. (2008). "Origin of the eastern brownsnake, Pseudonaja textilis (Duméril, Bibron and Duméril) (Serpentes: Elapidae: Hydrophiinae) in New Guinea: evidence of multiple dispersals from Australia, and comments on the status of Pseudonaja textilis pughi Hoser 2003" (PDF). Zootaxa. 1703: 47–61. doi:10.11646/zootaxa.1703.1.3. 
  20. ^ Fairley, N. Hamilton (1929). "The dentition and biting mechanism of Australian snakes". The Medical Journal of Australia. 1: 313–327. doi:10.5694/j.1326-5377.1929.tb14095.x. 
  21. ^ Greer 1997, hlm. 243.
  22. ^ Shea, G.M. (2006). "Three Western Australian snake venoms on blood coagulation of the dog, cat, horse and wallaby". Australian Veterinary Journal. 63 (10): 352. doi:10.1111/j.1751-0813.1986.tb02893.x. PMID 3800793. 
  23. ^ a b Whitaker, Patrick Brian and Richard Shine (2003). "A radiotelemetric study of movements and shelter-site selection by free-ranging brownsnakes (Pseudonaja textilis, Elapidae)". Herpetological Monographs. 17 (1): 130–144. doi:10.1655/0733-1347(2003)017[0130:ARSOMA]2.0.CO;2. 
  24. ^ Greer 1997, hlm. 205.
  25. ^ a b c d Fleay, David (1943). "The brown snake – a dangerous fellow". The Victorian Naturalist. 59: 147–152. 
  26. ^ Whitaker, Patrick B.; Shine, Richard (2000). "Sources of mortality of large elapid snakes in an agricultural landscape" (PDF). Journal of Herpetology. 34 (1): 121–128. doi:10.2307/1565247. JSTOR 1565247. 
  27. ^ Greer 1997, hlm. 139.
  28. ^ Whitaker, Patrick B.; Ellis, K.; Shine, Richard (2000). "The defensive strike of the Eastern Brownsnake, Pseudonaja textilis (Elapidae)". Functional Ecology. 14 (1): 25–31. doi:10.1046/j.1365-2435.2000.00385.x. 
  29. ^ a b Jackson, Timothy N. W.; Koludarov, Ivan; Ali, Syed A.; Dobson, James; Zdenek, Christina N.; Dashevsky, Daniel; op den Brouw, Bianca; Masci, Paul P.; Nouwens, Amanda; Josh, Peter; Goldenberg, Jonathan; Cipriani, Vittoria; Hay, Chris; Hendrikx, Iwan; Dunstan, Nathan; Allen, Luke; Fry, Bryan G. (2016). "Rapid Radiations and the Race to Redundancy: An Investigation of the Evolution of Australian Elapid Snake Venoms". Toxins. 8 (11): 309. doi:10.3390/toxins8110309. PMC 5127106 . PMID 27792190. 
  30. ^ a b c Shine, Richard (1989). "Constraints, Allometry, and Adaptation: Food Habits and Reproductive Biology of Australian Brownsnakes (Pseudonaja: Elapidae)". Herpetologica. 45 (2): 195–207. JSTOR 3892162. 
  31. ^ Greer 1997, hlm. 233.
  32. ^ Greer 1997, hlm. 238.
  33. ^ Eipper, Scott (2012). A Guide To – Australian Snakes in Captivity: Elapids & Colubrids. Reptile Publications. hlm. 250. ISBN 9780987244789. 
  34. ^ The Australian venom research unit (11 January 2014). Facts and Figures: World's Most Venomous Snakes (archived). University of Melbourne. Retrieved 14 July 2014.
  35. ^ Sutherland, Struan K.; Sutherland, John (2006). Venomous Creatures of Australia: A Field Guide with Notes on First Aid (edisi ke-5th). South Melbourne, Victoria: Oxford University Press. hlm. 22–23. ISBN 9780195553307. 
  36. ^ Watharow, Simon (2011). Living with Snakes and Other Reptiles. Melbourne, Victoria: Csiro Publishing. hlm. 68–70. ISBN 978-0-643-10381-8. 
  37. ^ Johnston, Christopher I.; Ryan, Nicole M; Page, Colin B; Buckley, Nicholas A; Brown, Simon GA; O'Leary, Margaret A; Isbister, Geoffrey K (2017). "The Australian Snakebite Project, 2005–2015 (ASP-20)" (PDF). Medical Journal of Australia. 207 (3): 119–125. doi:10.5694/mja17.00094. PMID 28764620. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-10-06. Diakses tanggal 2020-05-11. 
  38. ^ Mirtschin, Rasmussen & Weinstein 2017, hlm. 158.
  39. ^ WHO Expert Committee on Biological Standardization. "Guidelines for the production, control and regulation of snake antivenom immunoglobulins" (PDF). WHO Technical Report Series, No. 964. hlm. 224–226. Diakses tanggal 1 January 2019. 

Kutipan bacaan sunting

  • Greer, Allen E. (1997). The Biology and Evolution of Australian Snakes. Chipping Norton, New South Wales: Surrey Beatty & Sons. ISBN 978-0-949324-68-9. 
  • Mirtschin, Peter; Rasmussen, Arne; Weinstein, Scott (2017). Australia's Dangerous Snakes: Identification, Biology and Envenoming. Clayton South, Victoria: Csiro Publishing. ISBN 978-0-643-10674-1. 
  • Sutherland, Struan K.; Tibballs, James (2001) [1983]. Australian Animal Toxins (edisi ke-2nd). South Melbourne, Victoria: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-550643-3. 

Publikasi dan pranala luar sunting

  • Wilson, Steve; Swan, Gerry (2013). A Complete Guide to Reptiles of Australia, Fourth Edition. Sydney: New Holland Publishers. 522 pp. ISBN 978-1921517280.