Tugu Pahlawan Jerman, Arca Domas

taman reservasi di Indonesia

Tugu Pahlawan Jerman, Arca Domas adalah sebuah kompleks yang terdiri dari sebuah tugu dan tanah pekuburan di lereng Gunung Pangrango, sekitar 15 km dari Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Area pemakaman ini masuk ke dalam Cagar Alam Arca Domas.

Cagar Alam Arca Domas
IUCN Kategori Ia (Cagar Alam Lindung)
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
CA Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
CA Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
CA Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Arca Domas
CA Arca Domas
LetakDesa Sukaresmi, Kec. Megamendung, Kab. Bogor, Jawa Barat
Kota terdekatBogor
Koordinat6°42′27″S 106°54′38.7″E / 6.70750°S 106.910750°E / -6.70750; 106.910750Koordinat: 6°42′27″S 106°54′38.7″E / 6.70750°S 106.910750°E / -6.70750; 106.910750
Luas2 ha
Didirikan1913

Jalan menuju makam ini sangat sulit dan sempit. Kompleks ini memiliki dengan sepuluh makam tentara Jerman dengan nisan berbentuk salib besi (Eisernes Kreuz) berwarna putih salju. Delapan nisan masih dikenal namanya, sementara dua lagi sudah tidak dapat dikenali dan tidak bernama. Dari batu-batu nisan ini dapat diketahui bahwa para tentara Jerman yang dimakamkan di situ meninggal dunia pada 1945. Bentuk salib nisannya menyerupai tanda tambah dan sangat besar dan berbeda dengan salib Belanda. Kompleks pekuburan kecil ini dinaungi sebuah pohon besar yang tinggi dan sangat rindang.[1]

Para prajurit yang dikuburkan di situ adalah para pelaut muda pada masa Perang Dunia II yang datang ke Jawa dengan menggunakan kapal selam (U-Boat).

Latar belakang sejarah[1] sunting

Tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 ha di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.

Membangun tugu peringatan sunting

Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria. Karena itulah kedua orang saudaranya kemudian membangun sebuah monumen untuk memperingati Deutsch-Östasiatisches Geschwader (Armada Jerman Asia Tenggara) yang dipimpin oleh Admiral Graf Spee yang ditenggelamkan oleh tentara Britania. Di monumen tersebut ditulis kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbunyi: "Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich." Sebagai penghargaan pada agama tua yang telah ada di Jawa, mereka juga membangun patung Buddha dan Ganesha di kedua sisi monumen itu.

Tugu ini diresmikan pada 1926 ketika kapal penjelajah Jerman "Hamburg" berkunjung ke Jawa. Seorang perwira muda kapal itu, Hans-Georg von Friedeburg, menulis tentang upacara itu dalam bukunya yang berjudul "32 000 Seemeilen auf blauem Wasser: Erlebnisse auf der Weltreise des Kreuzers 'Hamburg'" ("32.000 mil laut di laut biru: Pengalaman dalam perjalanan keliling dunia dengan kapal penjelajah "Hamburg") . Von Friedeburg di kemudian hari menjadi Admiral Jenderal dan mengakhiri hidupnya pada 23 Mei 1945 karena Jerman menyerah kalah dalam Perang Dunia II. Anak laki-lakinya, Ludwig von Friedeburg, adalah seorang sosiolog terkenal dan antara 1969-1974 menjadi menteri pendidikan di negara bagian Hessen, Jerman.

Pada 1928, Helfferich bersaudara kembali ke Jerman. Mereka menyerahkan kepercayaan pengelolaan perkebunan teh itu kepada Albert Vehring dari Bielefeld. Vehring telah banyak berpengalaman dalam mengelola perkebunan teh di Niugini.

Ketika Jerman menginvasi Belanda pada 1939, pemerintah Belanda menangkapi orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk Albert Vehring. Perkebunan Helfferich pun diambil alih oleh Belanda. Di kemudian hari, setelah invasi Jepang ke Indonesia, Vehring berhasil bebas dan pemerintah Jerman memproklamasikan berdirinya Republik Nias. Fischer, Komisaris perusahaan Bosch, diangkat menjadi perdana menteri, sedangkan Albert Vehring menjadi menteri luar negeri.

Invasi Jepang sunting

Bersama dengan kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, kembali pula pengaruh Jerman di wilayah ini. Pada Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan militer Jepang untuk melakukan usaha dagang di Indonesia. Atas persetujuan Jepang pula, tanah dan vila Helfferischs di perkebunan teh Cikopo dekat Arca Domas dikembalikan kepada pihak Jerman. Albert Vehring pun kembali ke tempat itu. Daerah perkebunan ini dijadikan tempat istirahat bagi awak kapal setelah melakukan pelayaran panjang mengelilingi Afrika.

Cagar Alam Arca Domas sunting

Kawasan Arca Domas ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan GB No. 28 tanggal 26 April 1913 seluas 2 ha. Cagar Alam Arca Domas terbagi ke dalam 2 blok/bagian, yaitu seluas 1 ha merupakan perkebunan kina (Cinchona succirubra), sedangkan sisanya dipergunakan sebagai area pemakaman 10 (sepuluh) orang serdadu Jerman dan monumen serta patung Buddha yang dibangun oleh Republik Federasi Jerman.[2]

Pemeliharaan sunting

Taman makam pahlawan Jerman ini dipelihara oleh Organisasi Perawatan Taman Makam Pahlawan Jerman. Karena peraturan pemerintah Indonesia, tanah Arca Domas ini tidak dapat dibeli oleh pemerintah Jerman.

Setiap tahun pada Hari Pahlawan, sejumlah kecil orang Jerman datang ke taman ini untuk mengadakan upacara kebaktian guna memperingati perdamaian dan para korban perang.

Referensi sunting

  1. ^ a b "Tugu Pahlawan Jerman di Lereng Gunung Pangrango". kolektorsejarah.wordpress.com. 29 Juni 2009. 
  2. ^ "Cagar Alam Arca Domas" (PDF). bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id. 

Pranala luar sunting