Totok
Totok adalah istilah dari bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Jawa yang berarti "baru" atau "murni", dan digunakan untuk mendeskripsikan para pendatang yang lahir di luar negeri serta berdarah murni. Pada masa Hindia Belanda, istilah ini dipakai untuk menunjuk orang Belanda (atau Eropa) yang lahir di luar Hindia Belanda. Kata ini juga dipakai untuk menyindir orang Eropa yang baru datang, "vers van de boot" yaitu "baru turun dari kapal". Istilah lain, yaitu Peranakan, memiliki arti yang berkebalikan dan digunakan untuk menyebut penduduk yang telah bercampur dengan warga pribumi di Indonesia.[1]
Istilah totok juga dipakai untuk menyebut warga Tionghoa di Indonesia yang berdarah murni (Totok Tionghoa), terutama untuk membedakannya dengan Babah atau peranakan.[1]
Pada masa Hindia Belanda dan literatur yang muncul pada masa itu, istilah tersebut digunakan untuk membedakan antara warga Belanda dengan pribumi dan warga berdarah campuran yang disebut Orang Indo.[2]
Orang Belanda Totok yang terkenalSunting
- Carel Jan Schneider
- Vera de Vries
- nl , (Semarang, Jawa, 1922) pencetus festival North Sea Jazz
- Albert Alberts, jurnalis dan pemenang penghargaan penulis
- Beb Bakhuys
- Frits Bolkenstein, politikus
- Ben Bot, menteri
- Hans van den Broek, menteri
- Jeroen Brouwers, penulis
- Conrad Busken Huet (1826-1886), editor koran di Jawa (1868-1876)
- Louis Couperus (1863–1923), masa kecil di Batavia, Jawa (1871–1877), penulis The Hidden Force (1900)
- P.A.Daum (1850-1898), wartawan dan penulis
- Johan Fabricius (1899-1981), penulis De Scheepsjongens van Bontekoe (1923)
- Anthony Fokker (Blitar, Java, 1890), perintis penerbangan
- Hella Haasse (Batavia, Java, 1918), penulis pemenang penghargaan
- Erik Hazelhoff Roelfzema (Surabaya, Java, 1917), pahlawan PD 2
- W. R. van Hoëvell (1812-1879) menteri Gereja di Batavia, aktivis politik (1838-1848)
- Xaviera Hollander, penulis
- Rudy Kousbroek, penulis
- Liesbeth List, penyanyi
- nl , artis dan penyanyi
- Willem Oltmans, jurnalis dan penulis
- Helga Ruebsamen, penulis
- Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda
- Multatuli (1820-1887), Residen di Ambon dan Jawa (1838-1858), penulis
- F. Springer, penulis
- Madelon Szekely-Lulofs (Surabaya, 1899) penulis film Rubber (1936) pada tahun 1931[3] dan Koelie (1931)[4]
- Bram van der Stok (Plaju, Sumatra, 1915), pahlawan PD II
- Peter Tazelaar (Bukittingi, Sumatra, 1922), pahlawan PD II
- Edgar Vos (Makassar, 1931), desainer mode
- Margaretha Geertruida Zelle atau "Mata Hari", didakwa sebagai mata-mata
- Wieteke van Dort atau Tante Lien, artis dan komedian
Lihat pulaSunting
ReferensiSunting
- ^ a b Tan, Mely G. 2008. (in English and Indonesian), Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan [Ethnic Chinese in Indonesia: Collected Writings], (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) ISBN 978-979-461-689-5 P.1
- ^ Willems, Wim "Tjalie Robinson; Biografie van een Indo-schrijver" Chapter: Een Totok als vader (Publisher: Bert Bakker, 2008) P.45 ISBN 978-90-351-3309-9
- ^ Rubber by Madelon Szekely-Lulofs on DBNL website.
- ^ Koelie by Madelon Szekely-Lulofs on DBNL website.
BibliografiSunting
- (Indonesia) Sastrowardoyo, Subagio Sastra Hindia Belanda dan kita (Penerbit: PT Balai Pustaka, Jakarta, 1990) P.21 ISBN 979-407-278-8 [1]
- Taylor, Jean Gelman. The Social World of Batavia: European and Eurasian in Dutch Asia (Madison: The University of Wisconsin Press, 1983). ISBN 978-0-300-09709-2
- Taylor, Jean Gelman. Indonesia: Peoples and Histories (New Haven: Yale University Press, 2003). ISBN 0-300-09709-3
- (Belanda) Bosman, Ulbe and Raben, Remco. De oude Indische wereld 1500-1920. (Bert Bakker, Amsterdam 2003) ISBN 90-351-2572-X
Pranala luarSunting
- Totok Hall of Fame website. Retrieved 13 Mar 2012.