Titie Said

Titie Said Sadikun (11 Juli 1935 – 24 Oktober 2011) adalah penulis senior sekaligus Ketua Badan Sensor Film Indonesia. Lulusan sarjana muda Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1959 ini pernah menjadi redaktur Majalah Kartini dan memimpin majalah Famili.

Titie Said
LahirTitie Said
(1935-07-11)11 Juli 1935
Belanda Bojonegoro, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal24 Oktober 2011(2011-10-24) (umur 76)
Indonesia Jakarta, Indonesia
AlmamaterFakultas Sastra Universitas Indonesia (selesai;1959)
Pekerjaanpenulis

Titie telah menulis 25 novel hingga tahun 2008. Beberapa novel karya Titie, antara lain Jangan Ambil Nyawaku (1977), Reinkarnasi, Fatima, Ke Ujung Dunia, dan Prahara Cinta (2008). Sedangkan kumpulan cerita pendeknya adalah Perjuangan dan Hati Perempuan (1962).

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Sensor Film dua periode 2003-2006 dan 2006-2009.[1] Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota DPRD Bali.[2]

Kehidupan awalSunting

Titie Said lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, tepatnya di Desa Kauman pada 11 juli 1935. Cerpenis yang memiliki nama asli Sitti Rayya ini mulai dikenal banyak orang pada tahun 1960-an, bersamaan dengan pengarang wanita lainnya, seperti Titi Basion, dan M. Katoppo

Titie Said Sadikun pernah kuliah di Universitas Indonesia dengan Fakultas Sastra, Jurusan Pubakala. Namun sayang, beliau tidak dapat menyelesaikan kuliahnya. Dengan bekal ilmu yang dimilikinya, Titie pernah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Beliau pernah bekerja di majalah Hidup di Malang sebagai redaktur pada tahun 1957-1959 dan di majalah Wanita pada tahun 1959-1960. Bersama Drs. Lukman Umar, Titie mendirikan majalah Kartini dan menjabat sebagai pemimpin Redaksi.

Muhammad Said, ayah Titie adalah seoarang guru, tentara, dan penulis di zaman Belanada. Oleh karena itu, Titie dari kecil sudah dilatih menulis oleh ayahnya. Akhirnya, Titie pun menggeluti dunia sastra. H.B. Jassin (1967:73) mengemukakan bahwa Titie memberikan kesan yang jauh lebih dewasa jika dibandingkan dengan pengarang wanita lainnya. Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam karya-karyanya (cerita pendek) tidak terasa canggung dan orang-orang yang menegakkan keadilan, kebenaran, serta menjada martabat dan harga diri. Dalam buku Cerita Pendek Indonesia, Ajip Rosidi mengungkapkan bahwa Titie seorang cerpenis yang sangat tampil melukiskan dan memotret panorama Indonesia. Hal ini ternyata karena Titie berlatar belakang dari keluarga perintis Kemerdekaan. Selain itu, tulisannya pun dilandasi dengan latar belakan pendidkan dan pekerjaannya. Dengan argumen kedua tokoh tersebut, akhirnya Titie dikukuhkan sebagai cerpenis wanita yang perlu diperhitungkan dalam kesusastraan Indonesia.

Sejak SMP Titie sudah tertarik dengan sastra.Beliau sering menulis puisi yang dimuat di majalah Brawijaya. Karena merasa tidak puas dan tidak merasa sukses dalam menulis puisi, ia beralih meulis cerpen.[3]

WafatSunting

Titie Said meninggal dunia pada 24 Oktober 2011, di RS Medistra Jakarta, karena stroke.[1]

ReferensiSunting

  1. ^ a b Novelis Titie Said Meninggal Diarsipkan 2011-10-26 di Wayback Machine., diakses pada 28 Oktober 2011.
  2. ^ Titie Said Meninggal, diakses pada 28 Oktober 2011.
  3. ^ Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Bandung. 2009. hlm. 245-246. ISBN 9796922835. 

Pranala luarSunting