Thalhah bin Ubaidillah
Thalhah bin Ubaidillah (Bahasa Arab طلحة بن عبيد الله) (wafat 36 H/ 656 M) adalah seorang sahabat nabi berasal dari Quraisy, nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Kaab bin Said bin Taim bin Murrah. Thalhah juga termasuk enam konsultan Nabi Muhammad dan sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.[1] Thalhah berkulit coklat, berambut tebal, tidak keriting tidak lurus, berwajah tampan, cepat jalannya, bertubuh sedang, dada bidang, lebar pundaknya, besar kedua telapak kakinya, bila menoleh ia menoleh dengan seluruh badan.[2]
![]() ![]() | |
Nama dalam bahasa asli | (ar) طلحة بن عبيد الله (ar) طلحة بن عبيد الله بن عثمان التيمي القرشي المدني ![]() |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 595 ![]() Makkah ![]() |
Kematian | 656 ![]() Basra ![]() |
Penyebab kematian | Terbunuh dalam tugas ![]() |
Tempat pemakaman | Basra Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! ![]() |
Data pribadi | |
Agama | Islam ![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus, Sahabat Nabi, pemimpin militer, pebisnis ![]() |
Konflik | Pertempuran Uhud, Perang Jamal dan Pertempuran Khandaq ![]() |
Keluarga | |
Pasangan nikah | Hammanah bint Jahsh (en) ![]() Ummu Kultsum binti Abu Bakar Q124649286 ![]() Q106881635 ![]() ![]() |
Anak | Muhammad bin Thalhah ( ![]() ![]() Yusuf ibn Talhah (en) ![]() ( ![]() Zachariah ibn Talha (en) ![]() ( ![]() Ishaq bin Thalhah ( ![]() Ummu Ishaq binti Thalhah ( ![]() Ya'qub bin Thalhah ( ![]() Musa bin Thalhah ( ![]() Isa bin Thalhah ( ![]() Imran bin Thalhah ( ![]() Aisyah binti Thalhah ( ![]() ![]() |
Masuk Islam
suntingThalhah bin Ubaidillah termasuk kedalam as sabiqunal awwalun, yaitu kelompok sahabat yang pertama kali masuk Islam. Suatu ketika, beliau sedang melakukan perjalanan dagang ke Basrah Irak. Beliau bertemu dengan seorang pendeta yang mengabarkan bahwa akan muncul Nabi di Tanah Haram, dan inilah masanya. Pendeta itu juga berpesan agar ia membersamai Nabi tersebut, berjuang bersama Nabi tersebut, karena ia merupakan petunjuk, rahmat dan pembebasan. [3]
Setelah berbulan-bulan di Basrah, akhirnya ia pulang ke Makkah. Sesampainya di Makkah, ramai kasak-kusuk tentang pengakuan Muhammad al Amin dan wahyu yang datang kepadanya. Maka beliau mengkonfirmasi kebenaran tersebut pada sahabatnya, Abu Bakar ra. Abu Bakar memberitahukan padanya bahwa ia telah masuk Islam, membela dan menyerahkan dirinya kepada Allah subhana wata'ala. [3]
Muhammad ﷺ dan Abu Bakar? demi Allah, tidak mungkin kedua orang ini bersekongkol dalam kesesatan apapun?. Nabi Muhammad ﷺ telah hidup bersama mereka selama 40 tahun, dan sepanjang usia itu tidak pernah sekalipun beliau melakukan kebohongan. Maka mustahil bahwa ia berdusta hari ini terhadap Allah, lalu mengatakan bahwa Dia telah mengutusnya dan mengirimkan wahyu kepadanya, ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi. [3]
Thalhah pun memantapkan diri menemui Rosulallah ﷺ dan ditemani sayyidina Abu Bakar ra untuk menyatakan keislamannya dan mengambil tempat dalam kafilah pertama yang diberkahi ini.[3] Ia sempat mengalami tekanan penyiksaan di awal keislaman dan kemudian hijrah.[2] Thalhah tidak mengikuti Perang Badar karena sedang berdagang ke Syam (Suriah).
Thalhah mengikuti Perang Uhud dan menderita luka parah yang luar biasa. Dia menggunakan dirinya menjadi perisai bagi Nabi Muhammad ﷺ dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Rasulullah ﷺ dengan tangannya sehingga semua jari-jarinya terputus.[4][5] Tangannya lumpuh selepas Perang Uhud akibat luka yang cukup parah.[2]
Semasa Khalifah Abu Bakar, Thalhah ditugaskan bersama sahabat lain. menjaga perbatasan Madinah dari tekanan perlawanan kaum murtadin dalam konflik Riddah. Dan saat Abu Bakar sakit menjelang wafat, Talhah mempertanyakan Khalifah pengganti yang ditunjuk yaitu Umar. [6]
Saat Umar menjadi Khalifah, Thalhah terlibat dalam penaklukkan wilayah Persia sebagai komandan pasukan di bawah kepemimpinan Saad bin Abi Waqqash serta memimpin kota A'was.[6]
Pada akhir masa Khalifah Utsman bin Affan, Thalhah berusaha melindungi Utsman dari tekanan dan kepungan pemberontak, namun di hari kemarian Utsman, Thalhah sedang tidak berada di tempat penjagaan rumah Utsman sehingga Thalhah bersedih dan menuntut balas kematian untuk pelaku pembunuh Utsman bersama Zubair dan Aisyah dalam Perang Jamal.[6]
Keluarga
suntingSahabat Thalhah mempunyai beberapa istri dan sebelas orang anak laki-lakinya [7] yang diambil namanya dari nama-nama para nabi, antara lain:
- Muhammad bin Thalhah As-Sajjad, ibunya Hamnah binti Jahsy
- Imran bin Thalhah, ibunya Hamnah binti Jahsy
- Musa bin Thalhah, ibunya Khaulah binti Al-Qa'qa'
- Ya'qub bin Thalhah, ibunya Ummu Abban binti Utbah
- Ismail bin Thalhah, ibunya Ummu Abban binti Utbah
- Ishaq bin Thalhah, ibunya Ummu Abban binti Utbah
- Zakariya bin Thalhah, ibunya Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Yusuf bin Thalhah, ibunya Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Yahya bin Thalhah, ibunya Su'dah binti Auf
- Isa bin Thalhah, ibunya Su'dah binti Auf
- Shalih bin Thalhah, ibunya Far'ah binti 'Ali
- Aisyah binti Thalhah, ibunya Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Ummu Ishaq binti Thalhah, ibunya Ummul Harits binti Qasamah
- Shu'bah binti Thalhah
- Maryam binti Thalhah, ibunya Qaribah binti Abu Umayyah saudarinya, Ummu Salamah.
Keteladanan Thalhah bin Ubaidillah ra
suntingThalhah bin Ubaidillah adalah salah satu dari 10 sahabat yang telah dijamin masuk kedalam surga. Rosulallah ﷺ pernah bersabda:
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:19)
Thalhah ra adalah seorang pedagang yang sukses, namun beliau juga memiliki tekad yang kuat untuk gugur dijalan Allah subhana wata'ala. Bahkan Rosulallah ﷺ pernah bersabda sambil menunjuk pada Thalhah "Barang siapa ingin melihat seorang laki-laki yang masih berjalan dimuka bumi, padahal ia telah memberikan nyawanya, maka hendaklah ia melihat Thalhah". Dan Thalhah bin Ubaidillah ra baru mencapai cita-citanya, sepulang dari pulang Jamal, beliau gugur sebagai Syahid.[3]
Pada pertempuran Uhud, beliau melihat Rosulallah ﷺ dikepung oleh pasukan Musuh. Beliau maju tanpa ragu kekepungan musuh untuk melindungi Rosulallah ﷺ. Beliau membabat pasukan musuh seola-olah satu barisan perang. Beliau mengangkat Nabi ﷺ yang kakinya terperosok dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengayun-ayunkan pedang menangkis serbuan kaum kafir Quraisy. Beliau mendekap Rosulallah ﷺ dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya terus terayun-ayun membabat serbuan pedang kafir Quraisy. Hingga akhirnya berhasil membawa Rosulallah ﷺ ketempat yang aman. [2]
Abu Bakar ra berkata tentang Thalhah di perang Uhud, "Itu semua adalah hari milik Thalhah. Aku adakah orang pertama yang mendapatkan Nabi ﷺ (Setelah kecamuk perang uhud). Beliau pun bersabda kepadaku dan Abu Ubaidah bin Jarrah, "Tolonglah saudaramu itu (Thalhah)." Kami lalu menengoknya, dan ternyata pada sekujur tubuhnya terdapat lebih dari tujuh puluh luka tusukan tombak, sabetan pedang, dan tancapan anak panah. jari-jarinya pun putus. Kami segera merawatnya dengan baik".[2]
Thalhah bin Ubaidillah juga sangat terkenal sebagai orang kaya yang sangat dermawan. Bahkan Rosulallah ﷺ menggelari Thalhah si Dermawan, Atau
Thalhah Si Baik Hati, Atau Thalhah si Pemurah. Pernah suatu ketika, Istrinya Thalhah, Su'da binti Auf ra pernah melihat Thalhah sedang gelisah karena mendapatkan keuntungan dagang dari Yaman 400.000 dirham (sekitar 1,6 miliar rupiah), ia pun bertanya, "Ada apa denganmu?". Maka Thalhah menjawab, "Harta yang ada padaku ini semakin banyak, hingga menyusahkanku dan menyempitkanku". Jadi Thalhah gelisah bukan karena kekurangan harta, tapi bingung karena hartanya kebanyakan. Istrinya yang juga sangat dermawan berkata, "Tidak usah khawatir, bagi-bagikan saja". Maka Thalhah ra memanggil orang-orang, membagi-bagikannya semua hartanya sampai habis, tidak bersisa sedikitpun.[2]
Suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah ra pernah menjual tanah miliknya dengan harga yang tinggi. Ia memandangi tumpukan harta yang banyak, hingga menangislah beliau. ia berkata, "Bila seseorang dibebani harta sekian banyaknya dan tidak tahu apa yang akan terjadi, ini pasti akan mengganggu ketentraman ibadah kepada Allah.". Maka iapun memanggil sebagian sahabatnya dan bersama-sama mereka membawa hartanya berkeliling melalui jalan-jalan Madinah dan rumah-rumahnya untuk membagi-bagikannya hingga habis tak bersisa. [3]
Jabir bin Abdullah ra juga menjadi saksi betapa dermawannya Thalhah. Ia menyampaikan, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih dermawan dengan memberikan hartanya tanpa diminta lebih dahulu, daripada Thalhah bin Ubaidullah". Beliau menanggung nafkah seluruh keluarga dan kaum kerabatnya yang membutuhkan.orang-orang bercerita, "Tidak ada seorangpun dari Bani Taim yang mempunyai tanggungan, melainkan dicukupi perbelanjaannya oleh Thalhah. Ia menikahkan anak-anak yatim mereka, memberikan pekerjaan untuk keluarga mereka dan melunasi hutang-hutang mereka."[3] Thalhah juga memberikan 10.000 dirham (sekitar 40 juta rupiah) kepada Aisyah ra setiap tahun dari hasil kebunnya.[2]
Akhir Kehidupan Thalhah bin Ubaidullah Ra.
suntingKetika perang Jamal tahun 36 H, yaitu peperangan yang dipimpin oleh Sayyidina Aisyah RA, melawan Ali bin Abi Thalib untuk menuntut kejelasan atas Kematian Sayyidina Utsman ra, Thalhah ra berada dalam pasukan Sayyidina Aisyah ra bersama Zubair bin Awwam. Maka kedua sahabat mulia tersebut dipanggil Khalifah ali bin Abi Thalib ra. Ali ra berkata pada Thalhah, "Wahai Thalhah, pantaskah engkau membawa-bawa istri Rosulallah ﷺ untuk berperang, sedangkan istrimu engkau tinggalkan dirumah". Maka Thalhah pun menyadari kesalahannya, dan menarik diri dari peperangan. [3]
Ali ra kemudian berkata pada Zubair bin Awwam, "Hai Zubair, aku minta engkau menjawab karena Allah, tidakkah engkau ingat, suatu hari ketika Rosulallah ﷺ lewat dihadapanmu sedang ketika itu kita sedang berada ditempat si fulan. Beliau ﷺ berkata padamu, "Wahai Zubair, tidakkah engkau cinta kepada Ali?" Maka engkau menjawab, "Bagaimana mungkin aku tidak cinta kepada saudara sepupuku, anak bibi dan anak pamanku, serta orang yang satu agama denganku". Maka beliau ﷺ bersabda, "Wahai Zubair, demi Allah, bila engkau memeranginya, itu berarti engkau berlaku zalim kepadanya". [3]
Zubair pun menjawab, "Ya sekarang aku ingat. Aku hampir saja lupa soal itu. Demi Allah aku tidak akan memerangimu". Zubair bin Awwam sudah mengundurkan diri dari peperangan. Sayyidina Aisyah ra juga menyadari kesalahannya dan bersedia meninggalkan medan peperangan dan kembali ke Madinah. Sayyidina Ali ra membekalinya dengan semua fasilitas sebagai penghormatan kepada Istri yang paling dicintai Rosulallah ﷺ. [3]
Namun mundurnya Thalhah, Az Zubair dan Aisyah ini bukannya tanpa resiko. Mereka akhirnya harus menemui kesyahidannya karena ada orang-orang yang tidak suka atas keputusan mereka. Zubair syahid ditangan Amr bin Jurmuz tatkala beliau sedang sholat. Sedangkan Thalhah bin Ubaidullah ra menemui Syahidnya dengan dipanah oleh Marwan bin Al Hakam. [3] Selepas konflik Jamal mereda, Ali mendapati jasad Thalhah, merangkulnya dan mendoakan dengan kesedihan mendalam.
Thalhah meninggalkan kekayaan 200.000 dinar (sekitar 600 miliar rupiah) di usia 62 tahun dan dimakamkan di Basra, Irak.[2]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Sunan At-Tirmidzi, Kitab Al-Manaqib, Manaqib Thalhah bin Ubaidillah, no. 3739
- ^ a b c d e f g h Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam. hlm. 32. ISBN 9786022362708. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b c d e f g h i j k Muhammad Khalid, Khalid (Januari 2018). Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta: Ummul Qura. hlm. 358–367. ISBN 9786029896886. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Roqib, Abdul (2022-11-30). "Kisah Thalhah bin Ubaidillah, Perisai Rasul di Perang Uhud". Blog. Diakses tanggal 2024-02-04.
- ^ "Kisah-Kisah Heroik Dalam Perang Uhud | Almanhaj". almanhaj.or.id. 2014-04-17. Diakses tanggal 2024-02-04.
- ^ a b c Tabari, Imam (1992). History of al-Tabari. New York: State University of New York Press. ISBN 0-7914-0851-5. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Ibnu Sa'ad, Thabaqat Al-Kabir, Juz 3, Hal. 196, tahun 2018