Terowongan Wilhelmina
Informasi Tambahan
suntingTerowongan Wilhelmina dibangun oleh perusahaan kereta api zaman kolonial Belanda, Staats Spoorwegen (SS), yang memulai konstruksi sekitar tahun 1913 atau 1914 dan menyelesaikannya pada 1916. Terdapat beberapa versi tanggal peresmian, antara 1 Januari 1921 hingga 1 Juni 1924. Proyek ini sempat terhambat karena banyaknya pekerja yang sakit dan meninggal akibat kondisi kerja yang berat, mengingat terowongan dibangun menembus perbukitan yang padat dan lembap.
Terowongan ini memiliki panjang sekitar 1.127,1 meter, tetapi beberapa sumber menyebut panjangnya bervariasi antara 1.116 hingga 1.208 meter. Panjang ini menjadikannya terowongan kereta api terpanjang di Indonesia pada masanya.
Jalur Banjar–Cijulang sendiri sangat vital untuk mendukung pengangkutan hasil bumi seperti padi, kopra, dan rempah-rempah dari pedalaman menuju pelabuhan atau pusat distribusi lainnya. Selain fungsinya sebagai sarana transportasi penting, jalur ini juga menyuguhkan pemandangan alam pegunungan dan garis pantai selatan yang memukau, menjadikannya salah satu jalur terindah pada masa kolonial.
Seiring waktu, jalur ini ditinggalkan karena tingginya biaya operasional dan menurunnya jumlah penumpang, hingga akhirnya ditutup pada awal 1980-an. Kini, Terowongan Wilhelmina terbengkalai, dengan lingkungan sekitar yang tertutup semak belukar dan rel kereta yang sudah banyak hilang. Meski begitu, terowongan ini tetap menyimpan nilai sejarah dan daya tarik tersendiri, bahkan kerap dikaitkan dengan kisah mistis oleh warga setempat.
Terowongan Wilhelmina atau yang sering disebut Terowongan Sumber adalah terowongan yang terletak di bawah Desa Pamotan dan Desa Bagolo di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran. Terowongan kereta api jalur Banjar–Cijulang yang diberi nama Wilhelmina merupakan salah satu terowongan sisa peninggalan zaman Belanda. Terowongan Wilhelmina juga dinobatkan sebagai terowongan terpanjang dan terindah dari 10 terowongan yang ada di Indonesia lantaran pemandangan alam mulai dari pegunungan dan pantai bisa terlihat jelas. Gunung di jalur ini sangat indah.[1] di antara terowongan ini dan Terowongan Juliana ada stasiun yaitu Stasiun Sumber.
Sejarah
suntingNama Wilhemina diambil dari Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan itu dibangun pada tahun 1914 dan diresmikan pada tanggal 1 Juni 1924. Nama Wilhelmina sendiri, diambil dari nama seorang ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan dan sekaligus jalur Banjar – Cijulang ditutup total pada 1 Januari 1982. Berkali-kali reaktivasi digaungkan untuk jalur ini, tetapi tidak pernah terealisasikan.[1] Namun pada tahun 2018, pihak PT. KAI menggaungkan realisasi pengaktifan kembali jalur tersebut bersama jalur-jalur KA mati di Jawa Barat. Rencananya reaktivasi dilakukan setelah jalur kereta api Cibatu–Cikajang direaktivasi karena lahan yang masih memungkinkan dibandingkan Rancaekek–Tanjungsari dan Cikudapateuh–Ciwidey. Belum ada progres reaktivasi untuk jalur ini.[2]
Referensi
sunting- ^ a b Okta, Maria (2017-03-14). "Hanya Cerita yang Tersisa dari Terowongan KA Wilhelmina di Pangandaran". KabarPenumpang.com (dalam bahasa American English). Diarsipkan dari asli tanggal 2023-08-03. Diakses tanggal 2020-02-08.
- ^ "Kegiatan Pelestarian Terowongan Wilhelmina". kai.id. Diarsipkan dari asli tanggal 2021-08-21. Diakses tanggal 2020-02-08.