Suku Aymara atau Aimara (bahasa Aymara: aymara) adalah penduduk asli Pegunungan Andes dan Altiplano di Bolivia, Peru, dan Chili. Nenek moyang mereka tinggal di wilayah itu selama berabad-abad sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kekaisaran Inka pada akhir abad ke-15 dan oleh Spanyol pada abad ke-16. Setelah Perang Kemerdekaan Amerika Spanyol (1810–25), suku Aymara menjadi warga negara Bolivia dan Peru. Setelah Perang di Pasifik (1879–83), Chili mencaplok sejumlah teritori Peru dan Bolivia yang dihuni suku Aymara.[5]

Aymara
Evo Morales
Elysia Crampton
Jaime Escalante
Túpac Katari
Jumlah populasi
2.324.675[1][2][3][4]
Daerah dengan populasi signifikan
 Bolivia1.598.807[1]
 Peru548.292[2]
 Chili156.754[3]
 Argentina20.822[4]
Bahasa
AymaraSpanyol
Agama
Katolik RomaPachamamaProtestantisme • Agama asli lainnya
Kelompok etnik terkait
Quechua, Uru
Suku Aymara di Provinsi Jujuy, Argentina

Sejarah sunting

 
Poncho Aymara

Para arkeolog menemukan bukti bahwa suku Aymara telah menduduki Pegunungan Andes di Bolivia barat setidaknya selama 800 tahun (atau lebih dari 5.000 tahun, menurut beberapa perkiraan, kemungkinan besar mereka adalah keturunan suku yang lebih tua). Wilayah suku Aymara dikuasai oleh bangsa Inka pada masa Huayna Capac (memerintah antara 1483-1523), meskipun tanggal pasti penalukan ini tidak diketahui. Bangsa Inka memiliki pengaruh yang kuat atas wilayah Aymara selama beberapa waktu. Meskipun telah ditaklukkan oleh bangsa Inka, orang-orang Aymara tetap menikmati otonomi di bawah kekaisaran baru.

Orang Spanyol tiba di bagian barat Amerika Selatan pada tahun 1535. Segera setelahnya, mereka menaklukkan Aymara pada tahun 1538. Awalnya, suku Aymara menjalankan kebudayaan mereka sendiri yang terbebas dari pengaruh Inka. Namun, itu tak berlangsung lama karena akulturasi dan asimilasi oleh Spanyol berlangsung cepat. Pada masa penjajahan ini, banyak suku Aymara menjadi buruh di pertambangan dan ladang. Pada era berikutnya, orang Aymara dikelompokkan menjadi sebelas suku yaitu Canchi, Caranga, Charca, Colla, Collagua, Collahuaya, Omasuyo, Lupaca, Quillaca, Ubina, dan Pacasa. Suku Aymara banyak menggunakan teknik pertanian dan teknologi baru dari Spanyol seperti penggunaan hewan pembajak, gandum, jelai, domba, sapi, dan perahu papan untuk memancing. Namun, mereka masih mempertahankan pekerjaan tradisional seperti memelihara alpaka, menanam tanaman lokal, dan menjala ikan.[6]

Menanggapi penindasan oleh penjajah Spanyol, warga Aymara (bersama suku-suku lain) melakukan pemberontakan pada tahun 1629. Peristiwa ini diikuti oleh pemberontakan yang lebih besar di tahun 1780, di mana pasukan pemberontak berhasil membunuh banyak orang Spanyol dan hampir merebut kota La Paz. Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Spanyol dua tahun kemudian. Namun, pemberontakan berskala kecil masih terus terjadi sampai kemerdekaan Peru pada tahun 1821.[6]

Reformasi besar-besaran sebagai akibat Revolusi Bolivia 1952 menyebabkan suku Aymara lebih terintegrasi ke dalam masyarakat modern Bolivia. Banyak suku Aymara terputus dari komunitas aslinya. Kebanyakan suku Aymara di Bolivia modern bekerja di bidang pertanian, konstruksi, pertambangan, dan bekerja di pabrik-pabrik meski semakin banyak pula yang terlibat dalam pekerjaan profesional. Bahasa Aymara (bersama dengan Quechua) menjadi bahasa resmi di Bolivia dan pemerintah melaksanakan program untuk membantu suku Aymara di tanah asli mereka.[6]

 
Puerta del Sol, Tiwanaku, Bolivia

Ahli bahasa telah menemukan bahwa bahasa Aymara dahulunya dituturkan di wilayah yang lebih utara, di Peru tengah. Kebanyakan ahli bahasa Andes percaya bahwa orang Aymara berasal dari daerah ini.

Suku Aymara menyerbu dan menggusur suku Uru, suku yang lebih dahulu menghuni Danau Titicaca dan Danau Poopó.[7]

Geografi sunting

 
Persebaran suku Aymara di Bolivia.

Kebanyakan penutur bahasa Aymara di masa kini tinggal di lembah Danau Titicaca, sebuah daerah yang membentang dari Danau Titicaca ke Danau Poopó (Oruro, Bolivia) di Dataran Tinggi Altiplano. Mereka terkonsentrasi di selatan danau. Ibu kota peradaban Aymara kuno tidak diketahui. Menurut penelitian oleh antropolog Universitas Cornell John Murra, setidaknya terdapat tujuh kerajaan Aymara yang berbeda, salah satunya ialah Kerajaan Lupaqa yang beribu kota di Chucuito, di pantai utara Danau Titicaca.

Kota utama suku Aymara pada masa modern adalah El Alto, kota berpenduduk 750.000 orang di dekat ibu kota Bolivia, La Paz. Pada abad ke-20, kota utama Aymara ialah Chuquiago Marka (La Paz). Ibu kota Bolivia dipindahkan dari Sucre ke La Paz selama pemerintahan Jenderal Pando (meninggal tahun 1917) dan selama Perang Saudara Bolivia.

 
Persebaran suku-suku pribumi di Chili. Arah utara ada di sebelah kanan peta.

Budaya sunting

 
Wiphala, bendera rakyat Aymara
 
Upacara tradisional Aymara di Copacabana, dekat perbatasan Danau Titicaca di Bolivia

Bendera Aymara dikenal sebagai Wiphala; terdiri dari tujuh warna dan garis-garis diagonal.

Bahasa asli suku Aymara adalah Aymara. Banyak orang Aymara berbicara bahasa Spanyol sebagai bahasa kedua atau bahasa pertama, tergantung bahasa utama di tempat mereka tinggal. Bahasa Aymara memiliki dua kerabat yang masih hidup, yaitu bahasa Jaqaru dan Kawki yang dituturkan oleh suku kecil nan terpencil yang beranggotakan 1.000 orang di pegunungan pedalaman Lima di Peru Tengah (dan sekitar desa Tupe, provinsi Yauyos, Departemen Lima). Bahasa yang terancam punah ini berasal dari keluarga yang sama dengan bahasa Aymara. Beberapa ahli bahasa menyebut kedua bahasa ini sebagai 'Aymara Tengah', sementara 'Aymara Selatan' adalah bahasa yang paling banyak digunakan dan dituturkan oleh orang-orang di sekitar Titicaca.

Sebagian besar budaya perkotaan Aymara berkembang di lingkungan kelas pekerja Aymara di La Paz, seperti Chijini dan lainnya. Wanita Quechua dan Aymara di Peru dan Bolivia mengenakan topi bowler sejak tahun 1920-an. Menurut legenda, topi bowler dikirim dari Eropa ke Bolivia melalui Peru untuk para pekerja konstruksi kereta api yang berasal dari Eropa. Karena topi yang dikirim itu kekecilan, topi tersebut diberikan kepada masyarakat adat.[8] Gaun Aymara Chola yang mewah dan elegan, yang menjadi ikon Bolivia muncul dan berkembang di La Paz. Gaun ini menjadi tradisi berpakaian di perkotaan. Gaya berpakaian ini telah menjadi bagian dari identitas etnis wanita Aymara. Di pedesaan, suku Aymara tinggal dan bekerja sebagai petani di kawasan Altiplano.

Suku Aymara menanam dan mengunyah tanaman koka selama berabad-abad, menggunakan daunnya dalam pengobatan tradisional serta sebagai sesaji untuk dewa Inti (Matahari) dan dewi Pachamama (Bumi). Pada masa modern, terjadi konflik antara penduduk pribumi dengan pemerintah yang tengah memerangi peredaran narkoba; Aparat melakukan pemberantasan koka untuk mencegah ekstraksi dan isolasi kokain. Namun, koka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ritual agama asli suku Aymara dan Quechua. Koka juga digunakan dalam upacara penyembuhan yatiri. Sejak akhir abad ke-20, penggunaannya dalam ritual telah menjadi simbol identitas budaya.

Chairo adalah sup tradisional Aymara dari wilayah La Paz. Kudapan ini terbuat dari chuño (tepung kentang), bawang, wortel, kentang, jagung putih, daging sapi dan biji gandum. Makanan ini juga mengandung beragam bumbu seperti ketumbar dan rempah-rempah.

Agama dan mitologi sunting

Sebagian besar suku Aymara mencampur kepercayaan asli dengan agama Katolik Roma. Segera setelah penaklukan Spanyol, para imam Yesuit dan Dominikan mulai menyebarkan agama dan berdakwah untuk suku Aymara. Namun, suku Aymara tetap mempraktikkan agama asli mereka meski telah masuk Kristen. Spiritualitas Aymara modern mencakup banyak kepercayaan sinkretis seperti penyembuhan tradisional, ramalan, sihir, dan lainnya. Namun, dalam hal keyakinan akan kehidupan setelah kematian, suku Aymara memiliki pandangan sebagaimana yang diyakini oleh penganut Kristen tradisional.[6]

Dalam mitologi Aymara, llama adalah makhluk yang penting. Llama Surgawi dikisahkan meminum air dari laut sedangkan air seninya menjadi hujan.[9] Menurut eskatologi Aymara, llama akan kembali ke mata air dan laguna tempat asalnya di akhir zaman.[9]

Politik sunting

 
Kelas literasi di El Alto

Suku Aymara dan kelompok pribumi lainnya telah membentuk banyak gerakan guna menuntut hak-hak kaum pribumi dan menggalang kekuatan politik. Termasuk di antaranya ialah Gerilyawan Tupac Katari, yang dipimpin oleh Felipe Quispe dan Gerakan Menuju Sosialisme, sebuah partai politik yang didirikan oleh Evo Morales dari Gerakan Cocalero (perkumpulan petani koka). Organisasi Aymara tersebut memimpin aktivisme politik di Bolivia, termasuk dalam Perang Gas Bolivia 2003 dan unjuk rasa Bolivia 2005.

Quispe mengatakan bahwa salah satu tujuan kelompoknya adalah mendirikan negara adat yang merdeka. Mereka mengusulkan nama Qullasuyu, diambil dari nama wilayah timur Kekaisaran Inka, yang meliputi Peru tenggara dan Bolivia barat.

Evo Morales adalah seorang petani koka Aymara dari wilayah Chaparé. Partai Gerakan Menuju Sosialismenya menjalin aliansi dengan kelompok pribumi di pedesaan dan kelas pekerja perkotaan untuk membentuk koalisi sayap kiri yang didukung luas di Bolivia. Morales telah mencalonkan diri sebagai presiden dalam beberapa pemilihan umum sejak akhir abad ke-20, dan menuai dukungan yang terus meningkat. Pada tahun 2005, ia berhasil mendulang suara mayoritas terbesar sejak kembalinya demokrasi di Bolivia, menjadikannya presiden pribumi pertama Bolivia.

Referensi sunting

  1. ^ a b "Censo de Población y Vivienda 2012 Bolivia Características de la Población". Instituto Nacional de Estadística, República de Bolivia. hlm. 29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-01. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  2. ^ a b "Perú: Perfil Sociodemográfico" (PDF). Instituto Nacional de Estadística e Informática. hlm. 214. 
  3. ^ a b "Síntesis de Resultados Censo 2017" (PDF). Instituto Nacional de Estadísticas, Santiago de Chile. hlm. 16. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-12. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  4. ^ a b "Censo Nacional de Población, Hogares y Viviendas 2010: Resultados definitivos: Serie B No. 2: Tomo 1" (PDF) (dalam bahasa Spanyol). INDEC. hlm. 281. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 Desember 2015. 
  5. ^ Vergara, Jorge Iván; Gundermann, Hans (2012). "Constitution and internal dynamics of the regional identitary in Tarapacá and Los Lagos, Chile". Chungara (dalam bahasa Spanyol). University of Tarapacá. 44 (1): 115–134. doi:10.4067/s0717-73562012000100009 . 
  6. ^ a b c d Skutsch, Carl, ed. (2005). Encyclopedia of the World's Minorities. New York: Routledge. hlm. 160. ISBN 1-57958-468-3. 
  7. ^ Aaron I. Naar, Los Hombres del Lago".
  8. ^ Pateman, Robert (2006). Bolivia (Cultures of the World, Second). hlm. 70. ISBN 9780761420668. 
  9. ^ a b Montecino Aguirre, Sonia (2015). "Llamas". Mitos de Chile: Enciclopedia de seres, apariciones y encantos (dalam bahasa Spanyol). Catalonia. hlm. 415. ISBN 978-956-324-375-8. 

Bacaan lebih lanjut sunting

  • Adelson, Laurie, and Arthur Tracht. Aymara Weavings: Ceremonial Textiles of Colonial and 19th Century Bolivia. [Washington, D.C.]: Smithsonian Institution Traveling Exhibition Service, 1983. ISBN 0-86528-022-3
  • Buechler, Hans C. The Masked Media: Aymara Fiestas and Social Interaction in the Bolivian Highlands. Approaches to Semiotics, 59. The Hague: Mouton, 1980. ISBN 90-279-7777-1
  • Buechler, Hans C., and Judith-Maria Buechler. The Bolivian Aymara. Case studies in cultural anthropology. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1971. ISBN 0-03-081380-8
  • Carter, William E. Aymara Communities and the Bolivian Agrarian Reform. Gainesville: University of Florida Press, 1964.
  • Eagen, James. The Aymara of South America, First peoples. Minneapolis: Lerner Publications Co, 2002. ISBN 0-8225-4174-2
  • Forbes, David. "On the Aymara Indians of Bolivia and Peru," The Journal of the Ethnological Society of London. Vol 2 (1870): 193-305.
  • Kolata, Alan L. Valley of the Spirits: A Journey into the Lost Realm of the Aymara. New York: Wiley, 1996. ISBN 0-471-57507-0
  • Hardman, Martha James. The Aymara Language in Its Social and Cultural Context: A Collection Essays on Aspects of Aymara Language and Culture. Gainesville: University Presses of Florida, 1981. ISBN 0-8130-0695-3
  • Lewellen, Ted C. Peasants in Transition: The Changing Economy of the Peruvian Aymara : a General Systems Approach. Boulder, Colo: Westview Press, 1978. ISBN 0-89158-076-X
  • Murra, John. "An Aymara Kingdom in 1567," Ethnohistory 15, no. 2 (1968) 115-151.
  • Orta, Andrew. Catechizing Culture: Missionaries, Aymara, and the "New Evangelism". New York: Columbia University Press, 2004. ISBN 0-231-13068-6
  • Rivera Cusicanqui, Silvia. Oppressed but Not Defeated: Peasant Struggles Among the Aymara and Qhechwa in Bolivia, 1900-1980. Geneva: United Nations Research Institute for Social Development, 1987.
  • Tschopik, Harry. The Aymara of Chucuito, Peru. 1951.

Pranala luar sunting