Stasiun Ngabean
Stasiun Ngabean (NBN) merupakan stasiun kereta api nonaktif kelas III/kecil yang terletak di Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +100 meter di pinggir jalan Wahid Hasyim ini secara de facto termasuk dalam Wilayah Aset VI Yogyakarta, tetapi secara de jure tanah tempat stasiun ini berdiri sudah dikuasai oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
| |||||
| |||||
![]() Eks Stasiun Ngabean setelah menjadi sekretariat FKKN. | |||||
Lokasi | |||||
---|---|---|---|---|---|
Daerah istimewa | Yogyakarta | ||||
Kota | Yogyakarta | ||||
Kecamatan | Ngampilan | ||||
Kelurahan | Notoprajan | ||||
Alamat | Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim | ||||
Sejarah | |||||
Dibuka | 21 Mei 1895 | ||||
Ditutup | 1973 (layanan umum PJKA) Pertengahan dekade 1980-an (angkutan tetes tebu) | ||||
Informasi lain | |||||
Operator | Daerah Operasi VI Yogyakarta | ||||
Kelas stasiun[1] | III/kecil | ||||
Ketinggian | +100 m | ||||
Letak[2] | km 2+033 lintas Yogyakarta-Palbapang-...:
| ||||
Layanan | - | ||||
|
Stasiun ini dibangun sebagai bagian dari jalur kereta api lintas Yogyakarta–Srandakan–Sewugalur.[3] Stasiun ini dibuka pada tanggal 21 Mei 1895 bersamaan dengan pembukaan segmen Yogyakarta–Srandakan.[4] Stasiun ini dulu ditutup sejak tahun 1973 untuk layanan PJKA karena jalan raya diperlebar dan mobil makin banyak, kemudian diubah menjadi stasiun untuk angkutan tetes tebu Pabrik Gula Madukismo hingga pertengahan dekade 1980-an. Stasiun ini kini dicat ulang menjadi warna biru cerah. Di sekitar situ masih ada bekas-bekas rel dan sinyal.[5]
Stasiun ini dahulu mempunyai jalur cabang menuju Pundong, Bantul yang dibuka pada tahun 1917-1919.[4] Jalur ini unik karena jalur ini merupakan salah satu dari berberapa jalur KA di Indonesia yang dahulu memakai sepur 1.435 mm.[6] Sayangnya jalur ini dibongkar oleh pekerja romusha Jepang pada tahun 1943 karena digunakan untuk membangun jalur kereta api baru di Saketi, Bayah, dan ada yang dibawah ke Burma untuk dibangunkan jalur kereta api di sana.[7]
Saat ini, kompleks stasiun Ngabean menjadi "terminal" bagi bus pariwisata yang hendak mengantar rombongan ke Kraton Jogja. Persinyalan kereta api masih berupa tipe "Alkmaar" yang sampai sekarang masih dapat kita lihat, antara lain di halaman Kantor Camat Ngampilan dan di pinggir Jalan Letjend Soeprapto. Kini, bangunan stasiun yang bercat biru ini menjadi kantor sekretariat Forum Komunikasi Kawasan Ngabean (FKKN) Yogyakarta.[8]
GaleriSunting
Sisa perlintasan sebidang. Terdapat iklan tembakau terpancang di dekatnya.
ReferensiSunting
- ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia.
- ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ BPCB Yogyakarta, Kemendikbud: Sejarah Jalur Trem Yogyakarta-Brosot
- ^ a b Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935.
- ^ "Napak Tilas Jalur Kereta Api Rute Yogyakarta – Palbapang (Bantul) | TeamTouring". teamtouring.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-21.
- ^ Reitsma, S.A. (1920). Indische Spoorweg-Politiek. Landsdrukkerij.
- ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980.
- ^ "Bekas Stasiun Ngabean Yogyakarta, Bekas Stasiun Yang Menjadi Taman Parkir | TeamTouring". teamtouring.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-21.
Stasiun sebelumnya | Lintas Kereta Api Indonesia | Stasiun berikutnya | ||
---|---|---|---|---|
Terminus
| Yogyakarta–Palbapang | menuju Sewugalur
|
||
Ngabean–Pundong | Timuran
menuju Pundong
|
Koordinat: 7°48′10″S 110°21′23″E / 7.8026492°S 110.3562552°E
Artikel bertopik stasiun kereta api ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |