Perfilman di Kamboja dimulai pada 1950-an, dan banyak film yang diputar di bioskop di seluruh negeri pada tahun 1960-an, yang mana dianggap sebagai "zaman keemasan". yang kemudian masa-masa keemasan itu menghilang selama rezim Khmer Merah berkuasa.

Tahun Tahun awal

Pada awal 1920-an, film dokumenter di Kamboja dibidik oleh para pembuat film asing. Pada 1930-an, Raja Norodom Sihanouk memiliki keinginan untuk membuat film dan bermimpi menjadi terkenal (sebelum Prancis memilih dia untuk menjadi raja). Bahkan setelah terpilihnya dia, dia ingin berakting dan menyutradarai. Film-film Kamboja pertama dibuat pada tahun 1950 oleh para pembuat film yang telah belajar di luar negeri. Mereka termasuk Roeum Sophon, Ieu Pannakar dan Sun Bun Ly. Layanan Informasi Amerika Serikat mengadakan lokakarya pelatihan selama era itu dan menyediakan peralatan. Salah satu film pada saat itu adalah Dan Prean Lbas Prich (Jejak Kaki Pemburu), yang dibuat oleh personel militer Kamboja yang tidak bertugas menggunakan peralatan dari Amerika dan berisi rekaman suku-suku di pedalaman Kamboja.

Film pertama Sun Bun Ly adalah Kar Pear Prumjarei Srei Durakut (Protect Virginity). Dia juga mendirikan perusahaan produksi swasta pertama, Ponleu Neak Poan Kampuchea. Kesuksesannya menginsipirasi orang lain untuk melakukan hal yang serupa, seperti Ly Bun Yim, untuk mencobanya.

Masa Keemasan

Pada 1960-an, beberapa perusahaan rumah produksi film mulai berdiri dan membangun lebih banyak bioskop di seluruh Negara Kamboja. Pada masa ini adalah "zaman keemasan" perfilman Kamboja, dimana lebih dari 300 film dibuat. Tiket untuk menonton film relatif terjangkau dan film produksi negara Kamboja sangat populer dan digemari semua kalangan. Para pecinta film lebih menyukai film yang menampilkan legenda tradisional Kamboja. Pada saat itu, sekitar dua pertiga dari film yang dirilis adalah boran (film legenda). Di antara film-film klasik pada masa keemasan ini adalah Lea Haey Duong Dara (Selamat tinggal Duong Dara) dan Pos Keng Kang (Istri Raja Ular) yang di sutradarai oleh Tea Lim Kun. Diikuti oleh film lainnya, seperti Crocodile Man, The Snake King's Wife Part 2, The Snake girl dan My Mother is Arb. Semua film ini meraih sukses baik di Negara Kamboja maupun di luar negeri.

Selama masa-masa Keemasan, beberapa film Kamboja dirilis di luar negeri. dan selama tahun 1970-an film produksi Negara Kamboja mereka diterima dengan baik di kancah internasional. Pos Keng Kang, film bergenre horror yang meraih sukses besar di Thailand, dan Crocodile Man (1974) yang juga meraih sukses ketika diputar di gedung bioskop di Negara Hong Kong. Kesuksesan kedua film itu membuka jalan bagi fillm-film asing Khmer lainnya seperti Puthisean Neang Kong rey dan The Snake Girl. Para artis bintang film yang terkenal selama era ini diantaranya Vichara Dany, yang telah membintangi ratusan judul film, yang kemudian dia tewas selama rezim Khmer Merah berkuasa.

Dy Saveth seorang aktris yang membintangi film Pos Keng Kang, melarikan diri dari Kamboja selama masa rezim Khmer Merah berkuasa. Dy lalu kembali berakting di film dan mengajar di Royal University of Phnom Penh. Seorang artis pria yang terkenal pada masa itu adalah bintang laga Chea Yuthon, dan istrinya Saom Vansodany yang juga seorang aktris terkenal dari tahun enam puluhan dan tujuh puluhan. Putra mereka Thorn Tharith membuat drama otobiografi, Chheam Anatha (The Blood of An Orphan), yang menceritakan tentang para keluarga yang berjuang dan bertahan hidup selama pemerintahan Khmer Merah berkuasa. Kong Sam Oeurn dan Van Vanak adalah jajaran artis terkenal lainnya pada masa itu, mereka dikabarkan telah tewas pada saat masa rezim komunis khmer merah berkuasa.

Sihanouk (yang kemudian menjadi seorang pangeran) juga membuat film yang dia produks dimana Sihanouk bertindak sebagai penulis sekaligus sutradara. Sebagian besar film yang di produksinya yaitu film bergenre melodrama romantic yang syarat dengan pesan sosial. Dia sebagai penggemar film sejak masa-masa studinya di Saigon pada tahun 1930-an, ia merilis film layar lebar pertamanya, Apsara, pada tanggal 8 Agustus 1966. Ia membuat delapan film lagi selama tiga tahun berikutnya, bertindak sebagai produser, sutradara, penulis, penggubah dan sekaligus bintang. Film-filmnya yang lain selama masa-masa itu diantaranya Ombre Sur Angkor (1967), Rose de Bokor, Crepuscule (Twilight) (1969) dan Joie de vivre. Film Spellbound Wood garapannya pada tahun 1967 mengantarkanya untuk ikut di Festifal Film Internasional yang ke 5 di Moskow, Rusia.

Masa-masa Rezim Khmer Merah dan Komunis

Pada tahun-tahun menjelang pengambilalihan Kamboja oleh Khmer Merah, para pengungsi memadati kota Pnom Penh dan film-film yang di putar di bioskop masih sangat populer. Di antara film-film yang di putar di bioskop saat itu adalah film melodrama cinta-segitiga On srey On dan The Time to Cry. Kedua film ini menampilkan penyanyi populer asal Kamboja, Sinn Sisamouth.

Penurunan industri film berawal pada akhir 1974, ketika jatuhnya Phnom Penh ke tangan Khmer Merah dirasa sudah dekat. Setelah diambil alih oleh Khmer Merah, penduduk di kota dikosongkan dan para penonton film menyusut. Khmer Merah sendiri membuat beberapa film propaganda untuk diputar dan dipertontonkan pada sebuah pertemuan, dan kunjungan diplomatik yang direkam kedalam sebuah film.

Penyerbuan di Negara Kamboja oleh Vietnam, membuat Pemerintahan Khmer Merah pun Jatuh Instalasi milik pemerintah milik Vietnam diambil alih oleh Republik Rakyat Kampuchea, gedung bioskop di Phnom Penh dibuka kembali, akan tetapi industri film tidak ada, karena banyak pembuat film dan artis film diera 1960 an dan 1970an telah di bunuh oleh Khmer Merah atau melarikan diri dari Negara Kamboja selama pemerintahan Khmer merah berkuasa. Banyak negatif dan cetak film yang rusak, dicuri atau hilang. Sebagian besar film yang masih utuh dalam keadaan kurang baik, dan tidak ada upaya untuk melestarikan dan merawatnya.

Industri film di Kamboja berangsur-angsur pulih kembali dengan Produksi Film My Mother is Arb, sebuah film bertema horror berdasarkan cerita rakyat Khmer dan film pertama yang di buat di Kamboja setelah runtuhnya rejim Khmer merah. Rumah-rumah perusahaan produksi film di Negara Kamboja mulai bermunculan kembali. Film dari masa – masa ini seperti Chet Chorng Cham (Reminding the Mind) dan Norouk Pramboun Chaon (Nine Levels of Hell), menceritakan kisah penderitaan yang di alami masyarakat Kamboja saat di bawah rejim Khmer Merah, atau tentang kehidupan yang di dukung pemerintahan Vietnam. Kemudian ada lebih dari 200 rumah produksi pembuat film yang bersaing untuk di tayangkan di 30 gedung bioskop di phnom penh.

Film-film terkenal sunting

Pranala luar sunting

Templat:Sinema Kamboja Templat:Sinema dunia