Sinar Soematra

Surat kabar Hinda Belanda

Sinar Soematra adalah surat kabar mingguan berbahasa Melayu yang terbit pada masa Hindia Belanda di Kota Padang, Sumatera Barat sekarang sejak 1905 hingga 1941. Surat kabar ini terbit setiap hari, kecuali hari Minggu dan "hari yang dimuliakan". Redaksinya beralamat di Kampung Pondok, sebuah kawasan pecinan di Kota Padang. Percetakannya dilakukan oleh perusahaan bernama De Volharding di alamat yang sama.[1]

Sinar Soematra

Didirikan oleh Lim Soen Hien, surat kabar ini cukup populer di kalangan peranakan Tionghoa.[2] Ia sekaligus bertindak sebagai pemimpin redaksi.

Redaksi sunting

Nomor contoh Sinar Soematra muncul pada 6 September 1905, sedangkan nomor regulernya muncul pada 4 Oktober 1905. Awalnya, surat kabar ini terbit dua kali seminggu, yakni setiap Rabu dan Sabtu, sebanyak empat halaman. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Lim Soen Hien, seorang peranakan Tionghoa dari Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan. Sebelumnya, ia pernah menjadi redaktur Bintang Sumatra dan Tjahaja Sumatra.[2]

Lim Soen Hien mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi pada 1912 dan digantikan oleh Tan Soej Beng (1912–1914). Sejak 1914, Sinar Soematra terbit setiap hari, kecuali hari Minggu dan "hari yang dimuliakan".

Setelah itu, berturut-turut pemimpin redaksi Sinar Soematra dijabat oleh Oeij Siauw Tjong (1914–1915), Phoa Tjhoen Hoay (1915), Giok Lan Nio (1915), dan Phoa Tjoen Hoat (1916-1918).[3][4][5]

Dari 1918 hingga 1921, surat kabar ini dipimpin oleh Liem Koen Hian. Dalam editorialnya, ia mempropagandakan sikap nasionalisme Tionghoa dan menentang aturan pemerintah Hindia Belanda yang menyatakan warga Tionghoa di Indonesia sebagai pendukung Belanda. Setelah melepas jabatannya di Sinar Soematra, ia pindah ke Surabaya sebagai pemimpin redaksi Pewarta Soerabaia milik The Sian King.[6][7]

Pengganti Liem Koen Hian adalah Jap Gim Sek (1925–1930).[7][8] Catatan Parada Harahap ketika berkunjung ke Padang pada 1926 menyebutkan, Sinar Soematra memiliki rekdatur dari berbagai latar belakang etnis, antara lain A. van Tijn, P.H. Bok, dan Abisin Abbas.[9][10][11][12]

Dari 1937 sampai 1938, pemimpin redaksi Sinar Soematra dijabat oleh Boerhanoeddin. Sekitar tahun 1940, surat kabar ini dipimpin oleh A.M. Dt. Sinaro.[13]

Tata letak sunting

Halaman sampul surat kabar ini menampilkan tanggal edisi menurut kalender Masehi, Hijriyah, dan Jawa.

Isi sunting

Edisi surat kabar ini terbit sebanyak 8 halaman. Secara umum, isinya terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama berupa berita, editorial, artikel kiriman pembaca, hikayat Melayu, dan cerita Tiongkok. Bagian kedua didominasi oleh iklan.

Sinar Soematra menyediakan rubrik khusus untuk perempuan dan menjadi salah satu surat kabar yang banyak mengulas tentang berbagai aktivitas perempuan. Di antara yang disorot adalah penangkapan Rasimah Ismail dan Rasuna Said, keduanya pengurus Partai Persatuan Muslim Indonesia (Permi), oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka merupakan penentang kebijakan Ordonansi Sekolah Liar dan dengan tegas menyuarakan kemerdekaan Indonesia. Keberanian mereka, ditulis Sinar Soematra, telah memperkuat semangat nasionalisme dan perjuangan masyarakat Minangkabau untuk merdeka dari kolonialisme Belanda.[14]

Berhenti terbit sunting

Nomor terakhir Sinar Soematra yang tercatat bertanggal 30 September 1941.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Sinar Sumatra. 4 Juni 1924.
  2. ^ a b Adam, Ahmat (2018-05-31). The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness (dalam bahasa Inggris). Cornell University Press. ISBN 978-1-5017-1903-5. 
  3. ^ Adam, Ahmat. Suara Minangkabau: Sejarah dan Bibliografi Akhbar dan Majalah di Sumatera Barat (dalam bahasa Melayu). The University of Malaya Press. ISBN 978-983-100-937-6. 
  4. ^ Hellwig, Tineke (2007). Citra kaum perempuan di Hindia Belanda. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-663-5. 
  5. ^ Papers in International Studies: Southeast Asia series (dalam bahasa Inggris). Ohio University, Center for International Studies. 1972. 
  6. ^ Setyautama, Sam (2008). Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9101-25-9. 
  7. ^ a b Yamamoto, Nobuto (2019-09-16). Censorship in Colonial Indonesia, 1901–1942 (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-41240-8. 
  8. ^ Colombijn, Freek (1994). Patches of Padang: The History of an Indonesian Town in the Twentieth Century and the Use of Urban Space (dalam bahasa Inggris). Research School CNWS. ISBN 978-90-73782-23-5. 
  9. ^ Harahap, Parada (1926). Dari pantai kepantai: perdjalanan ke Soematra, October - Dec. 1925 dan Maart - April 1926. Uitgevers Maatschappij Bintang Hindia. 
  10. ^ Ensiklopedi Jakarta: culture & heritage. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. 2005. ISBN 978-979-8682-49-0. 
  11. ^ Yamamoto, Nobuto (2019-09-16). Censorship in Colonial Indonesia, 1901–1942 (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-41240-8. 
  12. ^ Bangun, Tridah (1990). Hajjah Ani Idrus: tokoh wartawati Indonesia. Haji Masagung. ISBN 978-979-412-188-7. 
  13. ^ Sejarah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. 1978. 
  14. ^ http://www.kafaah.org/index.php/kafaah/article/viewFile/179/156