Servasius Bambang Pranoto


Servasius Bambang Pranoto (lahir 13 Mei 1955) adalah penemu ramuan minyak Kutus Kutus dan pemilik perusahaan PT Kutus Kutus Herbal (semula bernama PT Tamba Waras) yang memproduksi minyak Kutus Kutus. Ramuan minyak Kutus Kutus terbuat dari campuran 69 jenis rempah-rempahan.[1]

Servasius Bambang Pranoto
Lahir13 Mei 1955 (umur 68)
Klaten, Jawa Tengah, Indonesia
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Kristen Satya Wacana
PekerjaanOwner of PT Kutus Kutus Herbal, Yayasan Bhakti Semesta, PT Radio Rakosa
Suami/istriRiva Effrianti
Anak4

Per Oktober 2018, produksi minyak Kutus Kutus telah mencapai satu juta botol per tahun dengan pemasaran di seluruh Indonesia hingga Australia, Eropa, dan negara-negara lainnya,[2] kemudian pada tahun 2019 angka penjualan minyak Kutus Kutus telah mencapai 5,7 juta botol per tahun dengan perkiraan omzet Rp 570 miliar.[3] Berkat minyak Kutus Kutus temuannya, Servasius Bambang Pranoto mampu membeli satu kastil di Belanda.[3]

Nama Kutus Kutus berasal dari Bahasa Bali, yang berarti delapan delapan. Angka delapan dinilai sebagai bentuk angka yang unik, sempurna, dan menyerupai simbol infiniti yang berarti tanpa batas[4] dan simbol kebaikan dalam bahasa Tionghoa.[5]

Ramuan minyak Kutus Kutus ditemukan Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2011, ketika kedua kakinya lumpuh akibat terjatuh di pematang sawah saat memikul kentang seberat 10 kilogram.[6] Meski sudah berobat ke dokter, kedua kaki Servasius tak kunjung sembuh, sehingga dia nyaris putus asa. Inspirasi membuat ramuan dari berbagai tanaman herbal dan rempah-rempah kemudian muncul saat dirinya bermeditasi. Servasius lalu membuat minyak balur atau gosok berdasarkan resep leluhur.[4] Servasius menyebut resep leluhur yang digunakannya sebagai konsep pohon kehidupan, yang terdiri atas tujuh unsur dari tujuh tanaman.[3]

Seluruh bahan rempah-rempahan yang jumlahnya 69 tersebut diperoleh Servasius Bambang Pranoto di bukit yang terletak di belakang rumahnya di Desa Bona, Gianyar, Bali, yang ditempatinya sejak tahun 2002, setelah pindah dari DKI Jakarta. Servasius Bambang Pranoto terbiasa dan akrab dengan dunia herbal dan jamu-jamuan sejak tahun 1988, meskipun tidak memiliki keahlian khusus dalam meracik ramuan. Servasius Bambang Pranoto kemudian belajar secara otodidak bagaimana cara meracik minyak dengan mengikuti proses pembuatan dari warisan kebudayaan beberapa daerah dan mempelajari penyembuhan tradisional dari alam.[3]

Racikan minyak yang dibuatnya terbukti berkhasiat mengobati kakinya yang lumpuh sehingga sembuh dalam tiga bulan. Setelah itu, Servasius Bambang Pranoto melakukan riset selama satu tahun, dari tahun 2012 hingga tahun 2013, untuk menemukan racikan minyak balur yang aromanya pas, tidak berbau, dan mudah meresap. Setelah mendapatkan aroma yang pas, Servasius Bambang Pranoto kemudian memproduksi 500 botol minyak Kutus Kutus, namun tidak ada satu pun yang laku pada saat itu.[3]

Akhirnya, Servasius Bambang Pranoto menunjuk seorang distributor untuk memasarkan minyak Kutus Kutus, sedangkan dirinya fokus mengurusi produksi. Distribusi dilakukan melalui media sosial. Pada Oktober 2014, Servasius Bambang Pranoto melakukan pertemuan pertama secara tatap muka dengan para reseller Kutus Kutus, setelah selama ini mereka hanya berkomunikasi melalui Facebook. Perjalanan bisnis minyak Kutus Kutus sempat tidak berjalan baik, setelah produk dan jaringan bisnis distribusinya sempat dibajak oleh mitra distributor kepercayaannya. Akhirnya, Servasius memutuskan untuk menata kembali jaringan distribusinya dan menangani langsung penjualan. Setelah pemasaran dipegangnya, angka penjualan minyak Kutus Kutus terus bergerak naik secara signifikan.[3]

Izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru diperoleh Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2017, setelah empat tahun dia mengajukan. Sebelum mendapatkan izin edar, Servasius Bambang Pranoto mengaku sempat mendapat teguran dari berbagai instansi yang mengkritik caranya membuat minyak Kutus Kutus dari dapur rumahnya yang dianggap tidak sesuai dengan standar pembuatan obat yang baik.[7]

Pada 8 Desember 2018, Servasius Bambang Pranoto kemudian mendirikan pabrik Kutus Kutus, melalui perusahaan Tamba Waras, di Jalan Darmagiri No 88, Desa Bitra, Gianyar, Bali.[8] Lokasi pabrik adalah bekas restoran Mango Lango dan Studio Music Banjar Teratai Capung, yang digunakan Servasius selama 12 tahun sebelum memproduksi Kutus Kutus. Pabrik berdiri di atas area lahan seluas 2.800 meter persegi[2] dan tahun 2019 memperkerjakan 200 orang karyawan.[9]

Setelah lulus kuliah Teknik Elektro di Universitas Satya Wacana, Salatiga, Servasius Bambang Pranoto kemudian bekerja di Philips Jakarta dengan jabatan terakhir executive staff. Servasius kemudian berhenti kerja dan memutuskan untuk menggeluti dunia seni musik dan perfilman.[10] Pada tahun 2002, dia pindah ke Desa Bona, Gianyar, Bali.[11]

Pendidikan sunting

Karier sunting

Pada tahun 1982 Servasius Bambang Pranoto memulai kariernya di Philips Jakarta Indonesia berkarier dari jabaran terendah di penjualan, lalu pesatnya prestasi pada tahun 1984 menjabat menjadi Manager di Philips lalu pada tahun 1986 sudah menjabat sebagai Account Manager Telekomunikasi untuk Industri Oil and Gas tercatat order terbesar tahun 1984 memenangkan order telekomunikasi Bank Indonesia pusat Jakarta, pada tahun 1986 memenangkan order telekomunikasi untuk Arun Natural Gas Liquefaction di Lhokseumawe. Pada tahun 1990 Bekerja di Matra Communication dan memenangkan order Telekomunikasi seluruh Bank Indonesia dan memenangkan orderan sebagian besar dari Lippo Bank anak perusahaan dari Lippo Group pada saat itu. Pada tahun 1993 mendirikan PT. Inovasindo yang bergerak di bidang Production House. Pada tahun 2002 pindah ke Bali mendirikan Restoraunt bernama Mango Lango. Tahun 2012 mulai memproduksi minyak Kutus Kutus dan pada tahun 2016 mendirikan embrio Kutus kutus Herbal 2018 membuat pabrik untuk memproduksi Kutus Kutus di desa Babakan Gianyar Bali dan sekaligus mendirikan PT. Kutus Kutus Herbal dan bersamaan pula dengan ulang tahun Kutus kutus. Tidak hanya sampai di sana tahun 2019 mulai mengembangkan sayap ke Industri perhotelan kini Servasius Bambang Pranoto memiliki 11 Villa di Bali dan 3 Hotel di Bali dan Yogyakarta dan pada tahun yang sama memiliki perkebunan seluas 5 (lima) Hektar di Bali, Pada tahun 2020 Mendirikan Kutus Kutus International BV sekaligus mengakuisisi castile di Baambrugge Netherlands yang beralamat di Donkervlietse Binnenweg 8 1396 LN Baambrugge Netherlands dijadikan sebagai kantor pusat Kutus Kutus untuk eropa dan internasional

Filosofi sunting

Servasius Bambang Pranoto memiliki filosofi dan keyakinan bahwa manusia sebagai bagian dari alam pasti memiliki energi, yakni kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Terkadang aliran energi untuk menyembuhkan tersebut mengalami hambatan di dalam tubuh, sehingga memerlukan minyak balur dan ramuan rempah-rempahan. Menurut Servasius Bambang Pranoto, minyak Kutus Kutus bukan obat dan hanya berfungsi membangkitkan kekuatan tersembunyi dari energi manusia untuk menyembuhkan dirinya sendiri tersebut.[4]

Dalam pemasarannya, Kutus Kutus juga harus dilakukan dengan Integritas dan Kejujuran. Manusia perlu melakukan harmonisasi dengan kebaikan alam.[6]

Konsep lainnya adalah chi-prana, yakni energi kehidupan yang mengalir pada pusat-pusat cakra atau jalur meridian tubuh manusia. Fungsi energi tubuh atau Chi-prana ini bisa diaktifkan melalui ramuan minyak balur yang secara otomatis mampu memperbaiki keseimbangan dan kesehatan tubuh secara alami.[2]

Strategi Penjualan sunting

Servasius Bambang Pranoto sempat memasarkan 500 botol minyak Kutus Kutus, namun ketika itu tidak laku. Salah satu penyebab minyak Kutus Kutus tidak laku saat itu karena Servasius Bambang Pranoto menjual dalam kemasan 250 ml. Ketika kemasannya diganti menjadi 100 ml, minyak Kutus Kutus menjadi laku.[12]

Akhirnya, dia menunjuk seorang distributor untuk memasarkan minyak Kutus Kutus melalui Facebook dan dia sendiri fokus menangani produksi. Pada 16 Desember 2013, minyak Kutus Kutus mulai dipasarkan melalui Facebook melalui sistem reseller dan mampu terjual sekitar 1.000 botol pada Januari 2014.[10] Tahun berikutnya angka penjualan minyak Kutus Kutus meningkat menjadi 5.000 botol per bulan. Pada Oktober 2014, Servasius Bambang Pranoto melakukan pertemuan pertama secara tatap muka dengan para reseller Kutus Kutus, setelah selama ini mereka hanya berkomunikasi melalui Facebook.[3]

Perjalanan bisnis minyak Kutus Kutus sempat tidak berjalan baik, setelah rekan bisnisnya mengoplos dan memalsukan minyak Kutus Kutus agar dapat dijual murah. Kerja sama mereka pun berakhir.[12] Setelah itu, Servasius memutuskan untuk menata kembali jaringan distribusinya dan menangani langsung penjualan. Setelah pemasaran dipegangnya, angka penjualan minyak Kutus Kutus terus bergerak naik secara signifikan.[3] Setelah pemasaran dikendalikannya secara langsung, penjualan minyak Kutus Kutus langsung naik menjadi 20 ribu botol pada tahun 2016, kemudian menjadi 70 ribu botol pada tahun 2017, dan 100 ribu botol pada tahun 2018.[2] Per Desember 2019, penjualan minyak Kutus Kutus tercatat mencapai 5,7 juta botol setahun berkat jaringan 3.000 tenaga reseller.[3]

Salah satu kunci keberhasilan strategi penjualan minyak Kutus Kutus adalah memberikan marjin yang besar kepada reseller. Menurut Servasius Bambang Pranoto, minyak Kutus Kutus dijualnya kepada distributor seharga Rp 100 ribu per botol dengan syarat membeli minimal sekitar 20 ribu botol per bulan untuk selanjutnya dijual kepada reseller. Para reseller mendapat keuntungan minimal 20% dengan minimal pembelian 5 botol dan keuntungan semakin besar jika jumlah yang dibeli semakin banyak. Dia juga tidak menerima penjualan ritel secara langsung dan hanya mengandalkan distributor yang saat ini jumlahnya mencapai 20-an.[3]

Daftar Referensi sunting

  1. ^ Anna, Lusia Kus (ed.). "Pencipta Minyak Kutus Kutus Tak Mau Produknya Dianggap Obat". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  2. ^ a b c d "Kisah di Balik Minyak Kutus Kutus, Baru Berdiri 5 Tahun, Tapi Omzetnya Capai Rp230 Miliar per Bulan - Semua Halaman - Intisari". intisari.grid.id. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  3. ^ a b c d e f g h i j Andriani, Dewi (7 Maret 2020). "Bisnis Subur Minyak Balur". Bisnis Indonesia, edisi 7 Maret 2020, hal 3. 
  4. ^ a b c d Sutriyanto, Eko. Sutriyanto, Eko, ed. "Cerita Bambang Pranoto Hadirkan Minyak Kutus-Kutus, Ternyata Berawal Kaki Terkilir Usai Kecelakaan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  5. ^ "Membedah Minyak Kutus-Kutus dari Sang Pemilik". Republika Online. 2019-12-07. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  6. ^ a b "Frequently asked questions". Kutus Kutus Tamba Waras. Diakses tanggal 2020-03-07. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Prasasti, Giovani Dio (2019-12-06). Desideria, Benedikta, ed. "Dari Musibah Jadi Berkah, Kisah Bambang Pranoto Ciptakan Minyak Kutus-Kutus". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  8. ^ "Hubungi Kami". Kutus Kutus Tamba Waras. Diakses tanggal 2020-03-07. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Anna, Lusia Kus (ed.). "Minyak Kutus-Kutus, Ramuan dari Alam yang Jadi Fenomena". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-03-08. 
  10. ^ a b simple; Aether-Themes (2018-04-24). "Business Story - BCA PRIORITAS". Tamba Waras. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-31. Diakses tanggal 2020-03-08. 
  11. ^ "Mengenal Servasius Bambang Pranoto, Sosok di Balik Minyak Kutus Kutus - Semua Halaman - Nova". nova.grid.id. Diakses tanggal 2020-03-07. 
  12. ^ a b "Kutus Kutus Ramuan Minyak Sakral Dari Bali". SWA.co.id. 30 Juni 2019. Diakses tanggal 7 Maret 2020. 

Pranala luar sunting