Sejarah Sains dan Teknologi di Argentina
Argentina memiliki sejarah panjang dalam penelitian ilmiah, yang berkembang sejak era kolonial dengan kontribusi para ilmuwan Yesuit pada abad ke-16 dan ke-17. Pada abad ke-19, sejumlah naturalis dan astronom, seperti Florentino Ameghino, turut memperkaya wawasan ilmiah. Perjalanan Charles Darwin dengan HMS Beagle (1833–1835) juga berperan penting dalam perkembangan paleontologi di wilayah tersebut, dengan banyak fosil yang dikumpulkannya kemudian dikaji oleh peneliti Eropa, seperti Richard Owen dan Alcide d'Orbigny.[1]
Transformasi signifikan dalam sistem ilmiah nasional terjadi pada periode pascaperang, ketika Argentina membentuk CONICET, sebuah badan yang terinspirasi dari CNRS Prancis untuk mendanai sumber daya manusia dalam penelitian ilmiah. Selain itu, berbagai lembaga khusus didirikan, seperti INTA untuk teknologi pertanian, INTI untuk industri, CNEA untuk nuklir, CITIDEF untuk pertahanan, dan CNIE (sekarang CONAE) untuk ruang angkasa. Di tingkat provinsi, dibentuk pula Komisi Penelitian Ilmiah (CIC) di Buenos Aires. Argentina juga memiliki tradisi kuat dalam penelitian biomedis, yang dibuktikan dengan perolehan tiga Hadiah Nobel oleh Bernardo Houssay (1947), Luis Federico Leloir (1970), dan César Milstein (1984).
Perkembangan sistem ilmiah di Argentina mengalami kemunduran mendadak pada tahun 1966 akibat peristiwa Noche de los Bastones Largos, yang menyebabkan banyak ilmuwan pindah ke negara-negara maju (brain drain). Represi politik dan ideologi terus berlanjut hingga akhir pemerintahan militer pada tahun 1983. Setelah demokrasi kembali, institusi ilmu pengetahuan dan teknologi mulai dinormalisasi di bawah kendali sipil, tetapi keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar.
Pada masa pemerintahan Carlos Menem (1989–1999), sistem ilmiah mengalami perubahan lagi dengan pembentukan ANPCyT (1997), yang mengambil alih peran CONICET dalam pemberian subsidi dan kredit penelitian. Namun, kesempatan kerja di bidang ini sangat terbatas, menyebabkan gelombang baru brain drain, yang semakin memburuk selama krisis ekonomi di era De la Rúa (1999–2001).
Di bawah kepemimpinan Néstor Kirchner (2003–2007) dan Cristina Fernández de Kirchner (2007–2015), pemerintah mulai menarik kembali para ilmuwan melalui program Raíces dan memperkuat posisi peneliti di CONICET. Pada tahun 2007, Kementerian Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Produktif (MinCyT) didirikan untuk merancang serta mengoordinasikan kebijakan di bidang ini.
Pada abad ke-21, Argentina mencatat pencapaian besar di berbagai bidang teknologi. Di sektor bioteknologi, negara ini berhasil mengembangkan varietas transgenik baru. Dalam teknologi nuklir, Argentina mampu mengekspor reaktor ke berbagai negara melalui perusahaan milik negara, INVAP. Sementara itu, di bidang teknologi satelit, Argentina telah merancang dan memproduksi beberapa satelit, termasuk SAC-D/Aquarius (2011), Arsat-1 (2014), serta SAOCOM 1-A (2018) dan 1B (2020). Selain itu, pemerintah juga mengembangkan program promosi untuk bidang-bidang strategis, seperti informatika, nanoteknologi, dan bioteknologi.[1]
Referensi
sunting- ^ a b Bennett, Conner J.; Famoso, Nicholas A.; Hembree, Daniel I. (2025-02-27). "Following their footsteps: Report of vertebrate fossil tracks from John Day Fossil Beds National Monument, Oregon, USA". Palaeontologia Electronica (dalam bahasa English). 28 (1): 1–17. doi:10.26879/1413. ISSN 1094-8074.