Seblang lukinto
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Seblang lukinto adalah sebuah iringan pada Tari Gandrung yang ada pada tahapan "Seblang Subuh".
Dalam buku Gandrung Banyuwangi (2003) dan Blambangan Selayang Pandang (1977), terdapat lima lagu wajib yang harus dinyanyikan dalam tahapan Seblang-seblang atau Seblang Subuh yang merupakan bagian akhir Tari Gandrung yakni, Seblang Lukinto, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Sondreng-sondreng, dan Kembang Prima.
Syair-syair dalam Seblang Lukinto merupakan deskripsi waktu menjelang fajar yang disampaikan dengan menggunakan tanda alam cahaya merah di timur dan suara ayam berkokok.
Novi Anoegrajekti dalam jurnalnya yang berjudul "Pada Nonton dan Seblang Lukinto: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan" menuturkan, Budayawan Banyuwangi Hasnan Singodiman dan Fatrah Abal, menceritakan bahwa sebelum tahun 60-an, ketika babak Seblang-seblang dipentaskan dan diiringi gending Seblang Lukinto, Sekar Jenang, Kembang Pepe, dan Sondreng-sondreng, banyak orang tua yang menyaksikan tidak dapat menahan tangis karena lagu-lagu tersebut mampu membangkitkan ingatan atau kenangan tentang masa lalu suku Using yang kelam ketika menghadapi Belanda.