Sakdiyah Ma'ruf

pelawak tunggal dari Indonesia
(Dialihkan dari Sakdiyah Maruf)


Sakdiyah Ma'ruf (lahir 11 Februari 1982) adalah seorang pelawak tunggal dari Indonesia. Perempuan yang akrab disapa Diyah ini merupakan pelawak tunggal wanita pertama yang berhijab di Indonesia. Diyah dikenal melalui humor-humornya yang membahas seputar Islam untuk mengatasi ekstremisme Islam di Indonesia.

Sakdiyah Ma'ruf
LahirSakdiyah Ma'ruf
11 Februari 1982 (umur 42)
Pekalongan, Indonesia
Nama lainDiyah
PekerjaanDosen, penerjemah, Pelawak tunggal
Tahun aktif2011—sekarang

Kehidupan pribadi dan Pendidikan sunting

Diyah dilahirkan dalam sebuah keluarga keturunan Hadrami-Arab di Pekalongan, Jawa Tengah.[1] Dia menggambarkan masyarakat di mana dia dibesarkan sebagai masyarakst yang sibuk dengan identitasnya sebagai keturunan Arab dan merasa memiliki pandangan akan "ajaran Islam yang paling benar dan paling murni" dari masyarakat lain di Indonesia.[2]

Mengenai orang tuanya, dia menyatakan bahwa mereka "sangat konservatif" dalam banyak hal selama masa kecilnya. Diyah ditekankan "untuk menikah dengan salah satu sepupu jauhnya," seperti yang telah dilakukan ibunya.[1] Kepada The Huffington Post, ia menyatakan bahwa ia dibesarkan dengan harapan dirinya akan tumbuh menjadi seorang gadis Muslim panutan yang akan terus melestarikan identitas agama dan etnisnya. Ia juga dipersiapkan sejak kanak-kanak untuk bisa menikahi orang yang kaya dan dihormati masyarakat. Akan tetapi, dia mengatakan bahwa dirinya membenci pernikahan dan mengatakan pada ibunya bahwa ia tidak ingin menikah. Diyah mengatakan itu semua saat masih di sekolah menengah atas.[1]

Meskipun keluarganya sangat konservatif, orang tua Diyah mengizinkannya mengkonsumsi budaya Barat, seperti acara televisi Full House, Roseanne, dan MTV.[1] Bahkan Diyah belajar bahasa Inggris dengan menonton komedi situasi seperti The Cosby Show, Roseanne, Seinfeld dan Full House, yang semuanya menampilkan teks dalam Bahasa Indonesia.[3] Sejak masih SD, Diyah mengatakan bahwa ia menikmati serial sitkom dari Amerika Serikat dan ragam komedi lainnya.[2] Sekitar waktu masih di sekolah menengah, ia menemukan bahwa bintang-bintang dari acara favoritnya sebenarnya adalah pelawak tunggal. Tujuannya pun menjadi jelas.[3] Ketika pada tahun 2009, dia menonton sebuah DVD dari Robin Williams berjudul "Live in Broadway" beberapa kali, dia kemudian lanjut untk menekuni dunia komedi. Dia mulai melakukan stand-up, yang menurutnya mengajarkannya untuk benar-benar jujur dengan diri sendirinya sendiri serta pengalaman dan kelemahannya. Dia mulai dengan materi singkat tentang dirinya yang menjadi seorang perawan tua di mata keturunan masyarakat Arab. Seiring waktu ia mulai menangani isu-isu dalam Islam seperti kekerasan.[2]

Diyah meraih gelar sarjana jurusan Bahasa Inggris dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada tahun 2009. Skripsinya adalah tentang stand-up comedy. Pada November 2014, ia menyelesaikan pendidikan S2 dan memperoleh gelar master di UGM.[1]

Karier sunting

Sejak 2009, Diyah telah bekerja penuh sebagai seorang interpreter profesional dan penerjemah.[1] Di waktu luangnya, dia melakukan kegiatan berkomedi. Diyah muncul di saluran televisi swasta, di tempat-tempat lokal di Jakarta, dan ikut ambil bagian dalam acara panggung dengan komedian lainnya.[2] Selama beberapa penampilannya di TV, produser telah memintanya untuk menyensor materinya sendiri, mengatakan bahwa materinya terlalu konseptual, teoretis, sarat dengan pesan. Tapi Diyah merasa terdorong untuk bertahan, hidup dalam masyarakat di mana perempuan publik dicambuk karena menjadi korban kekerasan.[3]

Salah satu acara televisi yang pernah Diyah ikuti adalah acara Stand Up Comedy Show dan kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pertama pada tahun 2011, di mana Diyah lolos melalui audisi di Yogyakarta. Kompetisi tersebut mencatatkan namanya sebagai komika wanita pertama sekaligus komika wanita berhijab pertama di Indonesia. Namun dalam kompetisi tersebut, Diyah hanya tampil satu kali dengan materinya yang masih kental dengan Islam dan Perempuan. Setelah itu, Diyah akhirnya harus mengundurkan diri karena alasan untuk lebih fokus melanjutkan pendidikannya, meskipun akhirnya Diyah kembali muncul di babak grand final yang mempertemukan Ryan Adriandhy dan Insan Nur Akbar tersebut.

Hans David Tampubolon menulis dalam The Jakarta Post pada November 2014 yang menyatakan "di tengah stand-up comedy Indonesia yang lumpuh dan membosankan," Diyah telah memulai apa yang bisa dianggap sebuah revolusi, penampilan panggungnya acapkali membuat orang mengernyitkan dahi karena ia suka secara terang-terangan mengangkatbmasalah yang sangat kontroversial yang biasanya dihindari oleh komika populer lain demi menjaga wajah mereka di layar televisi Anda. Tampubolon menyatakan bahwa dengan tampilan dan popularitas yang berkembang, Diyah bisa dengan mudah menjadi pelawak bintang utama di TV, tetapi karena tuntutan terus-menerus oleh produsen TV agar dia menyensor materinya sendiri, ia memilih untuk melakukan sebaliknya, menyampaikan pesan tanpa sensornya secara langsung (live) untuk melestarikan seninya.[1] Diyah mengatakan bahwa baginya, menjadi seorang pelawak tunggal atau komika bukan tentang ketenaran atau uang melainkan tentang memberi audiens pengalaman yang tak terlupakan dan membuat mereka berpikir tentang isu-isu sosial dan orang-orang yang mempengaruhi mereka secara pribadi, bahkan setelah turun panggung.[1]

Beberapa tokoh yang berpengaruh terhadap kiprah dirinya antara lain Sarah Silverman, Tina Fey, Margaret Cho, Roseanne, Ellen, Kathy Griffin, Robin Williams, Stephen Colbert, Chris Rock, Ricky Gervais, dan Jerry Seinfeld. Komika favoritnya adalah Louis CK [3] Dia digambarkan sebagai komika yang memiliki "keceriaan dari Williams, kepahitan Louis dan seperti Cosby, dia tidak pernah menggunakan kata-kata atau bersumpah serapah dalam memberikan pesannya.[1]

Kebanyakan materi komedinya adalah tentang ekstremisme Islam; dia telah mengeluh selama hampir satu dekade setelah pengenalan demokrasi, "Indonesia telah menyaksikan pertumbuhan yang signifikan dari kaum Muslim ekstremid yang tidak mentolerir wanita dan minoritas untuk berbicara.[2]

Penghargaan sunting

Selain sebagai finalis Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pertama pada tahun 2011, Diyah juga memperoleh penghargaan prestisius: Vaclav Havel International Prize for Creative Dissent 2015. Acara tersebut diadakan di Oslo, Norwegia di mana Diyah meraih penghargaan untuk kategori stand up comedy.[4] Pada tahun 2018, nama Diyah ikut masuk ke dalam daftar 100 wanita inspirartif dunia versi BBC atau "BBC 100 Women", di mana Diyah menduduki peringkat ke-54 dari 100 wanita terpilih.[5]

Acara Televisi sunting

Referensi sunting

Pranala luar sunting