Pejuang keadilan sosial

Istilah peyoratif
(Dialihkan dari SJW)

Pejuang keadilan sosial (Inggris: Social Justice Warrior, umumnya disingkat SJW) adalah sebuah istilah peyoratif bagi seseorang yang mengusung pandangan progresivisme, termasuk feminisme, hak sipil, multikulturalisme,[1][2] dan politik identitas.[3] Tuduhan bahwa seseorang adalah SJW menyiratkan bahwa mereka mencari pembenaran diri, bukan karena benar-benar yakin dengan pandangan mereka,[4] dan pura-pura ikut berdebat.[5]

Frasa tersebut bermula pada akhir abad ke-20 sebagai istilah netral atau positif untuk orang-orang yang memperjuangkan keadilan sosial.[1] Pada 2011, saat istilah tersebut mula-mula muncul di Twitter, maknanya berubah dari positif menjadi negatif.[1] Saat kontroversi Gamergate, makna negatif tersebut semakin populer dan biasanya diarahkan kepada orang-orang yang memperjuangkan liberalisme sosial, inklusif, atau feminisme, serta pandangan-pandangan yang santun secara politis.[1][2]

Istilah tersebut telah masuk budaya populer, termasuk permainan bermain peran parodi yang dirilis pada 2014 berjudul Social Justice Warriors.[6][7][8]

Asal usul sunting

Istilah keadilan sosial atau "social justice" sudah ada sejak 1824 dan mengacu pada keadilan di tingkat masyarakat.[9] Sejak awal 1990-an sampai awal 2000-an, pejuang keadilan sosial atau "social-justice warrior" digunakan sebagai kata netral atau pujian.[1] Berikut adalah contoh artikel Montreal Gazette tahun 1991 tentang festival musik setempat:

[Gitaris Quebec Rene] Lussier akan mempersembahkan lagu khas Quebec-nya yang ambisius untuk pertama kalinya, Le Trésor de la Langue, yang mencampuradukkan ujaran manusia—termasuk potongan suara Charles de Gaulle dan nasionalis Quebec sekaligus pejuang keadilan sosial Michel Chartrand—dengan improvisasi musik baru.[1]

Katherine Martin, kepala kamus Amerika Serikat di Oxford University Press, mengatakan pada tahun 2015 bahwa "[s]emua contoh yang saya lihat sejauh ini justru bersifat memuji".[1] Hingga 2015, Oxford English Dictionary belum mencari asal mula istilah ini.[1]

Makna peyoratif sunting

"'pejuang keadilan sosial', stereotipe bahwa feminis itu tidak masuk akal, berlagak suci, bias, dan angkuh."

Scott Selisker[10]

Menurut Martin, makna istilah ini berubah dari positif menjadi sangat negatif sekitar tahun 2011 ketika dilontarkan sebagai celaan untuk pertama kalinya di Twitter.[1] Pada tahun itu pula, Urban Dictionary menerbitkan entri definisi untuk istilah ini.[1] Penggunaan istilah ini secara negatif meluas di tengah kontroversi Gamergate tahun 2014.[11] Pendukung Gamergate memakai istilah ini untuk menyebut lawan mereka yang berbeda ideologi.[1] Dalam budaya Internet dan budaya permainan video, istilah ini dikaitkan dengan kontroversi Gamergate dan dampaknya terhadap perang budaya secara luas, termasuk kampanye Sad Puppies tahun 2015 yang memengaruhi Hugo Award.[2][5][12][13][14] Pemakaian istilah secara negatif meluas di berbagai situs web seperti Reddit,[15] 4chan,[15] and YouTube.[butuh rujukan]

Sejumlah peneliti memandang bahwa istilah ini bertujuan menjatuhkan motivasi orang yang dituduh sebagai SJW dan menyiratkan bahwa motif mereka adalah "mencari pembenaran diri, bukan karena benar-benar yakin dengan pandangan mereka".[4]

Konotasi negatifnya ditujukan kepada orang-orang yang berpandangan progresivisme sosial, inklusivitas budaya, atau feminisme.[1][2] Pemakaian negatif ini menyiratkan bahwa seseorang ikut dalam perdebatan atau aktivisme keadilan sosial untuk menaikkan reputasi pribadinya.[5] Allegra Ringo menulis di Vice bahwa "[d]engan kata lain, para SJW tidak memiliki prinsip yang kuat, tetapi berpura-pura [berprinsip kuat]. Masalahnya, itu bukan kelompok masyarakat yang sesungguhnya. Itu hanyalah cara untuk membungkam siapapun yang mengangkat topik keadilan sosial."[5]

Rita Panahi menggunakan istilah ini untuk mengkritik standar ganda dalam keadilan sosial.[16]

Wartawan Vice, Clinton Nguyen, mengutip istilah ini dalam sebuah artikel yang menganalisis perilaku agresif di balik pengguna Tumblr yang mengangkat topik 'keadilan sosial'. Para pengguna Tumblr berulang-ulang mencela seorang seniman di situs tersebut karena merasa tersinggung oleh karya seninya sampai sang seniman melakukan upaya bunuh diri.[17]

Menurut David A. French, tujuan para pejuang keadilan sosial berlawanan dengan tujuan sayap kanan Kristen.[18][perlu dijelaskan]

Istilah ini sering digunakan oleh peserta diskusi daring saat mengkritik feminisme.[10] Dalam New Literary History, Scott Selisker menulis, "[Peserta forum] sering melontarkan kritik pribadi semua yang mereka anggap sebagai 'pejuang keadilan sosial', stereotipe bahwa feminis itu tidak masuk akal, berlagak suci, bias, dan angkuh".[10]

Pada Agustus 2015, social justice warrior menjadi salah satu kata atau frasa yang masuk Oxford Dictionaries.[1][19][20] Martin mengatakan bahwa "anggapan ortodokso [politik progresif] memancing respon negatif dari orang-orang yang merasa kebebasan berbicara mereka dibatasi".[1]

Elizabeth Nolan Brown menulis di Reason bahwa pendukung "keadilan sosial" di sayap kiri dan kanan memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu suka mengamuk, mengaku sebagai korban, mencap lawan itu perisak dan jahat, dan memandang diri merekalah yang benar-benar tertindas/terzalimi.[21]

Pada Mei 2014, konsep ini diangkat ke dalam permainan video peran parodi berjudul Social Justice Warriors.[6][7] Permainan ini dikembangkan oleh Nonadecimal Creative. Pemain berdebat melawan trol Internet yang melontarkan komentar rasis atau provokatif dengan memilih salah satu respons, misalnya "gunakan logikamu untuk membantah klaim mereka", menyebarkan komentar mereka agar diserang orang lain, atau menyerang secara pribadi.[7] Pemain bisa memilih kelas karakter dan melihat perubahan tingkat kewarasan (Sanity) dan reputasinya (Reputation).[7] Pencipta permainan, Eric Ford, menjelaskan bahwa permainan ini dirancang untuk mendorong pemikiran kritis dan "tidak bertujuan membiarkan komentar rasis, seksis, dan komentar buruk di Internet. Tujuannya adalah mendorong pemain berpikir kritis dalam melontarkan pandangan mereka secara efektif sehingga membantu pejuang keadilan sosial di dunia nyata."[7]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n Ohlheiser, Abby (October 7, 2015). "Why 'social justice warrior,' a Gamergate insult, is now a dictionary entry". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 26, 2017. 
  2. ^ a b c d Johnson, Eric (October 10, 2014). "Understanding the Jargon of Gamergate". Re/code. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 2, 2016. A Social Justice Warrior, or SJW, is any person, female or male, who argues online for political correctness or feminism. 'Social justice' may sound like a good thing to many of our readers, but the people who use this term only use it pejoratively. 
  3. ^ Blistein, Jon (April 19, 2016). "Billy Corgan Compares 'Social Justice Warriors' to Cults, Maoists, KKK". Rolling Stone. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-26. Diakses tanggal 2017-01-26. 
  4. ^ a b Heron, Michael James; Belford, Pauline; Goker, Ayse (2014). "Sexism in the circuitry: female participation in male-dominated popular computer culture". ACM SIGCAS Computers and Society. 44 (4): 18–29. doi:10.1145/2695577.2695582. 
  5. ^ a b c d Ringo, Allegra (August 28, 2014). "Meet the Female Gamer Mascot Born of Anti-Feminist Internet Drama". Vice. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 14, 2016. 
  6. ^ a b Parreno, Ryan (September 9, 2014). "Social Justice Warriors Now Have Their Own RPG". Gameranx. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 3, 2015. 
  7. ^ a b c d e "Social Justice Warrior Review". Technology Tell. March 30, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 3, 2016. 
  8. ^ Breiner, Andrew (March 13, 2015). "Don't Feed The Trolls, Fight Them". ThinkProgress. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 1, 2016. 
  9. ^ "social justice". The Oxford English Dictionary (edisi ke-3rd). Oxford University Press. September 2005. ((Perlu berlangganan (help)). 
  10. ^ a b c Selisker, Scott (2015). "The Bechdel Test and the Social Form of Character Networks". New Literary History. 46 (3): 505–523. doi:10.1353/nlh.2015.0024. ISSN 0028-6087. OCLC 1296558. 
  11. ^ Jeong, Sarah (2015). The Internet of Garbage. Forbes Media. [pranala nonaktif permanen]
  12. ^ Clarke, Donald (October 18, 2014). "Are Gamers Misogynistic? Some Certainly Are". The Irish Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 2, 2016. The term "social justice warrior" (surely a good thing) has been used pejoratively to describe those writers who choose to examine the social and political subtexts of contemporary video games 
  13. ^ Dewey, Caitlin (October 14, 2014). "The Only Guide to Gamergate You Will Ever Need to Read". The Washington Post. Diakses tanggal April 22, 2015. ...'SJW,' for social justice warrior—a kind of shorthand insult for liberals and progressives. 
  14. ^ Waldman, Katy (April 8, 2015). "2015 Hugo Awards: How the sad and rabid puppies took over the sci-fi nominations". Slate. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 14, 2016. 
  15. ^ a b Hill, Max (November 17, 2014). "In defence of 'social justice warriors'". The Peak. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 17, 2016. 
  16. ^ Panahi, Rita. "Curious double standards of the perpetually outraged". The Daily Telegraph. Diakses tanggal 28 February 2018. 
  17. ^ Nguyen, Clinton. "An Attempted Suicide Forced a Tumblr Community to Open Its Eyes About Bullying". Vice. Diakses tanggal 21 March 2018. 
  18. ^ French, David. "The Ferocious Religious Faith of the Campus Social-Justice Warrior". National Review. November 23, 2015.
  19. ^ Wagner, Laura (August 27, 2015). "Can You Use That In A Sentence? Dictionary Adds New Words". NPR. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 20, 2016. 
  20. ^ Steinmetz, Katy (August 26, 2015). "Oxford Dictionaries Adds 'Fat-Shame,' 'Butthurt' and 'Redditor'". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 20, 2016. 
  21. ^ Brown, Elizabeth. "Trump Fans and 'Social Justice Warriors,' Two Sides of the Same Authoritarian Coin". Reason. Diakses tanggal August 16, 2016. 

Pranala luar sunting

Templat:Hak asasi manusia