Rudus adalah senjata pedang atau golok yang diasosiasikan dengan kebudayaan Melayu di Sumatra. Bersama dengan pedang pemandap, Rudus adalah salah satu senjata berukuran terbesar dalam kebudayaan Suku Melayu. Rudus juga merupakan simbol dari beberapa Provinsi di pulau Sumatra, misalnya Provinsi Bengkulu di Sumatra, Indonesia.[1]

Sebuah pedang rudus yang diukir dengan gaya tipikal Sumatera Utara, terutama pada sarung pedangnya.

Description sunting

Rudus diasosiasikan dengan kebudayaan Islam Melayu. Rudus lebih umum ditemukan di Sumatra daripada di Semenanjung Melayu. Bersama dengan pemandap, Rudus adalah simbol Suku Melayu di Sumatra. Orang Aceh dan orang Melayu di Provinsi Bengkulu memasukkan rudus sebagai bagian dari identitas kebudayaannya. Rudus juga merupakan senjata tradisional orang-orang Banjar di Kalimantan Selatan, bersama dengan senjata kuduk.[1]

Selama masa periode Islam di Indonesia, pulau Sumatra terbagi atas kerajaan-kerajaan kecil yang saling berperang satu dengan yang lain. Provinsi Bengkulu sendiri pada saat itu memiliki banyak sekali Kesultanan, diantaranya Kesultanan Sungai Serut, Selebar, Pat Petulai, Balai Buntar, Sungai Lemau, Sekiris, Gedung Agung dan Marau Riang. Masing-masong kesultanan kecil ini memiliki prajuritnya masing-masing dan mengembangkan berbagai macam senjata perang seperti badik, rambai ayam, dan rudus untuk berperang dengan kesultanan lain. Selain sebagai senjata perang, rudus juga digunakan dalam upacara pengangkatan datuk, kepala adat.[2]

Selama masa kolonial, rudus digunakan oleh penduduk asli sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Karena gagasan patriotik yang romantis ini dimana pedang rudus digunakan sebagai simbol kebangkitan melawan penindas, rudus sering kali ditampilkan sebagai simbol kenegaraan atau simbol provinsi. Salah satu contoh adalah Provinsi Bengkulu yang menggunakan rudus dalam lambang provinsi Bengkulu, dalam hal ini pedang rudus adalah simbol dari kepahlawanan.[2]

Bentuk sunting

 
Lambang Provinsi Bengkulu memiliki dua pedang rudus.

Sebuah rudus terdiri atas beberapa elemen yaitu mata (secara harfiah "mata", mata pisau), ulu ("gagang"), dan sarung ("sarung").[2]

Rudus sering kali ditulis dengan tulisan-tulisan Jawi di bagian pedangnya atau dibagian gagangnya. Abjad Jawi adalah sejenis abjad Persia-Arab yang digunakan sebagai salah satu dari tulisan resmi untuk negara-negara Melayu seperti di Brunei, dan juga di Malaysia, Indonesia, Patani, Banjar dan Singapura untuk keperluan religius. Pembuat pedang rudus biasanya akan mengukirkan tanggal selesainya pembuatan pedang, beserta nama dirinya dan dari desa mana dia berasal. Dalam beberapa kasus, tulisan yang tertulis bukan merupakan tanggal pembuatan pedang itu, tetapi tanggal pedang tersebut dihias kembali. Sebuah rudus yang disimpan di Metropolitan Museum of Art di New York City memiliki sebuah tulisan yang mengidentifikasikan bahwa seniman tersebut berasal dari sebuah desa di Semenanjung Malaysia, tetapi bentuk hiasannya tidak endemik di Semenanjung Malaysia, melainkan lebih kepada wilayah Sumatra utara yang dihuni oleh orang Aceh dan Batak Pakpak. Hal ini menunjukkan bahwa rudus tersebut sebetulnya dibuat di Sumatra, tetapi direstorasi di Semenanjung Malaya.[3]

Tulisan-tulisan abjad Jawi pada rudus bisa ditulis di mata pisau atau di gagangnya. Contoh dari Museum Metropolitan of Art memiliki tulisan yang disepuh dengan emas. Beberapa contoh rudus memiliki tulisan yang dipahat dipangkal gagang kayunya.[3]

Rudus dibawa dengan cara digantung disamping tubuh pemakainya.

Referensi sunting

  1. ^ a b Newbold 1839, hlm. 212.
  2. ^ a b c "5 Senjata Tradisional Bengkulu" [Five Traditional Weapon of Bengkulu]. Kamera Budaya (dalam bahasa Indonesian). Kamera Budaya. 2017. 
  3. ^ a b "Sword (Rudus) and Scabbard". The Metropolitan Museum of Art (dalam bahasa Indonesian). The Metropolitan Museum of Art. 2017. 

Bibliografi sunting