Rara Hoyi (atau Roro Oyi) adalah seorang putri dari Demang Mangunjaya (nama Tionghoa: Ma Oen) asal Surabaya.[1] Sunan Amangkurat I yang sedang berduka atas meninggalnya istrinya, Kanjeng Ratu Malang memberikan perintah kepada hulubalang kerajaan, Nayatruna dan Yudhakarti untuk mencari penggantinya. Keduanya kemudian pergi dan menemukan Rara Hoyi yang masih berusia belia di Kali Mas, Surabaya. Rara Hoyi kemudian diboyong ke Keraton Plered dan dititipkan oleh Amangkurat I kepada Ngabei Wirareja sampai Rara Hoyi tumbuh dewasa.

Pangeran Tejaningrat, putra Amangkurat I yang diangkat menjadi Adipati Anom jatuh cinta dengan Rara Hoyi meskipun seharusnya ia akan dipinang oleh ayahnya. Pangeran Pekik (sumber lainnya menyebut Pangeran Purbaya karena Pangeran Pekik sudah wafat pada tahun 1659)[2] membantu Adipati Anom untuk mengambil Rara Hoyi dari Wirareja. Meskipun tidak diperbolehkan, Adipati Anom pun membawa lari Rara Hoyi.

Amangkurat I kemudian menjadi murka, menghukum siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut. Wirareja dan keluarganya diasingkan di Ponorogo (namun dihabisi di tengah jalan). Adipati Anom harus memilih untuk hidup dengan Rara Hoyi namun pada akhirnya tak bisa menjadi penguasa, atau membunuh Rara Hoyi dan dapat menjadi penguasa. Pada akhirnya, Adipati Anom memilih untuk menghabisi Rara Hoyi dan dikubur ke tanah Lipura. Sementara menurut sumber lainnya, Rara Hoyi dikubur di pemakaman Banyusumurup dengan nama Kanjeng Ratu Mangkurat. Kejadian tersebut terjadi pada 1668–1670 M.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ 1952-, Sindhunata, (2007). Putri Cina. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792230793. OCLC 183179726. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Tanda baca tambahan (link)
  2. ^ Sumargo, Setya Krisna. "Pangeran Pekik Korban Isu Konspirasi Pembunuhan Raja". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-03-15.
  3. ^ Sumargo, Setya Krisna. "Roro Oyi, Kisah Tragis Gadis Surabaya di Tangan Amangkurat I". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-03-15.