Prijono

politisi Indonesia

Prof. Dr. Prijono (20 Juli 1905 – 6 Maret 1969)[1] adalah politikus dan cendekiawan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang menjabat pada tahun 19571966.[2][3]

Prijono
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ke-12
Masa jabatan
14 Maret 1957 – 28 Maret 1966
PresidenSoekarno
Sebelum
Pengganti
Sarino Mangunpranoto
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1905-07-20)20 Juli 1905
Yogyakarta, Hindia Belanda
Meninggal6 Maret 1969(1969-03-06) (umur 63)
Indonesia
Partai politikPartai Murba
AnakAmi Prijono
Alma materUniversitas Leiden[1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup sunting

Prijono adalah salah satu tokoh penting Partai Murba dan Komite Perdamaian Indonesia.[4] Sebelum menjabat sebagai menteri, Ia pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 3 Yogyakarta. Ia kemudian menjadi Anggota Konstituante Republik Indonesia mewakili Partai Murba.[5]

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Prijono yang menjabat sebagai Menteri PP dan K mengeluarkan Instruksi nomor 1 tahun 1959 tentang Sapta Usaha Tama yang berisikan:

  1. Menertibkan aparatur dan usaha-usaha Kementerian PP dan K
  2. Menggiatkan kesenian
  3. Mengharuskan usaha halaman
  4. Mengharuskan penabungan
  5. Mewajibkan usaha-usaha koperasi
  6. Mengadakan kelas masyarakat
  7. Membentuk regu kerja di kalangan SLA dan universitas.

Disusul instruksi selanjutnya yaitu Instruksi nomor 2 tahun 1960 yang menegasan Pancasila dan Manipol USDEK sebagai landasan pendidikan nasional. Pada tahun yang sama pada bulan October Panca Wardana ditetapkan sebagai sistem Pendidikan Nasional. Adapun isi dari Panca Wardana itu sendiri antara lain:

  1. Perkembangan Cinta Bangsa dan Tanah Air, Moral, Nasional/ Internasional/ Keagamaan
  2. Perkembangan Intelegensia
  3. Perkembangan Emosional, Artistik atau Rasa Keharuan dan Keindahan Lahir Batin
  4. Perkembangan Kerajinan Tangan
  5. Perkembangan Jasmani.

Gagasan ini paling tidak telah disetujui oleh Soekarno yang pada saat itu digelari Pemimpin Besar Revolusi seperti yang diakuinya sendiri dalam pidatonya (TAVIP).

Pada tahun 1965 terjadi huru hara politik yang hampir semua kekuatan kiri mulai disingkirkan perlahan-lahan dan pada tanggal 16 Maret 1966, ia diculik oleh aktivis yang tergabung dalam gerakan mahasiswa KAPPI dan Laskar Arief Rahman Hakim untuk dibawa ke markas Kostrad.[6] sampai kemudian meninggal dunia pada tahun 1969. Pernikahannya membuahkan satu orang putra bernama Lembu Amiluhur Prijono atau Ami Prijono yang kemudian menjadi aktor pada tahun 1970-an.

Penghargaan sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Vickers, Adrian. 2007. A History of Modern Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 146-147.
  2. ^ Lev, Daniel S. 2009. The Transition to Guided Democracy: Indonesian Politics, 1957-1959. Jakarta: Equinox Publishing, hlm. 35.
  3. ^ Mujiburrahman. 2006. Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia's New Order. Leiden: ISIM, hlm. 228-229.
  4. ^ a b Australian Institute of International Affairs. 1958. The Australian Outlook, Volume 12-13. Sydney: Australian Institute of International Affairs, hlm. 265.
  5. ^ "Prof. Dr. Prijono - Murba Pembela Proklamasi - Profil Anggota". Konstituante.Net. Diakses tanggal 2021-10-24. 
  6. ^ Crouch, Harold. 2007. The Army and Politics in Indonesia. Equinox Publishing (Asia), hlm. 194.
Jabatan politik
Didahului oleh:
Sarino Mangunpranoto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1957—1966
Diteruskan oleh:
Sarino Mangunpranoto