Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago yang berlokasi di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Jago, atau disebut juga Candi Tumpang atau Candi Jinalaya (pura), merupakan tempat asalnya arca Manjusri ini.[1] Candi tersebut mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana yang mangkat pada tahun 1268.

Arca Manjusri dari Candi Jago duduk dalam pose Maravijaya. Kini tersimpan di Museum Ermitáž di Rusia

Prasasti Manjusri diperkirakan diukir pada kurun 1343 atau 1344 pada bagian belakang stela (sandaran) arca Manjusri berbahan batu andesit. Bodhisattwa Manjusri digambarkan duduk dalam mudra Maravijaya dengan tangan kanan terangkat menghunuskan pedang pada bagian belakangnya, sementara tangan kirinya memegang pustaka lontar. Arca ini sekarang disimpan di Museum Ermitáž, St. Petersburg, Rusia. Sebelumnya sejak 1865 arca ini berada di Ethnologie Museum, Berlin, Jerman, sampai jatuhnya Berlin pada Perang Dunia II. Saat itu arca ini diboyong ke Rusia sejak 1945 hingga kini. Sementara cetakan duplikat dari bahan plaster arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D. 214.

Asal usul sunting

Berdasarkan tafsiran Bosch dari tulisan pada prasasti tersebut, kemungkinan Adityawarman mendirikan candi tambahan di lapangan Candi Jago tersebut, atau mungkin pula candi yang didirikan tahun 1280 sudah runtuh dan digantikan dengan candi baru. Tidak adanya sisa-sisa bangunan besar di samping Candi Jago yang sekarang, sehingga menunjukkan penjelasan yang kedua lebih masuk akal. Hal ini didukung pula oleh gaya relief dan ukiran pada candi tersebut, menurut analisis Stutterheim, membuktikan bahwa candi yang sekarang ini lebih baru daripada abad ke-13.[2]

Karakter Manjusri dianggap sebagai personifikasi dari kebijaksanaan transenden. Dia duduk di atas takhta berhiasan teratai yang gemerlapan, pada tangan kirinya ia memegang sebuah buku (sebuah naskah daun palem), tangan kanannya memegang pedang (yang bermakna untuk melawan kegelapan), dan pada dadanya dilingkari tali. Ia juga dikelilingi oleh empat dewa, yang semuanya bermakna replika dirinya sendiri.

Transkripsi prasasti sunting

Berikut di bawah ini transkripsi prasasti tsb.:[3][4]

Depan

  1. Aryyawancadhirajana Manjusri
  2. Supratisthitah pancasaddwica
  3. cankabde dharmmawrddhyai
  4. Jinalaye

Belakang

  1. Rajye Sriwararajapatniwijiteh
  2. tadbancajahasuddhadhih cakre
  3. Jawamahitale waragunair Adityawar
  4. mmapy asau mantri praudhataro
  5. Jinalayapure prasadam atyadbhutam
  6. mata suhrjjanam samasukham
  7. netum bhavat tat parah
  8. i Saka 1265

Terjemahan teks sunting

Berikut ini terjemahan teks (bagian belakang) dari prasasti tersebut:[5]

Referensi sunting

  1. ^ Brandes, J.L.A., (1904), Beschrijving van de ruïne bij de desa Toempang, genaamd Tjandi Djago in de Residentie Pasoeroean, 's-Gravenhage-Batavia, Nijhoff/Albrecht.
  2. ^ Stutterheim, W.F., (1936), De dateering van eenige Oost-javaansche beeldengroepen, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde. 76: 249-358.
  3. ^ Salleh, Abdul Razak, Prof. Dato. Dr.; Ramza, Harry, Ir. MT.; Abdul Kadir, Mohammad Alinor, Dr. (2015). Diaspora Adat dan Kekerabatan Alam Minangkabau: Sebuah kepelbagaian kajian pemikiran. Penerbit Kemala Indonesia. hlm. 82–83. 
  4. ^ Reichle, Natasha (2007). Violence and serenity: late Buddhist sculpture from Indonesia. University of Hawai'i Press. hlm. 253. ISBN 978-0824829247. 
  5. ^ Bosch, F.D.K., (1921), De inscriptie op het Mansjuri-beeld van 1265 Caka, Bijdragen tot de Taal-, Land en Volkenkunde. 77: 194-201.