Pertempuran Pantai Sarimbun

artikel daftar Wikimedia

Pertempuran Pantai Sarimbun adalah tahap pertama serangan Jepang ke Singapura pada Februari 1942 selama Perang Dunia II. Pantai Sarimbun, yang terletak di sudut barat laut daratan Singapura, adalah daerah di mana pasukan Jepang, di bawah arahan Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita, pertama kali menyerang pasukan Sekutu (terutama Inggris) di Singapura. Komandan keseluruhan dari semua pasukan Sekutu di Singapura, Letnan Jenderal Arthur Percival, tidak mengharapkan Jepang untuk melakukan serangan utama mereka di pulau tersebut dari barat laut dan kemudian gagal untuk memperkuat Brigade ke-22 Australia yang kemudian terkepung, yang menanggung beban terberat atas serangan Jepang. Tujuan utama Jepang yang ingin dicapai setelah mereka mendarat di Pantai Sarimbun adalah merebut Pangkalan Angkatan Udara Tengah (Lapangan Udara Tengah).

Latar belakang sunting

Menjelang invasi, Jenderal Percival memerintahkan dua brigade yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Gordon Bennett dari Divisi 8 Australia, untuk bertanggung jawab atas sektor barat laut pulau tersebut yang termasuk titik invasi utama. Medannya terutama rawa bakau dan hutan tropis yang dibelah oleh sungai dan anak sungai. Brigade Infanteri ke-22 yang dimpimpin oleh Brigadir Harold Taylor, ditambah dengan sebagian besar pasukan Batalyon Senapan Mesin 2/4 Australia, ditugaskan di sektor seluas 16 kilometer yang berpusat di Pantai Sarimbun. Batalyon Infanteri Jind dari Pasukan Negara Bagian India yang menjaga Tengah dan satu kompi pasukan milisi gerilya dari Dalforce yang direkrut dari Tionghoa Singapura. Brigade Infanteri ke-27 ditugaskan ke zona seluas 3.650 m yang bersebelahan dengan Tengah di bagian utara, berdampingan dengan jalan lintas. Batalyon Senapan Mesin 2/4 Australia disebar di antara unit-unit pasukan infanteri.[1]

Pertempuran sunting

Pada pukul 20.30 tanggal 8 Februari waktu setempat, setelah konfirmasi dan pemastian, pasukan penembak senapan mesin Australia menembaki kapal-kapal yang membawa gelombang pertama sejumlah 4.000 tentara Jepang dari Divisi 5 dan 18 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, menuju Pulau Singapura. Jepang tidak membuang waktu untuk menyerang Pantai Sarimbun yang dipertahankan oleh Brigade ke-22.[2]

Pertempuran sengit berlangsung sepanjang malam di wilayah tersebut, tetapi kekuatan Jepang yang meningkat dalam jumlah, serta keunggulan pasukan Jepang dalam artileri, tank, pesawat dan intelijen militer, akhirnya mulai menjatuhkan banyak korban dari pasukan pertahanan Sekutu yang kurang mendapatkan pasukan tambahan. Jepang berhasil memanfaatkan beberapa celah di garis pertahanan Sekutu yang tersebar tipis di sepanjang pantai, seperti melalui sungai-sungai kecil, anak sungai dan muara sungai. Pada tengah malam, dua brigade Australia yang terlibat dalam pertahanan pantai telah kehilangan komunikasi satu sama lain dan Brigade ke-22 terpaksa mundur. Pada pukul 1.00 pagi, lebih banyak lagi tentara Jepang mendarat ke pulau tersebut dan pasukan cadangan terakhir Australia yang terakhir masuk ke dalam medan pertempuran.[3]

Menjelang subuh pada 9 Februari, beberapa elemen Brigade ke-22 diserbu atau dikepung oleh pasukan Jepang, lalu Batalyon Infanteri Australia 2/18, yang ditempatkan di posisi tengah, kehilangan lebih dari setengah pasukannya. Batalyon Infanteri Australia 2/20, yang mempertahankan wilayah sayap kanan, juga sangat berkomitmen untuk melawan pasukan Jepang. Pada saat yang sama, Batalyon Infanteri Australia 2/19, di sisi kiri, sedang dikepung, dan hanya Kompi "B" yang tersisa untuk menghadapi pendaratan dan serangan awal oleh Jepang.[4]

Percival tetap meyakini bahwa pendaratan pasukan Jepang selanjutnya akan terjadi di timur laut dan tidak menyetujui untuk mengirimkan pasukan tambahan dalam rangka memperkuat Brigade ke-22 yang kekurangan pasukan yang mengancam posisi Lapangan Udara Tengah dengan keberadaan pasukan Jepang di sekitarnya yang baru saja mendarat. Namun, sebelum bala bantuan terbatas pasukan infanteri Inggris dan India tiba, unit pertahanan Australia dan Singapura yang sudah dalam kondisi babak belur, mundur bersama dengan pasukan Jind, untuk mengambil posisi pertahanan baru yang disebut dengan "Garis Jurong", yang membentang ke selatan dari desa Bulim, terletak di sebelah timur lapangan udara tersebut. Pangkalan Udara Tengah akhirnya berhasil direbut oleh Jepang sekitar tengah hari pada tanggal 9 Februari, sehingga memenuhi tujuan utama mereka atas pendaratannya di Sarimbun.[5]

Kesudahan sunting

Pada malam 9 Februari, tiga unit perahu kecil yang dilengkapi dengan peluncur senjata lengkap (Fairmile B) dari pasukan Inggris dikirim untuk menyerbu terusan di sebelah barat Selat Johor di daerah garis pantai yang berbatasan dengan Pantai Sarimbun. Tujuan utama pasukan tersebut untuk menyerang kapal pendarat pasukan Jepang dan mengacaukan komunikasi pasukan Jepang. Pasukan tersebut mendapat serangan pasukan Jepang dari kedua sisi pantai (dari arah Malaya di sebelah utara dan Pantai Sarimbun di sebelah selatan) tetapi tetap terus menekan pasukan Inggris hingga ke Causeway.[6] Beberapa kapal pendarat Jepang berhasil dihancurkan dan ditenggelamkan sebelum peluncuran kembali pasukan Inggris ke kanal dan berhasil mencapai Singapura hingga hampir tidak ada kerugian berarti atau dengan kerugian minimal. Beberapa tentara Sekutu melihat hal tersebut sebagai perbandingan taktik pertahanan efektif yang digunakan dengan terlalu sedikit dan/atau terlambat oleh para komandan senior mereka.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Wigmore 2014, hlm. 298-299.
  2. ^ Wigmore 2014, hlm. 308-309.
  3. ^ Wigmore 2014, hlm. 311-312.
  4. ^ Wigmore 2014, hlm. 311.
  5. ^ Wigmore 2014, hlm. 325.
  6. ^ Wigmore 2014, hlm. 333.

Pustaka sunting

Pranala luar sunting