Gereja Santo Konrad, Medan

gereja di Indonesia

Paroki Santo Konrad, Medan adalah paroki di bawah Keuskupan Agung Medan yang terletak di Martubung, Medan Labuhan, Medan, Sumatera Utara.

Gereja Santo Konrad, Medan
3°41′02″N 98°42′17″E / 3.683984°N 98.704707°E / 3.683984; 98.704707
LokasiJl. Pasar 6 Kel. Tangkahan, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara 2025
Jumlah anggota/umat8.807 jiwa
Sejarah
Didirikan1967[1]
DedikasiSanto Konrad
Administrasi
KeuskupanAgung Medan
Jumlah Imam2
Imam yang bertugasR.P. Martinus Nule, S.V.D.
Imam rekanR.P. Alek Sutanto, S.V.D.
Parokial
Stasi9[2]
Jumlah lingkungan10 Lingkungan
Catatan Pendirian: Sebelumnya di Paroki Katedral Medan[1]

Sejarah sunting

Awal mula adanya Gereja Katolik Martubung adalah berkat pemindahan penduduk dari kawasan Pelabuhan Belawan pada bulan Februari 1975 dan diantara penduduk yang pindah ke Martubung ini ada yang beragama Katolik sebanyak 6 KK yakni:

  1. Keluarga bapak T.R. Situmorang/Ibu br. Rumapea
  2. Keluarga bapak R. Samosir/ibu br. Rumahorbo
  3. Keluarga bapak Pasaribu/ibu br. Hutabarat
  4. Keluarga bapak J. Galingging/ibu br. Nainggolan
  5. Keluarga bapak A. Butar-Butar/ibu br. Mangunsong
  6. Keluarga bapak R. Silalahi/ibu br. Damanik

Kira-kira pertengahan bulan Februari 1975, atas panduan bapak TR. Situmorang, kami marminggu/bergereja ke Stasi Sinar Gunung yang waktu itu Vorhanger disana adalah Pak Sinulingga dan bendaharanya Pak Kaban. Pada waktu pastor AGP.Datubara berkunjung untuk misa umat di Stasi Sinar Gunung, Pak Sinulingga melaporkan kedatangan kami marminggu dari Martubung ke Stasi Sinar Gunung. Melihat kehadiran kami waktu itu seusai perayaan Ekaristi disana, Pastor AGP. Datubara yang sekarang sudah jadi Uskup Emeritus di KAM, beliau merasa kasihan melihat kami,atas pertimbangan jarak tempat Martubung-Sinar Gunung, maka Pastor Datubara mengusulkan agar Gereja Stasi dibuka saja di Martubung Mendengarkan usul bapak Pastor itu kami gembira, tetapi ada keragu-raguan karena berbagai alasan, antara lain

  1. Anggota hanya 6 KK x 2= 12 orang,
  2. Sarana/tempat berkumpul/marminggu dan
  3. Pengurus untuk memimpin ibadah.

Namun keragu-raguan itu teratasi saat itu, karena bapak TR. Situmorang merelakan rumahnya sebagai tempat beribadat setiap hari minggu dan pengurus yang memimpin ibadat dari Stasi Sinar Gunung setiap hari Minggu pukul 13.00 WIB siang sesudah selesai ibadat dari Sinar Gunung Umat Katolik Pasar VI Martubung beribadat dilayani Pak Sinulingga, Pak Sinaga dan Pak Kaban kurang lebih satu setengah tahun dan umat Katolik semakin bertambah. Dari Komplek PTP Simpang Martubung, umat pindah dari Belawan lagi dan ditempatinya Komplek Yuka tempat Pasar Pagi sekarang, maka umat Katolik menjadi 18 KK waktu itu Tetapi menjelang akhir Bulan Desember 1978(antara tgl 26 s.d 30) waktu tekanan ekonomi saat itu sangat mendesak, kami dipanggil Pastor Betran Roy PME ke rumahnya di Pajak Belawan, untuk membicarakan hal-hal penting menyangkut hidup gereja Katolik Martubung, kami yang menghadiri panggilan Pastor Betran pada waktu itu ada 4 orang yakni:

  1. Bapak TG. Hutajulu
  2. Bapak R. Samosir
  3. Bapak K. Situmorang
  4. Bapak R. Silalahi

Dalam pembicaraan yang dipimpin pastor Betran Roy, kami memilih atau menentukan dari antara kami yang menjadi pengurus Gereja sebagai yang bertanggungjawab akan terlaksanannya ibadat sabda setiap hari Minggu ke depan, sesudah terpilih pengurus Gereja, kami dihimbau oleh Pastor Betran Roy PME untuk memilih nama Santo atau Santa sebagai orang kudus yang menjadi pelindung Gereja Katolik Martubung Pada saat itu ada teman yang mengusulkan Santo Petrus menjadi pelindung Stasi ini, tetapi bapak atau Pastor Betran meminta alasan mengapa nama itu disusulkan, Bapak yang mengusulkan itu tidak dapat memberikan jawaban yang pas Kemudian ada orang yang hadir disitu mengusulkan Paulus menjadi pelindung Stasi ini dan Pastor meminta alasan mengapa itu diusulkan lalu dia menjawab:

  1. Sesuai dengan situasi tempat bahwa Martubung adalah daerah berpenduduk asli yang beragama Muslim, sementara umat Katolik yang datang dari Belawan berada di tengah-tengah mereka
  2. Berdasarkan pengalaman hidup menggereja yang selama ini kurang bertanggungjawab,maka saat ini ada penanggungjawab penuh, hidup menggereja kehari depan atau untuk mengubah sikap sendiri

Sesudah kurang lebih 7 s.d 8 tahun berminggu di rumah keluarga bapak TR. Situmorang di Komplek Lama, gereja dibangun di belakang Mesjid Pasar UKA April 1984 pada waktu Pastor Reymond PME, kemudian pindah lagi ke areal yang lebih luas ini pada waktu masa Pastor Timoteus Sinaga pengadaan lahan pertapakan dan pembangunan gereja oleh Pastor T.H. Libreks tahun 1987 dan nama Santo Paulus lah yang tertera pada batu pertama/ojakan bangunan gereja atau rumah ibadat kita oleh Pastor T.H. Libreks pada waktu itu

Referensi sunting

Pranala luar sunting