Paṭikūlamanasikāra
Paṭikūlamanasikāra atau paṭikkūlamanasikāra[1] adalah istilah bahasa Pali yang secara umum diterjemahkan sebagai "perhatian (manasikāra) atas hal yang menjijikkan (paṭikūla)". Istilah ini merujuk pada meditasi Buddhis tradisional yang bertujuan untuk merenungkan tiga puluh satu bagian tubuh dalam berbagai cara. Selain mengembangkan sati (perhatian-penuh) dan samādhi (konsentrasi), bentuk meditasi ini dianggap dapat mengatasi nafsu-keinginan (taṇhā). Bersamaan dengan perhatian kuburan (sīvathikā-manasikāra) atau perenungan kematian (maraṇānussati), seperti perenungan sembilan tahap pembusukan jenazah, jenis meditasi ini adalah salah satu dari dua meditasi tentang "yang busuk" atau "yang tidak menarik, yang menjijikan" (Pāli: asubha).[2]
Terjemahan dari paṭikūlamanasikāra | |
---|---|
Pali | paṭikkūlamanasikāra |
Tionghoa | 不淨觀 (Pinyin: bù jìng guān) |
Jepang | 不浄観 (rōmaji: fujōkan) |
Vietnam | quán bất tịnh, niệm 32 thể trược |
Sinhala | පටික්කූලමනසිකාරය, පිළිකුල් භාවනාව (patikulamanasikaraya, pilikul bhavanava) |
Daftar Istilah Buddhis |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
![]() |
Terjemahan
suntingPaṭikūla atau paṭikkūla (Pali) secara harfiah berarti "menentang" (paṭi) "lereng" atau "tanggul" (kūla), dan telah diterjemahkan dalam bentuk kata sifat sebagai "menentang, tidak menyenangkan, bertentangan, tidak menyenangkan" dan, dalam bentuk kata benda, sebagai "kejijikan, ketidakmurnian".[3]
Manasikāra (Pali), berasal dari manasi (lokatif dari mana, dengan demikian, secara bebas berarti "dalam batin" atau "dalam pikiran") dan karoti ("membuat" atau "membawa ke dalam") dan telah diterjemahkan sebagai "perhatian" atau "perenungan" atau "pemikiran tetap".[4]
Dalam terjemahan kontemporer, istilah majemuk paṭikūla-manasikāra umumnya diterjemahkan sebagai "perhatian atau perenungan atas hal yang menjijikkan" atau, dengan menambahkan kejelasan kontekstual dengan mengorbankan keakuratan harfiah, "perhatian atau perenungan atas hal yang menjijikkan dari tubuh".[5] Terjemahan alternatifnya termasuk "perhatian yang diarahkan pada hal yang menjijikkan"[6] dan "realisasi dari ketidakmurnian tubuh".[7]
Manfaat
suntingJenis meditasi ini secara tradisional disebut sebagai "penawar" nafsu indrawi.[8] Meditasi ini juga merupakan salah satu dari "empat meditasi perlindungan", bersama dengan anussati (perenungan Sang Buddha), praktik mettā (cinta-kasih), dan perenungan kematian (maraṇānussati).[9]
Dalam diskursus (sutta) individual, jenis perenungan ini diidentifikasi sebagai penyumbang berbagai tujuan duniawi dan adiduniawi. Misalnya saja dalam Girimānanda Sutta (AN 10.60), resitasi Ānanda atas perenungan ini dan perenungan lainnya dapat segera menyembuhkan seorang biksu yang sedang sakit.[10] Dalam Sampasādanīya Sutta (DN 28), Yang Mulia Sāriputta menyatakan bahwa meditasi pada 31 bagian tubuh ini akan menuntun pada "pencapaian penglihatan, dalam empat cara", dan secara singkat menguraikan bagaimana metode ini dapat digunakan sebagai batu loncatan agar seseorang "dapat mengetahui aliran kesadaran manusia yang tak terputus, yang tidak terbentuk baik di alam ini maupun alam selanjutnya".[11] Selain itu, dalam Vibhaṅga Sutta (SN 51.20), subjek meditasi ini digunakan untuk mengembangkan empat dasar kemampuan (iddhipāda) yang dengannya seseorang mampu mencapai pembebasan dari penderitaan.[12]
Meskipun Tripitaka Pali secara konsisten memasukkan bentuk perenungan ini dalam berbagai daftar teknik meditasi kewawasan atau perhatian-penuh,[13] kitab ringkasan Visuddhimagga yang disusun pada abad ke-5 mengidentifikasi jenis perenungan ini (bersama dengan ānāpānasati) sebagai salah satu dari sedikit meditasi yang diarahkan pada tubuh, yang secara khusus cocok untuk pengembangan samādhi (Vism. VIII, 43).[14]
Praktik
suntingDalam kitab suci Buddhis, praktik ini melibatkan identifikasi batiniah terhadap 31 bagian tubuh, yang direnungkan dalam berbagai cara.
Objek perenungan
suntingMeditasi ini melibatkan perenungan terhadap 31 bagian tubuh yang berbeda:
- rambut kepala (Pali: kesā), rambut tubuh (lomā), kuku (nakhā), gigi (dantā), kulit (taco),
- daging (maṃsa), urat (nahāru), tulang (aṭṭhi), sumsum tulang (aṭṭhimiñja), ginjal (vakka),
- jantung (hadaya), hati (yakana), pleura (kilomaka), limpa (pihaka), paru-paru (papphāsa),
- saluran usus (anta), penggantung usus (antaguṇa), makanan yang belum tercerna (udariya), kotoran/tinja (karīsa),
- empedu (pitta), dahak (semha), nanah (pubbo), darah (lohita), keringat (sedo), lemak (medo),
- air mata (assu), kelenjar minyak (vasā), air liur (kheḷo), lendir/mukus (siṅghānikā), cairan di persendian (lasikā), air kencing (mutta).[15]
Dalam beberapa diskursus (sutta), 31 bagian tubuh ini dikontekstualisasikan dalam kerangka mahābhūta (unsur-unsur pokok) sehingga unsur-tanah dicontohkan oleh bagian-bagian tubuh dari rambut kepala sampai tinja, dan unsur-air dicontohkan oleh empedu melalui urin.[16]
Beberapa diskursus (sutta) lain mengawali perenungan terhadap 31 bagian tubuh ini dengan cara berikut: "Di sini ... seorang biku merenungkan tubuh ini dari telapak kaki ke atas, dari ujung rambut ke bawah, terbungkus kulit, sebagai sesuatu yang penuh dengan banyak ketidakmurnian."[17]
Ke-31 bagian tubuh yang diidentifikasi dalam perenungan pātikūlamanasikāra adalah sama dengan ke-31 bagian tubuh pertama yang diidentifikasi dalam syair "Dvattiṁsākāra" ("32 Bagian [Tubuh]") (Kp 3) yang secara teratur dibacakan oleh para biku.[18] Bagian tubuh ke-32 yang disebutkan dalam bait terakhir adalah otak (matthaluṅga).[19] Kitab Visuddhimagga menyatakan bahwa penghitungan 31 bagian tubuh secara implisit memasukkan otak (bagian tubuh ke-32) dalam aṭṭhimiñja, yang secara tradisional diterjemahkan sebagai "sumsum tulang".[20]
Metode perenungan
suntingRumusan kanonis (sesuai Tripitaka Pali) terkait cara bermeditasi pada paṭikūla adalah:
- "Bagaikan karung dengan lubang di kedua ujungnya yang penuh dengan berbagai jenis biji-bijian–gandum, beras, kacang hijau, kacang merah, biji wijen, beras sekam–dan seseorang dengan penglihatan yang baik, menuangkannya keluar, dan merenungkan, 'Ini gandum. Ini beras. Ini kacang hijau. Ini kacang merah. Ini biji wijen. Ini beras sekam'; dengan cara yang sama, seorang biku merenungkan tubuh ini dari telapak kaki ke atas, dari ubun-ubun ke bawah, dikelilingi oleh kulit dan penuh dengan berbagai jenis benda menjijikan [seperti yang diidentifikasi dalam pencacahan organ dan cairan tubuh di atas]."[21]
Mengenai objek-objek paṭikūla dan objek meditasi yang berpusat pada tubuh lainnya, Satipaṭṭhāna Sutta (DN 22) memberikan konteks tambahan dan hasil yang diharapkan berikut ini:
Dengan cara ini, [seorang biku] tetap fokus secara internal pada tubuh di dalam & dari dirinya sendiri, atau secara eksternal pada tubuh di dalam & dari dirinya sendiri, atau keduanya secara internal & eksternal pada tubuh di dalam & dari dirinya sendiri. Atau ia tetap fokus pada fenomena asal mula berkenaan dengan tubuh, pada fenomena lenyap berkenaan dengan tubuh, atau pada fenomena asal mula & lenyap berkenaan dengan tubuh. Atau perhatiannya bahwa 'Ada tubuh' dipertahankan hingga tingkat pengetahuan & ingatan. Dan ia tetap mandiri, tidak ditopang oleh (tidak melekat pada) apa pun di dunia...."[22]
Menurut kitab komentar Pali pasca-kanonis untuk Satipaṭṭhāna Sutta, seseorang dapat mengembangkan "tujuh jenis keterampilan dalam belajar" mengenai objek meditasi ini melalui:
- pengulangan bagian tubuh secara verbal
- pengulangan bagian tubuh secara mental
- membedakan bagian-bagian tubuh satu per satu berdasarkan warnanya
- membedakan bagian-bagian tubuh satu per satu berdasarkan bentuknya
- membedakan apakah suatu bagian tubuh berada di atas atau di bawah pusar (atau keduanya)
- membedakan lokasi spasial (tata ruang) bagian tubuh
- menempatkan dua bagian tubuh secara spasial dan fungsional[23]
Sumber tradisional
suntingNama untuk jenis meditasi ini ditemukan dalam judul-judul bagian yang digunakan dalam Mahāsatipaṭṭhāna Sutta (DN 22) dan Satipaṭṭhāna Sutta (MN 10), dengan perenungan terhadap 32 bagian tubuh diberi judul "Paṭikūla-manasikāra-pabbaṃ" (yang secara kata demi kata dapat diterjemahkan sebagai "kejijikan-perhatian-bagian"). Selanjutnya, dalam kitab Visuddhimagga pasca-kanonis dan karya-karya kitab komentar lainnya, istilah paṭikūlamanasikāra secara eksplisit digunakan ketika merujuk pada teknik ini.[24]
Bentuk meditasi ini disebutkan dalam diskursus-diskursus (sutta) berikut dalam Tripitaka Pali (disusun berdasarkan urutan nikāya dan kemudian nomor sutta dalam nikāya):[25][26]
- Mahāsatipaṭṭhāna Sutta ("Khotbah Panjang tentang Landasan-landasan Perhatian", Dīgha Nikāya 22)[27]
- Sampasādanīya Sutta ("Keyakinan Tenang", DN 28)[28]
- Satipaṭṭhāna Sutta ("Landasan-Landasan Perhatian", Majjhima Nikāya 10)[29]
- Mahāhatthipadopama Sutta ("Khotbah Panjang tentang Perumpamaan Jejak Kaki Gajah", MN 28)[26][30]
- Mahārāhulovāda Sutta (“Khotbah Panjang Nasihat kepada Rāhula”, MN 62)[26][31]
- Kāyagatāsati Sutta ("Perhatian pada Jasmani", MN 119)[21]
- Dhātuvibhaṅga Sutta ("Penjelasan tentang Unsur-unsur", MN 140)[26][32]
- Vibhaṅga Sutta ("Analisis", Saṁyutta Nikāya 51.20), sutta yang bahasannya terkait 'empat landasan kemampuan (iddhipadā)[12]
- Udāyī Sutta ("Kepada Udāyī", Aṅguttara Nikāya 6.29)[33]
- Girimānanda Sutta ("Kepada Girimānanda", AN 10.60)[34]
Di tempat lain dalam kepustakaan Pali, jenis meditasi ini dibahas secara luas dalam kitab Visuddhimagga pasca-kanonis (Vism. VIII, 44-145).[35]
Dalam beberapa sumber yang telah disebutkan, meditasi ini diidentifikasikan sebagai salah satu jenis meditasi pada tubuh, bersama dengan, misalnya, perhatian-penuh pada pernapasan (lihat Ānāpānasati Sutta).[36]
Lihat juga
suntingCatatan
sunting- ^ Tipitaka edisi bahasa Sinhala SLTP dan Rhys Davids & Stede (1921-5), hlm. 393, menyebutnya sebagai paṭikkūlamanasikāra (dengan dua huruf k) sementara edisi Burma CSCD dan VRI (1996), hlm. 10, menyebutnya paṭikūlamanasikāra (dengan satu huruf k).
- ^ Nānamoli (1998), hlm. 110, n. 16, yang mereferensikan Ānāpānasati Sutta dan kitab Visuddhimagga, Bab VI, VIII. "The foul" (busuk, kotor) adalah istilah yang digunakan oleh Nānamoli untuk istilah asubha. Anālayo (2017), hlm. 46, menerjemahkan asubha sebagai "unattractive": "... besides speaking of the body as impure [Pali: asuci], the early Buddhist discourses at times use an alternative qualification of the body as "unattractive", asubha, when introducing the standard description of its anatomical parts." Catatan kaki oleh Anālayo mengutip, misalnya, AN 10.60. Anālayo lebih lanjut mengontekstualkan hal ini dengan menggarisbahawi bahwa Early Buddhist texts mengacu pada tubuh dalam cara yang negatif, netral, dan positif (misalnya, sebagai sarana untuk mewujudkan kebajikan, sebagai kendaraan menuju kegembiraan kontemplatif).
- ^ Lihat, misalnya, Rhys Davids & Stede (1921-5), hlm. 393, entri untuk "Paṭikkūla" (diakses 2008-02-02 di DSAL[pranala nonaktif]).
- ^ Lihat, misalnya, Rhys Davids & Stede (1921-5), hlm. 521, entri "Mano & Mana(s)" (diakses 2008-02-02 di DSAL[pranala nonaktif]), dan hlm. 197-8, entri untuk "Karoti" (diakses 2008-02-03 di DSAL[pranala nonaktif]). Demikian pula, ajaran inti Buddhisme tentang yoniso manasikāra diterjemahkan sebagai "careful attention" (perhatian yang berhati-hati).
- ^ Lihat, misalnya, Nyanasatta (1994); Soma (2003), hlm. 3, 100; VRI (1996), hlm. 10, 11.
- ^ Buddhaghosa (1999), hlm. 235 (Vism. VIII, 42), 236 (Vism. VIII, 43). Dalam hlm. 243 (Vism. VIII, 80), Nanamoli menggunakan varian terjemahan: "giving attention to repulsivenes" (memperhatikan hal yang menjijikkan).
- ^ Rhys Davids & Stede (1921-5), hlm. 393, entri untuk "Paṭikkūla" (diakses 2008-02-02 di DSAL[pranala nonaktif]).
- ^ Buddhaghosa (1999), hlm. 235 (Vism. VIII, 42), 236 (Vism. VIII, 43). Dalam hlm. 243 (Vism. VIII, 80), Nanamoli menggunakan varian terjemahan: "giving attention to repulsivenes" (memperhatikan hal yang menjijikkan).
- ^ Bodhi (2002), hlm. 6.
- ^ Piyadassi (1997a).
- ^ Walshe (1995), hlm. 419-20.
- ^ a b Bodhi (2000), hlm. 1736-40; Thanissaro (1997b).
- ^ Lihat, misalnya, DN 22, MN 10, MN 119.
- ^ Buddhaghosa (1999), hlm. 235. Bahwa bentuk meditasi ini sangat berguna untuk apa yang dikenal sebagai "access concentration" (konsentrasi-akses) mungkin secara tidak langsung tercermin dalam komentar guru vipassanā kontemporer S.N. Goenka yang menyatakan bahwa, tidak seperti vipassanā sejati, jenis perenungan ini berurusan dengan "imajinasi atau intelektualisasi". Dengan demikian, Goenka membatasi penggunaannya untuk "beberapa kasus, ketika batin sangat tumpul atau gelisah" dan, dengan demikian, batin tidak mampu mengikuti napas atau sensasi yang lebih halus. Ia menyimpulkan: "Tentu saja, ketika praktik vipassanā yang sebenarnya dimulai, tidak boleh ada penolakan terhadap tubuh yang buruk ini. Ia hanya diamati sebagaimana adanya–yathābhūta. Ia diamati sebagai tubuh, dengan perasaan/sensasi yang muncul dan berlalu. Pemeditasi sekarang berada di Jalan (Dhamma)." (Goenka, n.d.).
- ^ Terjemahan bahasa Inggrisnya dari terjemahan Thanissaro (2000) untuk Mahāsatipaṭṭhāna Sutta (DN 22). Perlu dicatat, dalam Thanissaro (1994), beberapa kata diterjemahkan secara berbeda, misalnya, "muscle" (otot, urat) alih-alih "flesh" (daging), dan "lymph" (getah bening) alih-alih "pus" (nanah). Juga, Thanissaro (1994) menerjemahkan vakka sebagai "spleen" (limpa) dan pihaka sebagai "kidney" (ginjal); dengan demikian, dibandingkan dengan Thanissaro (2000), secara efektif membalikkan objek-objek anatomi ini dalam terjemahan bahasa Inggris. Perhatikan juga koreksi terhadap isi perut dan mesenterium alih-alih usus kecil/besar, berdasarkan deskripsi mereka dalam kitab Visuddhimagga. Istilah Pali diambil dari versi SLTP Universitas La Trobe (n.d.) dari DN 22, BJT hlm. 446, di La Trobe University Library (diarsipkan 9 September 2007 di Wayback Machine). Ke-31 bagian tubuh ini dikelompokkan ke dalam enam baris yang konsisten dengan representasi tradisional mereka dalam bahasa Pali seperti yang ditunjukkan dalam teks MettaNet-Lanka (n.d.) edisi SLTP Sinhala di Metta.lk (diarsipkan 11 November 2014 di Wayback Machine) dan teks VRI (n.d.) CSCD Burma di Tipitaka.org.
- ^ Lihat, MN 28, MN 62 dan MN 140. Lihat di bawah untuk informasi lebih lanjut mengenai sutta ini.
- ^ Terjemahan Piyadassi (1999a) dari AN 10.60. Kata pengantar ini juga dapat ditemukan, misalnya, di SN 51.20 (Thanissaro, 1997b).
- ^ Piyadassi (1999b). Hal ini konsisten dengan teks SLTP Sinhala daring. Edisi CSCD Burma daring menuliskan otak setelah "tinja" (karīsa).
- ^ Menurut Hamilton (2001), hlm. 23-4, dalam Sutta Pitaka, organ otak ditambahkan ke dalam daftar tradisional 31 bagian tubuh hanya di Khuddaka Nikāya, dan hanya dua kali: dalam Kp 3 dan Ps I.6. Hamilton juga mengidentifikasi daftar yang serupa, disingkat, dan diurutkan secara berbeda yang mencakup otak di Snp 199 (lihat, misalnya, Thanissaro, 1996); Hamilton mengatribusikan perbedaan antara daftar tradisional berisi 31 atau 32 bagian tubuh dengan teks dalam kitab Sutta Nipāta dengan yang terakhir yang terdapat dalam bentuk syair.
- ^ Buddhaghosa (1999), Vism. VIII, 44. Mengingat dimasukkannya otak dalam aṭṭhimiñja oleh Buddhaghosa dapat menyebabkan seseorang menyimpulkan bahwa istilah Pali ini mungkin merujuk pada sesuatu selain sumsum tulang dalam beberapa konteks (misalnya, sistem saraf).
- ^ a b Thanissaro (1997c).
- ^ Thanissaro (2000). (Ekspresi dalam tanda kurung ada dalam terjemahan asli.)
- ^ Soma (2003), hlm. 101-2. Kitab komentar yang disebutkan di sini adalah Papañcasūdanī (komentar untuk Majjhimanikāya), yang dikaitkan dengan Buddhaghosa dan dengan demikian mungkin ditulis pada abad ke-5 Masehi. Hal ini mirip dengan apa yang ditemukan di Vism. VIII, 48-60 (Buddhaghosa, 1999, hlm. 237-9).
- ^ Buddhaghosa (1999), hlm. 235, 236, 243 (Vism. VIII, 42, 43 83).
- ^ Diskursus-diskursus (sutta) ini ditemukan sebagian melalui pencarian kanon SLTP menggunakan mesin pencari dari Universitas La Trobe di "La Trobe University: Pali Canon Online Database". Diarsipkan dari asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-09-27.
- ^ a b c d Tiga dari diskursus (sutta) ini–MN 28, MN 62, dan MN 140–menyebut 31 organ tubuh dalam konteks empat atau lima unsur besar/pokok (mahābhūta), yang, secara tegas, dalam (Mahā)Satipaṭṭhāna Sutta merupakan dasar untuk meditasi yang terpisah dari perenungan paṭikūla-manasikāra. Misalnya, berdasarkan pernyataan kitab komentar, perenungan paṭikūla-manasikāra dapat mencakup perhatian spasial dari masing-masing organ atau cairan tubuh, dan secara tradisional digunakan sebagai penawar nafsu; di sisi lain, perenungan pada unsur-unsur menekankan pengalaman sentuhan/rabaan dari kekokohan (unsur-tanah), kecairan (unsur-air), panas (unsur-api), dan udara (unsur-udara); dan berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan ketenang-seimbangan dan pandangan-terang terkait bukan-diri (anatta) (misalnya, lihat MN 28).
- ^ Thanissaro (2000).
- ^ Walshe (1995), hlm. 417-25.
- ^ Nyanasatta (1994). Diskursus ini pada dasarnya sama dengan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta (Thanissaro, 2000) kecuali bahwa pemaparan panjang lebar tentang Empat Kebenaran Mulia tidak ada dalam Satipaṭṭhāna Sutta.
- ^ Thanissaro (2003).
- ^ Thanissaro (2006).
- ^ Thanissaro (1997a).
- ^ SLTP (n.d.).
- ^ Piyadassi (1999a).
- ^ Buddhaghosa (1999), hlm. 236-59.
- ^ Lihat, misalnya, DN 22, MN 10, MN 119, Vism. VIII, 42.
Bibliografi
sunting- Anālayo (2017), Early Buddhist Meditation Studies. Barre, MA: Barre Center for Buddhist Studies. ISBN 978-1540410504.
- Bodhi, Bhikkhu (penerjemah) (2000). The Connected Discourses of the Buddha: A Translation of the Samyutta Nikaya. Boston: Wisdom Pubs. ISBN 0-86171-331-1.
- Bodhi, Bhikkhu (2002). Climbing to the Top of the Mountain: An Interview with Bhikkhu Bodhi, Insight Journal, Vol. 19. Barre, MA: Barre Center for Buddhist Studies. Juga tersedia daring di https://www.buddhistinquiry.org/article/climbing-to-the-top-of-the-mountain/.
- Buddhaghosa, Bhadantācariya (diterjemahkan dari Pāli oleh Bhikkhu Ñāṇamoli) (1999). The Path of Purification: Visuddhimagga. Seattle, WA: BPS Pariyatti Editions. ISBN 1-928706-00-2.
- Goenka, S.N. (n.d.). Discourses on Satipaṭṭhāna Sutta: Condensed from the discourses during a course in Mahā-satipaṭṭhāna Sutta. Tersedia daring di http://www.vri.dhamma.org/publications/webversion/english/dstp.html. Bagian yang membahas secara khusus tentang paṭikūlamanasikāra ada di http://www.vri.dhamma.org/publications/webversion/english/dstp.html#15.
- Hamilton, Sue (2001). Identity and Experience: The Constitution of the Human Being according to Early Buddhism. Oxford: Luzac Oriental. ISBN 1-898942-23-4.
- Nanamoli, Bhikkhu (penerjemah) (1998). Mindfulness of Breathing (Anapanasati): Buddhist Texts from the Pali Canon and Extracts from the Pali Commentaries. Kandy, Sri Lanka: Buddhist Publication Society. ISBN 955-24-0167-4.
- Nyanasatta Thera (1994). Satipatthana Sutta: The Foundations of Mindfulness (MN 10). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.010.nysa.html.
- Piyadassi Thera (penerjemah) (1999a). Girimananda Sutta: Discourse to Girimananda Thera (AN 10.60). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.060.piya.html.
- Piyadassi Thera (penerjemah) (1999b). Khuddakapatha Suttas (Selections) (Khp 1-6,9). Diakses dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/khp/khp.1-9x.piya.html.
- Rhys Davids, T.W. & William Stede (eds.) (1921-5). The Pali Text Society's Pali-English Dictionary (PED). London: Pali Text Society. Mesin pencari daring umum untuk PED tersedia di http://dsal.uchicago.edu/dictionaries/pali/.
- Soma Thera (2003) (6th reprint). The Way of Mindfulness. Kandy: Buddhist Publication Society. ISBN 978-955-24-0256-2. Edisi tahun 1998 tersedia daring dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/soma/wayof.html.
- Sri Lanka Tripitaka Project (SLTP) (n.d.). Anuttariyavaggo (AN 6.21 - 6.30). Diakses 2008-02-01 dari "MettaNet-Lanka" di http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/4Anguttara-Nikaya/Anguttara4/6-chakkanipata/003-anuttariyavaggo-p.html. The Udāyi Sutta (AN 6.29) is identified in this section as "6. 1. 3. 9".
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1994). Khuddakapatha Suttas (Complete) (Khp 1-9). Diakses dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/khp/khp.1-9.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1996). Vijaya Sutta: Victory (Sn 1.11). Diakses 2008-03-23 dari "Access to Insight" (1997) di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.1.11.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1997a). Dhatu-vibhanga Sutta: An Analysis of the Properties (MN 140). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.140.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1997b). Iddhipada-vibhanga Sutta: Analysis of the Bases of Power (SN 51.20). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn51/sn51.020.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1997c). Kayagata-sati Sutta: Mindfulness Immersed in the Body (MN 119). Diakses dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.119.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (2000). Maha-satipatthana Sutta: The Great Frames of Reference (DN 22). Diakses dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.22.0.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (2003). Maha-hatthipadopama Sutta: The Great Elephant Footprint Simile (MN 28). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.028.than.html.
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (2006). Maha-Rahulovada Sutta: The Greater Exhortation to Rahula (MN 62). Diakses 2008-02-02 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.062.than.html.
- Vipassana Research Institute (VRI) (1996). Mahasatipatthana Sutta: The Great Discourse on the Establishing of Awareness. Seattle, WA: Vipassana Research Publications of America. ISBN 0-9649484-0-0.
- Walshe, Maurice (penerjemah) (1995). The Long Discourses of the Buddha: A Translation of the Digha Nikaya. Boston: Wisdom Pubs. ISBN 0-86171-103-3.
Pranala luar
sunting- "The Section of Reflection on Repulsiveness", dari: Soma Thera (penerjemah) (tak tertanggal). The Commentary to the Discourse on the Arousing of Mindfulness with Marginal Notes. Tersedia daring di http://www.abhidhamma.org/SomaTheraTheCommentary.htm.
- Meditation on the Thirty-Two Parts of the Body oleh Dhamma Viro