POSCO

perusahaan asal Korea Selatan

POSCO (sebelumnya bernama Pohang Iron and Steel Company) adalah sebuah produsen baja yang berkantor pusat di Pohang, Korea Selatan. Perusahaan ini berhasil memproduksi 42 juta ton baja mentah pada tahun 2015, sehingga menjadikannya produsen baja terbesar keempat di dunia.[2] Pada tahun 2010, POSCO merupakan produsen baja dengan nilai pasar terbesar di dunia.[3] Pada tahun 2012, perusahaan ini menempati peringkat ke-146 dalam daftar Fortune Global 500.[4]

POSCO
Nama asli
포항종합제철 주식회사
(Hingga tahun 2002)
주식회사 포스코
(Sejak tahun 2002)
Alih Aksara yang DisempurnakanPohang Jonghab Jecheol Jusikhoesa
(Hingga tahun 2002)
Jusikhoesa Poseuko
(Sejak tahun 2002)
Publik
Kode emitenKRX: 005490
NYSE: PKX
LSE: PIDD
TYO: 5412
IndustriBaja
Didirikan1968; 56 tahun lalu (1968)
PendiriPark Tae-Joon
Kantor
pusat
Pohang, Korea Selatan
Tokoh
kunci
Park Tae-Joon
(Pendiri dan Chairman Kehormatan)
Choi Jeong-Woo
(CEO)
ProdukBaja, produk baja datar, produk baja panjang, produk kabel, plat
PendapatanKenaikan US$ 60,87 milyar (2011)[1]
Kenaikan US$ 8,00 miliar (2011)[1]
Kenaikan US$ 3,22 milyar (2011)[1]
Karyawan
29.648 (2009)
Situs webposco.com

POSCO saat ini mengoperasikan dua pabrik baja terintegrasi di Korea Selatan, yakni di Pohang dan Gwangyang. POSCO juga pernah mengoperasikan sebuah perusahaan patungan dengan U.S. Steel, yakni USS-POSCO Industries, di Pittsburg, California, Amerika Serikat, namun U.S. Steel akhirnya mengakuisisi perusahaan patungan tersebut pada bulan Februari 2020.

Sejarah sunting

1968–1971 sunting

Pada dekade 1960-an, Pemerintah Korea Selatan menyimpulkan bahwa kemandirian di bidang baja dan konstruksi pabrik baja terintegrasi sangat penting untuk pengembangan ekonomi nasional.[butuh rujukan] Karena Korea Selatan belum memiliki pabrik baja modern hingga tahun 1968,[5] sejumlah perusahaan asing dan lokal pun skeptis dengan keputusan Pemerintah Korea Selatan untuk berinvestasi besar-besaran dalam mengembangkan industri baja.[butuh rujukan] Walaupun begitu, di bawah kepemimpinan Park Tae-joon (1927-2011), presiden Korea Tungsten Company, akhirnya POSCO resmi didirikan sebagai sebuah joint venture antara Pemerintah Korea Selatan dan Korea Tungsten Company (pendahulu TaeguTec). POSCO pun mulai berproduksi pada tahun 1972, hanya empat tahun setelah resmi diluncurkan pada bulan April 1968 dengan 39 orang pegawai.

Jepang pun menyediakan pendanaan untuk pembangunan pabrik POSCO, pasca perjanjian yang dibuat di Pertemuan Menteri Korea Selatan-Jepang Ketiga pada tahun 1969.[6] Pendanaan tersebut meliputi US$119 juta dalam bentuk hibah dan pinjaman dari pemerintah Jepang,[7][8] US$54 juta dalam bentuk kredit dari Export-Import Bank of Japan, serta bantuan teknis dari Nippon Steel dan sejumlah perusahaan lain.[6][9] Pendanaan tersebut merupakan salah satu bentuk normalisasi hubungan antara Korea Selatan dengan Jepang pada tahun 1965, dan merefleksikan pandangan pemerintah Jepang sebagaimana yang dikemukakan dalam pernyataan Nixon-Sato pada tanggal 21 November 1969, bahwa "keamanan nasional Republik Korea sangat penting untuk keamanan Jepang."[10]

1972–1992 sunting

POSCO mulai menjual produk plat pada tahun 1972 dan memfokuskan penjualannya ke pasar domestik untuk meningkatkan kemandirian Korea Selatan di bidang baja. Perusahaan inipun melakukan upaya khusus untuk memasok besi dan baja berkualitas ke perusahaan lokal dengan harga di bawah harga ekspor untuk memperkuat daya saing internasionalnya.[butuh rujukan]

POSCO berhasil memproduksi 6,2 juta ton baja mentah pada tahun 1980, meningkat 13% dari tahun sebelumnya,[butuh rujukan] dan menjadi salah satu perusahaan yang tetap dapat tumbuh walaupun ekonomi Korea pada saat itu sedang mengalami depresi. Pembeli produk POSCO antara lain produsen mobil dan perabot rumah (membeli produk hot rolled), perusahaan pembuatan kapal, konstruksi, dan rekayasa (membeli plat medium), serta produsen motor listrik dan transformator (membeli lembaran elektrik). Sejumlah produk juga diekspor ke luar Korea Selatan, namun impor yang masih besar di bidang konstruksi membuat Korea secara umum masih menjadi importir baja. Secara global, pada produk tertentu, POSCO merupakan produsen baja paling efisien.[butuh rujukan]

Pada akhir dekade 1980-an, POSCO telah tumbuh pesat. Perusahaan ini pun menjadi produsen baja terbesar kelima di dunia, dengan produksi tahunan hampir 12 juta ton baja, yang bernilai sekitar 3 triliun won.[butuh rujukan] POSCO juga tetap meningkatkan produktivitas dan ukuran bisnisnya saat industri baja di Amerika Serikat dan Jepang menurun. POSCO juga menyelesaikan pembangunan pabrik fase keduanya di Gwangyang pada bulan Agustus 1988. Pabrik fase ketiga yang selesai dibangun pada tahun 1992 pun makin meningkatkan produksi baja mentah hingga sekitar 17,2 juta ton per tahun.[butuh rujukan] Dalam hal produktivitas, POSCO merupakan produsen baja terbaik selama akhir dekade 1980-an dan juga yang teratas dalam hal fasilitas.[butuh rujukan]

Pohang, yang sebelumnya adalah sebuah pelabuhan perikanan, yang kebanyakan industrinya memproses ikan dan produk kelautan, pun menjadi sebuah kawasan industri besar dengan hampir 520.000 orang penduduk.[butuh rujukan] Selain pabrik baja terintegrasi, Pohang juga menjadi lokasi bagi perusahaan yang mengolah produk baja mentah menjadi produk jadi.

Pohang University of Science and Technology (POSTECH) sunting

CEO POSCO, Park Tae-joon menyatakan bahwa, "Anda dapat mengimpor batu bara dan mesin, namun Anda tidak dapat mengimpor talenta".[butuh rujukan] Park menyadari bahwa Korea perlu mendidik pemudanya di bidang sains dan teknologi untuk memastikan bahwa Korea selalu berada di teknologi tinggi. Park pun mendirikan Pohang University of Science and Technology (POSTECH) pada tahun 1986 sebagai universitas yang berorientasi pada riset sains dan teknologi pertama di Korea, dengan tujuan untuk mendidik pemuda Korea agar dapat berkontribusi pada kemakmuran nasional melalui kecanggihan sains dan teknologi. Pada tahun 2012 dan 2013, Times Higher Education menempatkan POSTECH pada peringkat pertama dalam daftar "100 Under 50 Young Universities".[11]

1992–1997 sunting

Perubahan dalam sistem manajerial dan struktur organisasi terjadi pada tahun 1993, saat presiden dan pendiri POSCO, Park Tae-Joon, yang telah memimpin selama lebih dari 25 tahun, resmi mengundurkan diri.

Dengan berubahnya kepemimpinan, dari Park Tae-Joon ke Ryu-Sang Bu, POSCO pun meningkatkan desentralisasi dan diversifikasi. Manajemen POSCO makin menekankan pada fleksibilitas, otonomi, dan proses pengambilan keputusan konsensual. Chairman juga memperbesar pemberian otonomi ke unit bisnis pencetak laba dan berubah dari struktur organisasi yang sangat hierarkis ke struktur organisasi yang berbasis tim.

Pada bulan Juli 1994, POSCO membentuk dua anak usaha, yakni POSTEEL dan POSTRADE. POSTEEL menjadi unit bisnis penjualan dan layanan domestik, sementara POSTRADE menangani perdagangan internasional dari produk POSCO. Kedua anak usaha tersebut mulai beroperasi penuh pada bulan September 1994, dengan semua afiliasi internasional POSCO diserahkan ke POSTRADE pada akhir tahun 1994. Pembangunan Menara Posteel di Jalan Tehran, di Distrik Gangnam, Seoul (berbeda dengan POSCO Center, yang juga berada di Jalan Tehran) selesai pada tahun 2003.

1997–2000 sunting

Pada tahun 1997, pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan mentransformasi POSCO menjadi sebuah perusahaan swasta, seiring dengan kebijakan baru pemerintah untuk memprivatisasi badan usaha milik negara. Pemerintah berencana tetap memegang mayoritas saham POSCO. Berita dari pers Korea Selatan pada tahun 1998 mengindikasikan bahwa penjualan saham POSCO berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan. Kemudian, pemerintahan Kim Young-sam mengubah kebijakan privatisasi POSCO, dengan memutuskan untuk tidak menjual saham POSCO yang dipegang oleh pemerintah.

Namun, pemerintahan Kim Dae Jung kemudian menjadikan kebijakan privatisasi perusahaan publik sebagai prioritas dalam agenda implementasi kebijakan ekonominya, terutama karena terjadinya krisis ekonomi. Pemerintah pun memutuskan untuk memprivatisasi POSCO, dan pada tahun 1998, pemerintah Korea Selatan hanya memegang kurang dari 20% saham POSCO, sementara lebih dari 58% saham POSCO telah dipegang oleh investor asing.[12] Pada tahun 2000, POSCO resmi diprivatisasi penuh, dengan pemerintah tidak lagi memegang satupun sahamnya.

2001–sekarang sunting

Sebagai bagian dari proses privatisasi, chairman baru, Lee Ku-Taek mulai berupaya memperkenalkan sistem manajemen dan pemerintahan profesional berstandar global untuk POSCO. Di bawah sistem pemerintahan baru, manajemen menjadikan akuntabilitas ke pemegang saham sebagai prioritas. POSCO juga memperkenalkan sistem evaluasi dan kompensasi baru berbasis performa. Melalui sebagian besar upaya privatisasi, POSCO berhasil meningkatkan pendapatan dan labanya. Berkat permintaan yang besar dari dalam negeri dan dari Tiongkok, POSCO berhasil mencetak laba terbesar di industri baja global pada tahun 2004.[butuh rujukan] Pendapatan bersih POSCO dari berbagai macam produk baja – yang digunakan untuk sekrup hingga pencakar langit – naik sebesar 80% dari tahun sebelumnya menjadi $1,66 milyar pada tahun 2004.[butuh rujukan]

Dengan meningkatnya kompetisi global, POSCO pun berekspansi ke Tiongkok dan India. Upah di Korea Selatan terlalu tinggi untuk mendukung aktivitas produksi, sehingga POSCO terus mencari proyek di luar Korea Selatan, sembari tetap mempertahankan keunggulan komparatif di Korea Selatan. Hingga tahun 2006, POSCO telah memiliki 26 anak usaha dan berinvestasi lebih dari $2,4 milyar di Tiongkok,[butuh rujukan] terutama di bidang baja nirkarat dan galvanis untuk dipasok ke produsen otomotif dan perabot global yang telah membuka pabrik di sana. Pada tahun 2006, POSCO mulai mengoperasikan pabrik baja Zhangjiagang Pohang Stainless Steel (ZPSS) yang dapat memproduksi 600.000 ton baja nirkarat dan produk hot-rolled tiap tahunnya di Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Sebagai hasilnya, POSCO pun menjadi perusahaan asing pertama yang mengoperasikan pabrik baja nirkarat terintegrasi di Tiongkok, yang menangani seluruh proses produksi, mulai dari peleburan bijih besi hingga menjadi produk jadi, termasuk mengoperasikan pabrik baja nirkarat cold rolled.

POSCO di India sunting

Pada bulan Juni 2005, POSCO menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan pemerintah Odisha di India. Di bawah nota tersebut, POSCO berencana berinvestasi sebesar US$12 milyar untuk membangun sebuah pabrik yang dilengkapi dengan empat tanur tiup, sebuah pembangkit listrik, dan perumahan dinas, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 12 juta ton baja, dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2010.[butuh rujukan] [dated info] Pabrik yang akan berproduksi dengan kapasitas awal sebesar 3 juta ton tersebut akan menyumbang pendapatan sebesar Rs 700 crore hingga Rs 800 crore (Rs 7-8 milyar) kepada pemerintah setempat tiap tahunnya. Pabrik tersebut juga akan mempekerjakan 13.000 orang, serta memberi dampak ekonomi pada 35.000 orang lainnya.[butuh rujukan] Pemerintah Odisha juga berjanji untuk menyediakan 600 juta ton sumber besi, dan mengizinkan POSCO untuk menggunakan bijih besi dari sumber tersebut selama 30 tahun. Jika pabrik tersebut selesai, maka pabrik tersebut akan menjadi investasi asing langsung tunggal terbesar di India, serta menjadi pabrik baja greenfield terbesar di dunia.[butuh rujukan]

Walaupun begitu, mulai tahun 2005 hingga 2010, proyek tersebut belum dapat dikerjakan, karena mendapat penolakan dari masyarakat di sekitar calon lokasi pabrik. Muncul tuduhan bahwa pemerintah berupaya mengambil tanah dan hutan secara ilegal untuk proyek tersebut, sehingga melanggar Undang-Undang Hak Hutan.[13] Muncul juga klaim bahwa proyek tersebut hanya akan menguntungkan perusahaan, dan mengusir lebih banyak orang daripada yang akan dipekerjakan di pabrik tersebut, serta merusak lingkungan dan mengambil sumber daya mineral India dengan harga yang sangat rendah.[14]

Lebih lanjut, sebuah studi [15] yang diadakan oleh Mining Zone Peoples' Solidarity Group,[16] sebuah grup riset internasional yang fokus di India, menemukan bukti bahwa ada ketidakwajaran dalam kesepakatan dengan pemerintah, birokrasi, dan pengadilan, serta mempertanyakan dan menyangkal klaim sosial, ekonomi, dan lingkungan yang telah dibuat oleh proyek tersebut.

Nota kesepahaman antara POSCO dan Pemerintah Odisha pun kadaluarsa pada tahun 2010. Pasca adanya tuduhan tidak mematuhi Undang-Undang Hak Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan India pun membentuk komite N.C. Saxena pada bulan Juli 2010 untuk mengulas izin tersebut. Walaupun laporan dari komite tersebut mengindikasikan bahwa ketentuan di Undang-Undang Hak Hutan telah dilanggar, kementerian tersebut tetap menerbitkan izin akhir pada tanggal 31 Januari 2011, dan memberikan izin lingkungan ke POSCO.

Referensi sunting

  1. ^ a b c "Key Statistics". finance.yahoo.com. Diakses tanggal 2011-04-02. 
  2. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-19. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  3. ^ "Archived copy" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-06-18. Diakses tanggal 2012-05-18. 
  4. ^ "Global 500 Companies 101-200 - Fortune". CNN. 
  5. ^ Yülek, Murat A; Taylor, Travis K (2011-12-29). Designing Public Procurement Policy in Developing Countries: How to Foster . hlm. –150. ISBN 9781461414421. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  6. ^ a b Matles Savada, Andrea; Shaw, William, ed. (1997). South Korea: A Country Study. DIANE Publishing. hlm. 150. ISBN 978-0788146190. 
  7. ^ "대일청구권 자금 쓴 기업들, 징용피해 지원은 '나몰라라'" [Companies benefitted by the Japanese loan and grant disregard the victims of conscription]. The Hankyoreh. May 30, 2012. 
  8. ^ 청구권자금백서 [Claim fund White Paper]. Economic Planning Board. December 20, 1976. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2021-04-06. 
  9. ^ "The role of Yen loan for the rapid economic growth of Korea" (PDF). Japan Bank for International Cooperation. July 2004. hlm. 77. 
  10. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-14. Diakses tanggal 2014-02-17. 
  11. ^ "Young University Rankings 2013 | Times Higher Education (THE)". Times Higher Education. 2015-04-13. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  12. ^ http://www.koreatimes.co.kr/www/tech/2018/06/693_250844.html
  13. ^ "Web page of Campaign for Survival and Dignity on the legal implications of the project". forestrightsact.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 August 2010. Diakses tanggal 18 April 2017. 
  14. ^ Gopalakrishnan, Shankar (2007-12-24). "Warning Bell: Posco more a curse than a blessing". The Economic Times. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  15. ^ "Iron and Steal: The POSCO India Story". Forestrightsact.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 March 2012. Diakses tanggal 18 April 2017. 
  16. ^ "Mining Zone Peoples' Solidarity Group". Miningzone.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-10. Diakses tanggal 18 April 2017. 

Pranala luar sunting